LOGINRuang pesta yang penuh dengan orang kalangan atas terasa memuakkan bagi seorang gadis yang memilih sendiri di pojokan. Matanya menelisik seluruh ruangan itu untuk mencari seseorang yang sedang dia incar. "Akhirnya, dia muncul juga!" Gadis itu berjalan pelan ke tengah kerumunan banyak orang. Bruk.... Byur... "Aduh, maaf aku nggak sengaja." # "Cari identitas lengkap wanita itu, aku mau malam ini dia ada di kamarku!" "Berani sekali kucing liar seperti dia mencari masalah dengan ku!" # IG : Sangkarachan/Sangkarachan2
View MoreSebuah ruangan yang awalnya sunyi itu berubah menjadi panas. Hawa dingin dari AC yang menyala tak bisa mendinginkan tubuh dua orang yang sedang menyatu secara liar.
"Mendesah sayang.... panggil namaku!" Suara berat dan serak itu masuk ke gendang telinga seorang perempuan yang berada di bawa Kungkungan laki laki tampan dengan mata elangnya. "Zello... Ah....." Laki laki itu menyeringai saat mendengar namanya di panggil berkali kali. Dia seperti orang kesetanan, bergerak maju mundur dengan tenaganya yang tak habis habis. Permainan panas dengan seorang wanita yang tiba tiba dia temui di sebuah pesta. Yang membuat Zello tak bisa berhenti dan merasa kurang jika hanya satu permainan. # Sebelumnya..... Seorang gadis menatap semua orang dengan pandangan yang muak. Dia menggoyangkan segelas anggur yang sejak tadi dia pegang. Menelisik seluruh ruangan dengan mata tajamnya. Malam ini, dia datang karena mendapat undangan dari kenalannya. Sheza Malvika, seorang model yang terkenal arogan dan juga sifat dinginnya. "Pesta kalangan atas yang membosankan. Harusnya aku nggak datang kesini kalau nggak ada yang menarik!" Sheza memindai wajah semua orang yang ada disana. Lalu pandangan matanya tertuju pada seseorang yang baru saja tiba bersama asistennya dan jangan lupakan beberapa pengawal yang ada di belakangnya. "Dia kan?" Pikiran Sheza berusaha mengingat siapa laki laki tampan berwajah dingin yang baru saja tiba di ruangan pesta itu. "Zello, laki laki yang di kejar Salsa? Wah, ternyata tampan juga." gumam Sheza. "Akhirnya dia muncul juga!" Tanpa Sheza sadari langkah kaki Sheza membawanya pergi ke arah Zello. Matanya tertuju pada Zello yang sedang bersama dengan beberapa orang berpakaian mewah. Mata Sheza membola ketika dari arah samping pundaknya di senggol oleh seseorang. Bruk.... Byur.... "Ma-maaf aku nggak sengaja." Sheza mencoba membersihkan jaz mahal milik Zello yang terkena anggur miliknya. Tapi tangannya langsung di cekal oleh Zello. Mata mereka berdua bersitubruk sesaat dan Sheza yang lebih dahulu memalingkan wajahnya Entah kenapa, wajah Sheza mulai memanas karena seperti di telanjangi oleh Zello saat ini. "Maaf aku akan ganti rugi jaz nya. Bisa tolong lepaskan tanganku?" Sheza sudah kembali mengontrol dirinya dan bisa menghadapi Zello dengan wajah datarnya. Zello melepaskan tangan Sheza tanpa mengatakan apa apa. Dari kejauhan Salsa yang melihat itu segera menghampiri Sheza. "Kakak, apa yang kamu lakukan?" tanya Salsa dengan nada manjanya. Sheza yang mendengar suara cempreng Salsa memutar bola matanya malas. Dia enggan berurusan dengan Salsa. Apalagi saat ini mereka menjadi pusat perhatian. Zello sejak tadi hanya diam memperhatikan, tapi tatapan matanya terus tertuju pada Sheza. "Bukan urusan mu." Setelah mengatakan itu Sheza pergi dari sana. Dia ingin membersihkan gaunnya yang juga terkena percikan anggur itu. Zello terus memandangi punggung Sheza lalu senyum samar terbit di wajah tampannya. Salsa menghentakkan kakinya kesal. Sejak tadi banyak bisik bisik yang terdengar disana. "Bukannya itu Sheza yang anak haram tuan Tora?" Mata Zello menyipit mendengar itu. Berbeda dengan Salsa yang bahagia karena tanpa dia mengatakan apapun sudah ada yang mewakilinya. Jadi dia tak akan kerepotan turun tangan sendiri. Zello meninggalkan ruangan pesta untuk membersihkan jaz miliknya. Sedangkan Salsa yang baru ingat jika Zello ada di dekatnya langsung mencarinya tapi tak menemukannya disana. "Sialan, ini semua gara gara Sheza aku jadi kehilangan Zello!" geram Salsa. Salsa mengitari ruangan itu untuk mencari keberadaan Zello. Tapi ternyata Zello tak ada disana. # Di toilet, Sheza berusaha menghilangkan noda anggur merah di gaunnya tapi tak kunjung beres. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya noda merah itu sedikit pudar. Tapi saat dia ingin keluar dari toilet dia mendengar suara Salsa yang bicara dengan seseorang. Sheza mengurungkan niatnya untuk keluar dari toilet dan memilih menguping pembicaraan Salsa dengan seseorang itu. "Berikan minuman ini pada Zello, pastikan dia meminum semuanya. Dan buat dia masuk ke dalam kamar yang sudah aku siapkan. Pastikan dia masuk ke dalam kamar itu. Aku sudah mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu." Mata Sheza membola mendengar rencana Salsa yang ingin menjebak Zello seperti itu. Meskipun Sheza tahu dalam dunia mereka ada hal seperti itu. "Dia sampai melakukannya hanya untuk mendapatkan laki laki itu?" gumam Sheza pelan. Sheza memilih menunggu sampai tak ada suara apapun disana. Setelah memastikan Salsa pergi dari sana, barulah Sheza keluar dari toilet. Dia memutuskan untuk segera pulang. Disana dia merasa bosan karena bagi Sheza tak ada yang menarik. Sheza juga tak ingin berurusan dengan Salsa atau pun Zello. Tapi saat dia melewati sebuah lorong untuk pergi dari sana sebuah tangan menariknya dengan keras. "Apa yang kamu.... mph .... " mata Sheza membola saat tiba tiba seseorang menciumnya dengan brutal. Sheza memukul dada laki laki itu tapi dia kalah tenaga. Laki laki itu melepas ciumannya saat merasa pasokan udaranya sudah hampir habis. Mata Sheza kembali melotot lebar saat tahu jika Zello lah yang menciumnya secara brutal. "Lepasin!!" Sheza memberontak tapi tetap saja tenaganya kalah dengan Zello. Sheza tahu saat ini Zello sudah terpengaruh obat yang di berikan oleh Salsa. Dia ingin mendorong Zello agar dia bisa pergi dari sana tapi terdengar derap langkah mendekat ke arahnya. "Sial, aku harus membawanya pergi dari sini!" Sheza berusaha menolak Zello tapi Zello terus menciumnya. "Aku harus gimana, dia berat banget." keluh Sheza bingung. Zello yang memang terpengaruh dengan obat perangsang itu masih setengah sadar dan dia tahu jika ada orang yang mendekat ke arah mereka. Zello menarik tangan Sheza untuk pergi dari sana. Lagi lagi Sheza terkejut dengan apa yang di lakukan Zello kepadanya. Terlebih ketika Zello membawanya masuk ke dalam sebuah kamar. Lalu saat pintu kamar itu tertutup, dengan gerakan cepat Zello kembali mencium Sheza tanpa jeda. Sheza ingin menolak tapi mengingat semua kejadian di rumahnya dan mengingat bagaimana Salsa bertindak Sheza akhrinya menggunakan ini untuk membalas Salsa. "Salsa, kamu nggak akan pernah dapat apa yang kamu mau!" batin Sheza. Perlahan Sheza membalas ciuman Zello tak kalah brutalnya. Zello yang mulai bisa mengendalikan dirinya, membuka matanya. Di sela ciuman mereka, senyum samar tercetak di bibir Zello. "Kucing liar yang nakal!" batin Zello. Zello tak menyia menyiakan hal ini. Dia membuat Sheza menyerah pada kuasanya. Dan malam itu, menjadi malam yang panjang untuk Zello dan Sheza tanpa mereka tahu takdir apa yang akan mereka hadapi ke depannya. # Di sisi lain, Salsa yang sejak tadi menunggu kedatangan Zello mulai gelisah. "Kemana dia?" to be continuedDua orang berbeda jenis ini saling berdiam diri dengan pikiran mereka masing masing. Terlebih Sheza yang tak tahu harus mengatakan apa. Benar dia ingin menggunakan Zello sebagai pisau untuk membalas orang orang yang menyakitinya. Tapi ini begitu cepat, dan Sheza tak bisa berpikir normal. "Sheza, aku tahu kamu mendekati ku karena ingin memanfaatkan ku." Tubuh Sheza membeku karena rencananya bisa ketahui oleh Zello dengan mudah. Zello, hanya sebagian orang yang tahu siapa dirinya yang sebenernya. Sheza mengigit bibir dalamnya, berusaha untuk tetap tenang di depan Zello. Entah kenapa, Sheza mendadak menjadi orang yang insecure saat bersama Zello. Dan ini bukan dirinya. Sejak tadi dia gelisah dan semakin gelisah lah dia saat Zello juga tahu apa yang dia rencanakan. Sheza memejamkan matanya sesaat, lalu dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Zello dengan wajah datarnya. "Kamu mencari tahu tentangku?" Zello melihat Sheza dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak
Sekertaris Zello sudah menunggu di depan ruangan Zello. Dia tersenyum saat Zello tiba disana. Zello berhenti di depan sekertaris nya lalu melihat sekertaris nya dari atas sampai bawah. "Kamu mau kerja apa mau jual diri?" "A-apa maksud tuan?" tanya Sekretaris itu tergagap. "Raka, siapa yang kasih ijin ada sekertaris perempuan di tempatku?" Raka yang sebenarnya juga baru tahu jika ada sekertaris perempuan disana tak langsung menjawab. Perempuan yang baru saja di tunjuk jadi sekertaris itu merasa jika Zello terlalu berlebihan. "Tuan muda, aku disini di tunjuk langsung oleh tuan besar sebagai sekertaris tuan muda. Jika tuan muda tak terima, tuan muda bisa langsung protes kepada tuan besar." Raka menahan napas nya saat mendapati jika perempuan itu malah menantang Zello dengan beraninya. "Jadi kakek menyuruhmu sebagai sekertaris ku? Kenapa kamu tak jadi sekertaris dia aja di rumah nya, mungkin juga jadi teman di ranjangnya??" Mata Zello menatap nyalang pada w
Sheza memegang pipinya yang panas karena tamparan Tora kepadanya. Dia menatap Tora marah, sedangkan Tora terkesiap dan melihat tangannya sendiri yang sudah menampar Sheza. Salsa dan ibunya tersenyum lebar saat melihat adegan di depan mereka. "Wah, sudah main tangan ternyata." ucap Sheza dingin. Tak ada rasa takut di wajahnya, hanya ada rasa marah dan terluka. Sedangkan Tora merasa jika akan ada hal lain yang Sheza lakukan setelah ini. "Tentu saja aku menamparmu, kamu bahkan berani pulang pagi hari. Dimana kamu semalam? Adikmu mengatakan kalau kamu pergi dengan laki laki!!" Sheza sudah bisa menduga jika Salsa dengan cepat mengadu pada Tora jika dia tak pulang semalaman. "Oh, jadi dia mengadu pada papa? Wah, rajin sekali dia memantau hidupku!" sindir Sheza pada Salsa. Salsa gelagapan saat Sheza menatapnya tajam. "Kak, aku nggak ngadu. Papa tanya dimana kakak, aku hanya memberitahu tentang kakak kepada papa. Dan lagi kakak semalam kemana? Aku juga lihat kakak
Pagi hari ..... Mata Zello terbuka lebih dahulu, memegang kepalanya yang terasa pusing. Saat dia ingin bangun, tangannya terasa berat. Dia menoleh, matanya membeliak melihat seorang wanita masih tertidur pulas di pelukannya. Zello mencoba mengingat apa yang terjadi dengan mereka semalam. Ingatannya berkelana pada saat malam panas Zello dengan wanita itu. Senyum tipis muncul di wajah tampannya. Dia merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu. Zello membiarkan tangannya menjadi bantal tidur Sheza. Dia mengambil ponselnya lalu menyuruh Raka mencari tahu tentang apa yang terjadi. Terutama siapa yang menaruh obat kepada minumannya. "Bawakan aku baju ganti!" Setelah memberi perintah pada Raka, Zello kembali merebahkan dirinya dengan posisi menyamping ke arah Sheza. "Wanita ini yang semalam mengguyur jaz mahal ku. Cantik juga ternyata." gumam Zello pelan. Dia terus mengamati wajah Sheza yang masih tertidur nyenyak. # Setengah jam berlalu, terde






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.