Universitas Negara
Bagi mahasiswa fakultas bisnis di tahun ketiganya, hari ini merupakan ujian tertulis terakhir sebelum mereka disibukkan dengan kerja praktek dan tugas akhir untuk menentukan kelulusan. Albert baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya dan sedang merapikan kembali laptop dan peralatan ujiannya ketika sekelompok mahasiswa dari ruang ujian lain berkumpul di ruang ujiannya. Kelompok mahasiswa ini dipimpin oleh seorang dosen pria tua dengan tubuh gempal dan wajah tidak menyenangkan, dosen yang dikenal sebagai profesor Martin.Martin mengambil posisi di depan kelas dan berseru dengan nada nyaringnya, “Ah, maaf saya meminta waktu kalian sejenak untuk membantu kalian dengan program kerja praktek semester depan.”“Baik pak!”“Jangan lama-lama ya pak!”“Betul pak, yang rumahnya jauh nanti gak terkejar untuk makan malam dan sholat maghrib.”Martin menganggukkan kepalanya berkali-kali membuat pemandangan yang begitu menjijikan bagi sebagian orang karena lemak yang memenuhi wajahnya itu bergoyang-goyang. Albert menghela nafas dan kembali duduk dengan memanggul tasnya. Sambil menunggu Martin selesai dengan urusannya, ia mengaktifkan kembali ponselnya yang telah dinonaktifkan sejak ujian dimulai tadi. Ponsel tuanya itu membutuhkan waktu lebih dari 10 menit untuk proses pengaktifan kembali. Ia rasa waktu itu sudah cukup untuk apapun urusan Martin saat ini.Martin memandang sekeliling dan kemudian dengan senyuman yang menjijikkan. “Ah Albert dan anak beasiswa lainnya bisakah kalian memberikan kursi kalian untuk teman-teman kalian yang lebih berhak?”Keheningan melanda ruangan itu sejenak sebelum satu per satu anak beasiswa menyerahkan kursi mereka kepada orang lain. Sudah bukan rahasia umum bahwa Martin sangat mendiskriminasi anak-anak penerima beasiswa, terlebih jika mereka penerima beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu. Albert termasuk dalam salah satu kategori mahasiswa tersebut. Biasanya ia tidak akan tinggal diam dengan perbuatan Martin ini namun ia tidak mau menyebabkan masalah sehingga lebih memilih untuk mengangguk dan segera bangkit. Secara diam-diam ia juga berdiri dekat dengan pintu masuk untuk segera meninggalkan ruang ujian tersebut ketika Martin selesai.“Ini berkaitan dengan program kerja praktek kalian semester minggu depan. Saya menyadari beberapa dari kalian masih belum menemukan perusahaan yang cocok untuk kalian. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati akan memberikan kalian rekomendasi tentunya dengan usaha yang pantas,” ujar Martin dengan senyum pongahnya.‘Usaha yang pantas maksudnya adalah seberapa besar benefit yang bisa diberikan oleh mahasiswa kepada dosen korup ini,’ pikir Albert. Pemikiran yang sama sepertinya dimiliki oleh mahasiswa di ruangan tersebut. Namun, tidak banyak yang dapat mengatakan itu secara langsung kepada Martin mengingat statusnya sebagai dosen yang merupakan anggota keluarga dari rektor.“Kalian lihat mahasiswa berbakat kita, tuan Albert ini,” Martin nyinyir. “Walaupun selalu digadang sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya, ia hanya mendapatkan kesempatan di Harapan Group, perusahaan yang tidak termasuk dalam 10 besar di negara ini ? Apa kata orang nantinya ? Fakultas bisnis di Universitas Negara selalu termasuk dalam fakultas yang favorit. Oleh karena itu untuk menghindari kejadian serupa saya bersama 4 dosen lain bersedia memberikan rekomendasi kepada mahasiswa yang pantas, bahkan jika bisa kerja praktek di Jaya Group!”Albert tak mengambil pusing dengan sindiran Martin. Satu tahun ke depan ia sama sekali tak perlu berurusan dengan dosen tua ini dan ia yakin dapat menyelesaikan pendidikannya dalam satu tahun ini juga. Ia hanya akan membuang-buang tenaga jika mengikuti permainan dari Martin.Namun berbeda dengan mahasiswa lain, mereka segera antusias ketika mendengar nama Jaya Group.“Jaya Group? Bukankah itu perusahaan terbesar di negara ini?”“Kudengar mereka hanya menerima lulusan dari luar negeri?”“Tak mengherankan karena Jaya Group merupakan salah satu aset dari keluarga terkaya di dunia.”“Kudengar ada beberapa alumni kita bekerja di sana? Apakah profesor Martin akan menghubungi mereka untuk memberikan kita rekomendasi?”Martin cemberut sejenak karena tak mendapatkan reaksi dari Albert namun segera mengalihkan perhatiannya kepada seseorang yang mengangkat tangannya. Senyuman menjijikkan kembali muncul di wajahnya ketika menyadari bahwa pertanyaan datang dari salah satu primadona kampus, Gebby.“Bagaimana kami menunjukkan bahwa kami pantas profesor Martin?” tanya Gebby dengan nada yang dibuat manis dan gestur tubuhnya jelas ditujukan untuk menggoda dosen tua tersebut.Albert harus memuji gadis ini atas kemampuannya untuk menyanjung seseorang. Ia bahkan memanggil Martin dengan sebutan profesor walaupun dosen itu tak memiliki gelar tersebut.“Pertanyaan yang bagus Gebby. Kami akan mengadakan wawancara dengan mahasiswa yang tertarik. Oleh karena itu maksud saya hari ini adalah untuk mengumpulkan nama-nama yang tertarik,” Martin mengeluarkan spidol dan mulai menulis pada papan tulis. “Kalian dapat mendaftar melalui tautan ini. Totalnya ada 5 dosen yang dapat memberikan rekomendasi, masing-masing dari kami akan memberikan rekomendasi maksimal 10 mahasiswa. Kalian tidak perlu khawatir karena tempat yang kami rekomendasikan sangat bagus untuk masa depan karir kalian.”Albert memperhatikan banyak mahasiswa yang mulai mencatat atau mengambil foto tautan tersebut, sepertinya masih banyak yang belum mendapatkan tempat kerja praktek atau mungkin kurang puas dengan pilihan mereka sekarang.Getaran dari ponselnya yang telah aktif segera mengalih perhatian Albert. Ketika notifikasi 3 panggilan terjawab dari rumah sakit harapan bunda tertulis jelas di layar ponselnya, Albert merasa jantungnya sempat berhenti seketika.“Albert, saya melihat kamu sama sekali tidak menulis tautannya ? Apa kamu sudah puas dengan penempatanmu di Harapan Group?” tanya Martin menyindir.“Tidak, saya sudah puas dengan pilihan saya sekarang. Terima kasih atas perhatian anda pak,” jawab Albert dengan tenang. “Jika ini hanya berkaitan dengan kerja praktek, maka saya yang sudah memiliki tujuan, izin untuk pamit karena saya ada urusan lainnya.”Albert mengabaikan segala teriakan dan teguran dari Martin atau mahasiswa lainnya ketika ia melangkah keluar dari ruang tersebut dengan terburu-buru.Apa yang ada dipikirannya sekarang adalah spekulasi-spekulasi buruk yang mungkin terjadi ibunya. Rumah sakit harapan bunda adalah tempat ibunya dirawat karena mengalami koma setelah kecelakaan lalu lintas yang terjadi 8 tahun yang lalu.Setibanya di rumah sakit, Albert segera menuju bagian informasi.“Saya Albert Gunawan, anak dari pasien Cynthia R. Gunawan, saya mendapatkan beberapa panggilan dari rumah sakit ini beberapa jam tadi namun tak bisa menjawabnya karena sedang mengikuti ujian," Albert menjelaskan situasinya dan mengakhirnya dengan pertanyaan, "Apakah ada berita terbaru tentang ibu saya?”Perawat itu dengan cekatan meminta bukti identitas Albert dan ibunya dan segera memproses informasi tersebut.
Dengan ekspresi menyesal, ia segera menjawab, “Maaf, pasien Cynthia R. Gunawan telah meninggal dunia.”
Berita ini membuat Albert terdiam. Kenangan bersama ibu mulai memenuhi otaknya dan memaksanya untuk menahan tangis. “Apakah saya dapat melihat jasadnya?”“Maaf setelah kami gagal menghubungi anda. Ada pihak yang membawa bukti bahwa mereka merupakan perwakilan dari kakek anda. Mereka telah membawa jasad ibu anda pergi. Kami menyimpan kartu nama dari seseorang yang bernama Frederick,” jelas perawat sambil menyerahkan sebuah kartu nama.Ketika mendengar nama Frederick, Albert langsung mengetahui siapa yang telah membawa ibunya. Tak mengherankan mereka dapat dengan mudah membawa jasad ibunya dengan melewatkan persetujuan dari Albert yang tercatat sebagai satu-satunya keluarga dalam dokumen di rumah sakit, karena mereka adalah keluarga terkaya dan paling berpengaruh di dunia, keluarga Rich.Frederick adalah butler keluarga Rich yang datang datang menjemputnya yang saat itu masih berusia 10 tahun hanya untuk mendengar vonis dari dokter tentang ibunya yang mengalami koma setelah kecelakaan l
Albert menerima tawaran Gading dengan canggung. Ia tidak yakin dapat mempercayai pria tua ini namun ia tak merasakan kepalsuan dari antusiasme dan rasa hormat Gading kepada orang tuanya sehingga membuatnya menurunkan kewaspadaannya.Gading memintanya menunggu di ruang tamu dan buru-buru ke lantai 2 untuk mengambil barang peninggalan ayahnya. Selagi menunggu, pandangannya secara alami memperhatikan ruangan tamu tersebut dan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya ketika pikirannya tidak dapat menemukan perbedaan dalam desain dan tata letak ruang tamu ini dengan 8 tahun yang lalu.“Maaf membuat anda menunggu tuan Albert. Ayah anda, tuan David, menitipkan ini kepada saya sebelum dia meninggal,” Gading kembali sebuah kotak kecil di genggamannya, “Ia berpesan untuk menyerahkannya kepada anda saat anda berusia 18 tahun.”Albert merasa terharu ketika melihat kotak itu. Barang ini merupakan satu-satunya peninggalan ayahnya. Dengan hati-hati, ia membuka kotaknya untuk menemukan sebuah cincin.
Selagi Gading sibuk mengurus untuk akses masuk mereka, Albert memilih untuk menjelajahi fitur dari sistem pemenang yang ternyata bereaksi dengan pikirannya. Jika ini seperti game, maka seharusnya ia bisa mendapatkan fitur help untuk penjelasan.Sejurus kemudian layar transparan itu menghilang dan suara mekanik segera terdengar dari dalam kepalanya.[Sistem pemenang merupakan sistem yang dirancang untuk membantu seseorang mencapai potensi terbaik dalam dirinya sehingga anda dapat menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Sistem akan menilai level anda berdasarkan dari analisa DNA, semakin tinggi level anda, maka semakin banyak manfaat yang dapat anda peroleh]Albert segera memilih untuk memeriksa levelnya. Kali ini, layar transparan yang menunjukkan datanya.[Level: 16/100 (Pemula)][Kecerdasan: 20/100 (Pemula)][Kekuatan: 12/100 (Pemula)][Kebijaksanaan: 8/100 (Pemula)][Keterampilan: Bela diri 10/100 (Pemula), Strategi 2/100 (Pemula)][Selamat! Anda memperoleh manfaat atas pencapaian an
Albert terkejut dengan suara dalam kepalanya. Namun, multitasking segera aktif ketika layar transparan muncul.[Sistem telah mencatat tujuan anda!][Tujuan: menjadi yang terkaya dan paling berpengaruh di dunia][Tingkat keberhasilan: sangat sulit][Progress: 1%][Program untuk mencapai tujuan: aktif. Progress: 0%]Penjelasan sistem memang mengatakan bahwa sistem ini membantu pengguna mencapai potensi terbaik mereka. Tentu untuk mencapai potensi itu dibutuhkan sebuah tujuan. Walaupun Albert tanpa sadar menentukan tujuan tersebut, namun ini tidaklah buruk. Terlebih sistem ini bahkan menyiapkan program untuknya mencapai tujuan tersebut. Jika ia bisa membalas semua perbuatan keluarga Rich, maka apapun akan ia lakukan!Albert mengnonaktifkan multitasking untuk kembali fokus pada obrolan mereka. Satu hal yang lagi ia sadari bahwa selagi multitasking aktif, otaknya menyimpan semua informasi yang diterima dan bertindak sebagaimana apa yang biasa ia lakukan. Ketika keterampilan itu dinonaktif
Gading mengangguk dengan mantap.“Tepat sekali tuan. Saya perlu memberitahu anda bahwa tanpa status anda sekarang pun, kemampuan anda sudah cukup untuk menunjukkan anda layak menerima beasiswa ini,” jawab Gading dengan wajah nostalgia. “Di tahun pertama Harapan Group berdiri mereka mendulang kesuksesan besar setelah memenangkan persaingan dengan salah satu bisnis keluarga Rich. Untuk menyatakan rasa syukurnya, tuan David mengatakan untuk menganggarkan 50% dari dividennya untuk program beasiswa.”“Kala itu saya dan nyonya menyambut baik usulan tuan David. Namun kami menyarankan agar kita membangun yayasan independen yang terpisah dari Harapan Group sehingga jika keluarga Rich atau keluarga lain yang masih mengincar Harapan Group bertindak berlebihan, para penerima beasiswa ini tidak menerima dampaknya,” jelas Kevin dari sisinya.Elang ikut menambahkan sudut pandangnya, “Saya merupakan generasi pertama dari program beasiswa ini. Saat itu hanya pak Gading dan nyonya Cynthia yang menjadi
Albert tersenyum puas dengan keterampilan yang ia pilih. Ia mengingat kembali kejadian sebelum ia mencapai kamar asramanya yang menjadi alasan kuat untuk memilih keterampilan ini.Setelah Gading pergi, ia menuju minimarket terlebih dahulu untuk membeli peralatan mandi dan beberapa perlengkapan untuk membantunya pindah. Yah, ia telah memutuskan menerima tawaran Gading untuk kembali ke rumah masa kecilnya. Ia tidak butuh banyak pertimbangan, mengingat begitu ia memulai kerja praktek dan tugas akhir, akan sangat kecil kewajibannya untuk kembali ke kampus.Minimarket yang terletak dalam fasilitas kampus normalnya tetap sebelum larut malam. Namun dengan berakhirnya ujian pada hari ini, ada kemungkinan minimarket akan lebih cepat tutup karena banyak mahasiswa di asrama yang kembali ke rumah masing-masing. Oleh karena itu, Albert mempercepat langkahnya karena kampus sudah sangat sepi. Ketakutannya segera memudar begitu melihat minimarketnya masih buka dengan kasir yang tengah beres-beres untu
Riska mengutuk dirinya karena telah menolak tawaran Albert, pria yang ramah dan menyenangkan, untuk mengantarnya ke parkiran ketika 2 berandalan mulai mengganggunya. Ia semakin memperburuk keadaan setelah dengan refleks menampar salah satu berandal yang berusaha menangkap lengannya.“Anda jangan tidak sopan ya! Saya peringatkan anda akan ada konsekuensi yang berat jika anda berani menyentuh saya sembarangan!” Riska berteriak berusaha untuk menunjukkan keberanian untuk mengintimidasi kedua berandal ini. Tentu saja dengan paras wajahnya, hal itu sia-sia.Pemuda yang ditampar menatapnya dengan dingin dan kata-kata berikutnya membuatnya merinding, “Ah gadis cantik ini ternyata sangat garang ya … sebagai warga negara yang baik, kita dapat menyelesaikan masalah ini dengan damai kan ..... Hei bukankah kak Joni suka wanita yang begini?!” Pemuda yang lain terkekeh dan menatap Riska dengan pandangan kotor. “Aku belum pernah melihat gadis secantik ini di fakultas bisnis selain kak Gebby. Mengin
[Perintah tidak bisa dilaksanakan selagi sistem dalam proses.]Albert mengeluh ketika ia gagal untuk mencoba fitur help. Ia ingin mempelajari lebih lanjut tentang sistem namun sepertinya selain keterampilan, fitur sistem yang lain tidak dapat digunakan secara bersamaan. Ia bahkan telah mencoba untuk menggunakan keterampilan multitasking hanya untuk menemukan notifikasi yang sama.Tidak dapat berbuat apa-apa tentang sistem, Albert segera meraih surat wasiat sang ibu. Barang-barang yang ia miliki sangat sedikit jadi ia berpikir untuk menyusun besok pagi saja.Dengan tangan yang bergetar, ia membuka surat tersebut.[ Selamat ulang tahun yang ke-10, Albert. Jika kamu menerima surat ini, maka itu berarti aku tidak dapat berada menyaksikan kelulusanmu. Aku sangat sedih membayangkan jika itu terjadi. Namun, aku lebih sedih lagi jika berpikir kamu akan tumbuh dewasa tanpaku disisimu.Sebagai seorang ibu, aku dengan bangga mengatakan bahwa aku sangat yakin kamu akan baik-baik saja untuk tumbuh