Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Bab 1Putra Sang PresdirBab 1. Setelah Lima TahunGadis berusia sembilan belas tahun itu tengah menatap nanar perut buncitnya. Tinggal menunggu dua hari lagi dia akan melakukan operasi cesar, melahirkan buah hati yang tidak berhak dimilikinya.Lerina, dia tinggal di sebuah villa bersama wanita paruh baya yang diperintahkan untuk menjaganya.Dia ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika berusia lima tahun, dan paman dan bibinya mengambil alih perusahaan mereka. Lerina tinggal dengan mereka yang juga memiliki putri seusia Lerina, dia adalah Selena.Katika Lerina berusia delapan belas tahun, dia dicampakkan, diusir bagai sampah tanpa diberi apapun. Pamannya telah memindahkan seluruh harta yang diwariskan orang tuanya kepada Lerina menjadi atas nama mereka."Enyah Kau dari hadapan kami! Perempuan miskin!" usir Bibinya."Hahaha, Kau pikir kami benar-benar menyayangimu!" kata Selena."Hush, cepat pergi dari sini, sekarang Kau hanya sampah yang tidak berguna!" Pamannya pun merendahkan di
Bab 2Daddy, Aku Hanya Ingin Mommy! 'Tuan muda!'Berarti dia adalah putra dari presiden direktur Han Zoku? Semua menoleh pada Bella, dia sudah dengan berani memarahi anak presdir bahkan ingin menamparnya."Ayo, kembali! Daddy mencarimu!" Paman Peng mendekat dan meraih tangan Tuan Muda Sean."No! Aku ingin bersama bibi ini. Daddy mengabaikanku!" Dia menolak dengan tegas, tangannya tetap memegang kaki Lerina.Lerina jadi sedikit tidak nyaman. "Mereka sedang bekerja, jangan di ganggu ya!" ucap Paman Peng Lagi."No, Bibi ini jahat, dia menyakiti bibi cantik ini, aku tidak akan membiarkannya," katanya dengan tegas sambil melirik Bella marah. Astaga, anak kecil ini. Gumam semua orang.Bella sudah sedikit pias, kalau Peng menyebutnya Tuan muda berarti dia adalah putra peresiden Zoku Holding. Lerina merasa lucu, bagaimana mungkin pria kecil ini ingin menjaganya, bahkan dirinyalah tadi yang menjaganya dari tangan kasar Bella.Peng menyipit. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya. Dia yakin
Bab 3Bibi Maukah Kau Memandikanku? Pukul sepuluh presiden Zoku keluar dari ruangannya. Sesaat Lerina terlena, bosnya ini auranya begitu mendominasi, dia nyaris sempurna sebagai seorang pria, rasanya mustahil tidak ada wanita yang tertarik padanya.Lerina tahu, Tuan muda generasi ketiga Zoku ini sudah berusia tiga puluhan tahun sekarang."Sampai kapan Kau akan mematung disitu?"Suara Han mengagetkannya, bisa-bisanya dia memikirkan orang yang sedang berada di dekatnya dan entah sudah berapa lama pria itu menatapnya."Ah, maaf Tuan!" Lerina tak dapat menyembunyikan kegugupannya.Mereka berada di lift yang sama, saat turun ke bawah, banyak yang menatap heran, bagi yang sudah mengenali Lerina mereka berpikir bahwa dia sedang libur ternyata dia bersama CEO mereka.Bella yang kebetulan baru keluar dari ruangannya juga menatap tidak suka pada Lerina. Dia sudah lama mendambakan di dekat presdir namun dia tidak dipilih menjadi sekretaris, meskipun jabatannya sebagai kepala divisi keuangan juga
Bab 4"Bibi! Kau tidak menanyakan namaku?" Sean memainkan kancing baju Lerina.Kini mereka berada di kamar untuk memakaikan baju pada Sean setelah hampir setengah jam memandikannya, hingga membuat baju Lerina sedikit basah."Aku bisa memanggilmu Tuan muda," kata Lerina. Dia mulai memakaikan pakaian dalam untuk Sean.Dia sedikit teringat tentang anaknya, sekarang pasti sudah sebesar ini. Pikirnya."Bibi harus memanggilku nama!" protesnya. Baginya Lerina istimewa."Lalu, siapakah nama Tuan muda tampan ini?" Lerina sedikit menggelitiki perut Sean.HahahahaSean tertawa kegelian, hingga terdengar keluar.Lerina begitu hangat, dia merasa senang dengan anak ini."Bibi, stop! Sean tidak tahan!""Oh, jadi namanya Sean?""Hmm, dan itu pemberian daddy," jawabnya cepat.Lerina mengingat masalalu. Dia pernah berkata pada wanita tua yang menemaninya selama mengandung anaknya dulu. Kalau dia ingin anaknya di beri nama Sean."Bibi, Kau melamun? Aku kedinginan!" Dia, mengguncang tangan Lerina."Oh iya