"Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"
Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra."Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang."Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu."Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan keluar. "Prajurit, cepat panggil tabib sekarang! Tuan putri Aludra dalam bahaya!"Si prajurit lantas bergegas setelah mengiyakan perintah sang panglima perang.Sang ratu membelai putri Aludra dengan air mata yang tidak bisa dicegah membanjiri pipinya. "Apa yang harus ibu lakukan untuk mengurangi penderitaanmu, Nak? Ibu rela menanggung kutukan itu, asal kau tidak menderita." Terbata sang ratu bicara demikian. Semua yang menyaksikan ikut merasa pilu."Semua akan baik-baik saja, Ratu, tidak akan terjadi apapun pada tuan putri." Sang penasehat kerajaan mencoba menenangkan ratu mereka."Aku tidak akan bisa tenang sampai kutukan itu hilang sepenuhnya, aku tidak bisa menyaksikan putriku tumbuh dengan kutukan yang melekat pada dirinya, aku tidak sanggup ...."Ratu yang terkenal kuat dan tangguh, kini benar-benar terlihat tak berdaya, dan sang ratu tidak peduli jika sisi lemahnya disaksikan oleh para petinggi kerajaan."Hamba yakin paduka raja akan dapat menemukan cara untuk membujuk ratu penelope, Paduka ratu. Hamba berjanji hamba akan sering mengunjungi paduka raja untuk memastikan keadaan di sana baik-baik saja." Panglima Felix menyahut."Tabib telah datang," ucap Miya kemudian segera mempersilakan tabib kerajaan untuk memeriksa kondisi putri Aludra."Tabib, apapun yang terjadi tolong buatlah putriku tetap aman," pinta Ratu Cassandra."Tentu, Paduka ratu." Tabib kemudian mendekati putri Aludra yang masih memejamkan mata, dan segera melakukan tugasnya.Di sisi lain, di Ies Dream tepatnya di kerjakan bangsa unicorn, Raja Eros nampak tengah menenangkan sang permaisuri yang sedikit kacau setelah pertemuannya dengan raja Arsen di gerbang perbatasan kerjaan unicorn, yaitu di lembah Ilusi."Aku memang marah dan sangat merasa kehilangan putriku, tapi aku juga seorang ibu, Raja, aku bisa merasakan bagaimana ratu Cassandra menderita melihat putrinya yang tidak bersalah harus menanggung kutukan. Aku mencoba untuk menghapus kutukan itu tapi aku tidak bisa melakukannya, seolah ada kekuatan lain yang menghalangi niatku itu." Ratu Penelope berbicara panjang lebar setelah ia mencoba menghapus kutukan yang ia lepaskan untuk putri Aludra namun ia gagal melakukannya.Tepat ketika ada asap kehitaman yang keluar dari tubuh putri Aludra kemudian kembali masuk ke dalam tubuh sang putri, saat itulah ratu Penelope tengah berusaha melenyapkan kutukan itu namun gagal. Seperti yang dikatakan ratu Penelope pada raja Eros, seperti ada kekuatan lain yang menghalangi lenyapnya kutukan itu meski telah berhasil keluar dari tubuh putri Aludra namun akhirnya kembali masuk."Tenangkan dirimu, Ratuku. Kau melakukan itu dengan perasaan yang masih dicemari kemarahan, kau tidak akan berhasil. Kau bener, apa yang kau lakukan adalah sebagai pelajaran bagi raja Arsen agar dia tidak semena-mena berbuat karena dia adalah seorang raja. Sebagai seorang raja dia harus bertindak dengan hari murni, tanpa diliputi keegoisan dan obsesi.""Tapi aku merasa begitu jahat pada seorang bayi yang tidak bersalah, Raja, aku—""Ssttt ... Aku mengerti perasaanmu." Raja Arsen menarik tubuh Sang Permaisuri untuk masuk ke dalam dekapannya. "Aku tidak melarangmu jika kau ingin melenyapkan kutukan itu tapi satu hal yang harus kau tau, hatimu harus bersih. Tidak boleh ada kemarahan sedikitpun di dalam hatimu. Dan jika sudah demikian maka itu artinya kau tidak lagi menyimpan dendam pada raja Arsen.""Aku tidak merasa mendendam. Aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran. Apakah aku sangat keterlaluan?""Semua bentuk emosi tentu bisa saja hinggap di hati manusia, baik itu kemarahan, cinta, kebencian, bahkan dendam. Yang membedakan satu orang dengan orang lain adalah bagaimana ia bisa menyikapi emosi itu. Kau ratuku, aku sangat mengenal dirimu. Hatimu sangat lembut dan kau adalah orang yang sangat pemaaf. Namun aku tidak bisa menyangkal bahwa kehilangan seorang putri membuatmu sedikit berbeda."Ratu Penelope mengurai jarak, kemudian menatap Sang Raja lekat. "Apakah aku berubah menjadi seorang pendendam, Raja?""Hanya kau sendiri yang dapat mengetahui jawabannya," balas Raja Eros diselipi senyuman.Ratu Penelope tertunduk, merenungkan setiap ucapan raja Eros, kemudian menilik pada dirinya sendiri."Lebih baik kau tenangkan dirimu sekarang. Istirahatlah, ini sudah cukup larut." Raja Eros dengan sabar membimbing sang permaisuri untuk pergi istirahat.Ratu Penelope masih terus berpikir keras meski langkahnya mengikuti sang raja untuk kembali ke kamarnya."Raja, izinkan aku menemui raja Arsen besok," ucap ratu Penelope tiba-tiba.Raja Eros mengerutkan dahi. "Apa yang akan kau lakukan, Permaisuriku?"Setelah tiga hari kepergian Panglima Felix dan Tabib Cakara, akhirnya kini mereka kembali. Dan kembalinya mereka disambut meriah oleh seluruh warga negeri Putih karena mereka pulang bersama Putri Aludra.Kabar sembuhnya Putri Aludra dari kutukan seketika menyebar luas, dan semua berbahagia mendengar kabar tersebut.Ratu Cassandra menyambut kepulangan putrinya dengan penuh perasaan bahagia. Air mata bahagia tiada hentinya membanjiri pipi.“Terima kasih banyak atas kebaikan Anda. Aku berhutang nyawa kepada Anda, dan demi membalas kebaikan Anda, aku akan mengerahkan pasukanku untuk mencari keberadaan muridmu yang tidak diketahui keberadaannya. Aku juga akan meminta bantuan kenalanku dari beberapa negeri lain untuk ikut mencari muridmu sampai ia ditemukan,” tutur Raja Arsen panjang, berterima kasih serta berjanji untuk membantu Guru Arkatama menemukan Philip.“Alhamdulillah, aku sangat berterima kasih atas kesediaan Anda untuk membantu mencari keberadaan muridku yang hilang,” balas Guru
Negeri Putih digegerkan dengan ditemukannya seorang pria tak sadarkan diri di perbatasan dengan luka-luka yang tidak bisa dikatakan biasa saja.Atas perintah raja, pria yang ditemukan terluka parah itu dibawa ke istana untuk diberikan pengobatan terbaik. Tabib Cakara bertugas untuk mengobati pria yang terdampar itu.“Bagaimana keadaannya, Tabib?” Raja Arsen turun tangan langsung untuk menanyakan keadaan pria malang itu.“Kondisinya sangat parah, Paduka Raja, luka-lukanya serius. Sepertinya dia baru saja melakukan pertarungan yang hebat,” jelas Tabib Cakara.“Lakukan yang terbaik, Tabib Cakara, siapa pun dia, karena dia terdampar di negeri kita, maka aku menganggap dia adalah warga kita,” titah sang raja.“Baik, Paduka, sesuai perintah Anda.”Baru saja Raja Arsen ingin meninggalkan ruangan, Pamglima Felix masuk membawa berita penting.“Ada apa, Panglima Felix?”“Adolf mengirimkan surat, Paduka Raja,” jawab Panglima Felix sambil menyerahkan sebuah gulungan kecil pada sang saja.“Semoga
Philip panik, fokusnya terbagi antara harus menjaga kendi itu atau harus melakukan sesuatu agar racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama tidak mengenai obat penawar yang dicari.Kutukan Putri Aludra tidak bisa dipatahkan dengan kematian raja Aristama, melainkan hanya bisa dipatahkan dengan obat penawar. Lalu bagaimana jika obat penawar itu tercemar? Maka tidak ada lagi harapan bagi Putri Aludra.Guru Arkatama segera menghampiri Philip, berusaha membantu mengamankan mata air itu. Semakin lama racun itu semakin mendekat ke arah mata air itu, hendak mencemari. Guru Arkatama berusaha menghalau racun namun tidak banyak yang biasa ia lakukan karena racun itu menyatu dengan air, sedangkan air terus mengalir."Guru ... aku rela menukar nyawaku demi obat penawar itu bisa aku lakukan. Selamatkan Aludra, Guru ...."Philip tidak tahu harus bagaimana, ia merasa putus asa, bahkan saat ini dirinya pun mulai merasa lemah karena menghirup racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama terus-menerus. Ditamba
Raja Aristama langsung menyerang Philip tanpa ampun. Philip tidak bisa diam saja. Terpaksa Philip menjauh dari letak matabair itu agar tidak rusak terkena serangan dari sang raja iblis.Philip terus bergerak melakukan perlawanan, sambil terus berpikir keras bagaimana ia bisa menghindari pertemuan dengan Raja Aristama dan mengambil obat penawar itu jika seperti ini terus sedangkan satu raganya yang lain masih disibukkan dengan pertarungan melawan para prajurit pilihan sang raja iblis.Sepertinya Raja Aristama benar-benar ingin menggagalkan rencana Philip, bahkan mungkin ingin membunuh Philip."Kau seharusnya tidak ikut campur, anak muda! Kau menghalangi rencanaku maka kau akan aku habisi!" Ancaman Raja Aristama terdengar mematikan, bersamaan serangan telak yang mengenai Philip hingga pria itu terpental serta muntah darah.Philip memegangi dadanya yang terkena serangan telak, masih sambil terbatuk-batuk pria itu bangun, tidak mau menyerah."Rencanamu yang ingin menghancurkan perdamaian d
"Kau ingin menjadi muridku? Untuk apa? Dalam hal apa?" tanya Guru Arkatama berbondong."Aku ingin belajar tentang keyakinan yang Guru yakini, dan semua hal yang berhubungan dengan itu," balas Putri Aludra.Guru Arkatama terdiam sesaat. "Apa yang membuatmu ingin belajar tentang hal yang kami yakini? Apakah hanya karena Philip semata?" tanya Guru Arkatama dengan tatapan menyelidik.Kini giliran Putri Aludra yang terdiam mendengar pertanyaan Guru Arkatama.Sejujurnya Putri Aludra mulai goyah dan takut ketika Guru Arkatama mengatakan ia dan Philip tidak bisa bersatu karena berbeda keyakinan. Ini kali pertama Putri Aludra merasa jatuh cinta pada seorang pria. Tentu saja Putri Aludra berharap bisa memperjuangkan cintanya. Maka ketika mendengar pernyataan Guru Arkatama, Putri Aludra bertekad harus memperjuangkan Philip apalagi Philip bahkan rela melawan bahaya demi dirinya."Aludra, jangan terlalu terburu-buru, pikirkan dulu baik-baik sebelum kau mengambil keputusan. Karena setiap keputusan
Philip memikirkan baik-baik kemungkinan keberhasilan usaha yang bisa dia lakukan, memperhitungkan segalanya. Mulai dari jarak pendopo dengan laut Perak yang tidak bisa dikatakan dekat, kemudian kedalam laut yang mencapai lebih dari 15.000 meter serta rintangan yang harus dihadapi. Semua itu diperhitungkan oleh Philip hingga terdengar suara sang guru yang menegurnya."Semakin kau banyak berpikir maka waktumu semakin habis. Putuskan, Philip!" seru sang guru."Aku tetap akan maju, Guru!" jawab Philip cepat dan tegas.Guru Arkatama mengulas senyum tipis. "Baik. Gunakan kendi ini sebagai wadah obat yang aku jelaskan tadi. Kau sudah cukup mampu untuk membelah diri, Philip, tapi kau hanya memiliki kesempatan satu kali, jadi pergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan lupa selalu niatkan semua atas nama Allah. Pergilah, waktu terus berjalan, jangan membuang waktu!"Philip menerima kendi kecil itu, menyimpannya dan tanpa banyak kata ia segera bersiap untuk pergi karena waktu semakin berjal