Share

5. Diperlukan Hati Yang Bersih

"Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"

Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.

Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra.

"Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."

Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang.

"Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.

Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu.

"Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan keluar. "Prajurit, cepat panggil tabib sekarang! Tuan putri Aludra dalam bahaya!"

Si prajurit lantas bergegas setelah mengiyakan perintah sang panglima perang.

Sang ratu membelai putri Aludra dengan air mata yang tidak bisa dicegah membanjiri pipinya. "Apa yang harus ibu lakukan untuk mengurangi penderitaanmu, Nak? Ibu rela menanggung kutukan itu, asal kau tidak menderita." Terbata sang ratu bicara demikian. Semua yang menyaksikan ikut merasa pilu.

"Semua akan baik-baik saja, Ratu, tidak akan terjadi apapun pada tuan putri." Sang penasehat kerajaan mencoba menenangkan ratu mereka.

"Aku tidak akan bisa tenang sampai kutukan itu hilang sepenuhnya, aku tidak bisa menyaksikan putriku tumbuh dengan kutukan yang melekat pada dirinya, aku tidak sanggup ...."

Ratu yang terkenal kuat dan tangguh, kini benar-benar terlihat tak berdaya, dan sang ratu tidak peduli jika sisi lemahnya disaksikan oleh para petinggi kerajaan.

"Hamba yakin paduka raja akan dapat menemukan cara untuk membujuk ratu penelope, Paduka ratu. Hamba berjanji hamba akan sering mengunjungi paduka raja untuk memastikan keadaan di sana baik-baik saja." Panglima Felix menyahut.

"Tabib telah datang," ucap Miya kemudian segera mempersilakan tabib kerajaan untuk memeriksa kondisi putri Aludra.

"Tabib, apapun yang terjadi tolong buatlah putriku tetap aman," pinta Ratu Cassandra.

"Tentu, Paduka ratu." Tabib kemudian mendekati putri Aludra yang masih memejamkan mata, dan segera melakukan tugasnya.

Di sisi lain, di Ies Dream tepatnya di kerjakan bangsa unicorn, Raja Eros nampak tengah menenangkan sang permaisuri yang sedikit kacau setelah pertemuannya dengan raja Arsen di gerbang perbatasan kerjaan unicorn, yaitu di lembah Ilusi.

"Aku memang marah dan sangat merasa kehilangan putriku, tapi aku juga seorang ibu, Raja, aku bisa merasakan bagaimana ratu Cassandra menderita melihat putrinya yang tidak bersalah harus menanggung kutukan. Aku mencoba untuk menghapus kutukan itu tapi aku tidak bisa melakukannya, seolah ada kekuatan lain yang menghalangi niatku itu." Ratu Penelope berbicara panjang lebar setelah ia mencoba menghapus kutukan yang ia lepaskan untuk putri Aludra namun ia gagal melakukannya.

Tepat ketika ada asap kehitaman yang keluar dari tubuh putri Aludra kemudian kembali masuk ke dalam tubuh sang putri, saat itulah ratu Penelope tengah berusaha melenyapkan kutukan itu namun gagal. Seperti yang dikatakan ratu Penelope pada raja Eros, seperti ada kekuatan lain yang menghalangi lenyapnya kutukan itu meski telah berhasil keluar dari tubuh putri Aludra namun akhirnya kembali masuk.

"Tenangkan dirimu, Ratuku. Kau melakukan itu dengan perasaan yang masih dicemari kemarahan, kau tidak akan berhasil. Kau bener, apa yang kau lakukan adalah sebagai pelajaran bagi raja Arsen agar dia tidak semena-mena berbuat karena dia adalah seorang raja. Sebagai seorang raja dia harus bertindak dengan hari murni, tanpa diliputi keegoisan dan obsesi."

"Tapi aku merasa begitu jahat pada seorang bayi yang tidak bersalah, Raja, aku—"

"Ssttt ... Aku mengerti perasaanmu." Raja Arsen menarik tubuh Sang Permaisuri untuk masuk ke dalam dekapannya. "Aku tidak melarangmu jika kau ingin melenyapkan kutukan itu tapi satu hal yang harus kau tau, hatimu harus bersih. Tidak boleh ada kemarahan sedikitpun di dalam hatimu. Dan jika sudah demikian maka itu artinya kau tidak lagi menyimpan dendam pada raja Arsen."

"Aku tidak merasa mendendam. Aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran. Apakah aku sangat keterlaluan?"

"Semua bentuk emosi tentu bisa saja hinggap di hati manusia, baik itu kemarahan, cinta, kebencian, bahkan dendam. Yang membedakan satu orang dengan orang lain adalah bagaimana ia bisa menyikapi emosi itu. Kau ratuku, aku sangat mengenal dirimu. Hatimu sangat lembut dan kau adalah orang yang sangat pemaaf. Namun aku tidak bisa menyangkal bahwa kehilangan seorang putri membuatmu sedikit berbeda."

Ratu Penelope mengurai jarak, kemudian menatap Sang Raja lekat. "Apakah aku berubah menjadi seorang pendendam, Raja?"

"Hanya kau sendiri yang dapat mengetahui jawabannya," balas Raja Eros diselipi senyuman.

Ratu Penelope tertunduk, merenungkan setiap ucapan raja Eros, kemudian menilik pada dirinya sendiri.

"Lebih baik kau tenangkan dirimu sekarang. Istirahatlah, ini sudah cukup larut." Raja Eros dengan sabar membimbing sang permaisuri untuk pergi istirahat.

Ratu Penelope masih terus berpikir keras meski langkahnya mengikuti sang raja untuk kembali ke kamarnya.

"Raja, izinkan aku menemui raja Arsen besok," ucap ratu Penelope tiba-tiba.

Raja Eros mengerutkan dahi. "Apa yang akan kau lakukan, Permaisuriku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status