Beranda / Fantasi / Putri Bunga Bangkai / 4. Kembali Tanpa Sang Raja

Share

4. Kembali Tanpa Sang Raja

Penulis: Elpit
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-04 11:12:58

Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.

Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut.

"Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan.

"Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan.

"Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.

Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah.

"Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih.

"Patih Rouvin benar. Mari kita ke ruang rapat, Ratu, biarkan panglima Felix menjelaskan dengan leluasa di sana," sambung penasehat Evander menyetujui ucapan Patih Rouvin.

"Baiklah." Sang Ratu mengangguk. "Miya, tolong kau jaga putriku, aku akan menyusul setelah aku selesai menginterogasi panglima Felix," lanjut sang ratu kemudian menyerahkan sang putri kepada pengasuh.

"Baik, Ratu."

Miya membawa putri Aludra ke kamarnya, dan ratu Cassandra segera menyusul menuju rumah rapat.

"Katakan apa yang terjadi, Panglima Felix! Katakan dengan jelas!" kata sang ratu mendesak.

"Paduka ratu, paduka raja tidak berhasil membujuk ratu Penelope untuk mencabut kutukan yang ia berikan. Ratu Penelope tidak pernah menarik kata-kata yang telah ia ucapkan, sehingga kutukan itu tidak bisa diputuskan begitu saja. Paduka Raja telah memohon namun ratu Penelope tidak merubah keputusannya," jelas panglima Felix dengan lugas.

"Lalu apa yang kau maksud suamiku telah bersumpah untuk tinggal di lembah Ilusi?"

"Paduka raja tidak akan pulang dengan tangan kosong, itu yang hamba tahu, sehingga paduka raja memutuskan untuk terus tinggal di lembah Ilusi sebagai wujud kesungguhannya atas permintaannya agar ratu Penelope mengabulkan."

"Tapi apakah suamiku harus tinggal di sana, sampai kapan? Bagaimana nasib kerajaan ini tanpa rajanya? Ya Dewa! Tidak! Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi, aku harus pergi ke lembah Ilusi, aku harus membujuk suamiku untuk pulang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia tetap tinggal di sana."

Kentara sekali kegelisahan menyelimuti diri sang Ratu. Bagaimana tidak! Apakah ada seorang istri yang bisa tenang ketika sang suami berada di tempat berbahaya dan tidak tahu apa yang akan terjadi sewaktu-waktu?

Ya! Lembah Ilusi adalah tempat yang berbahaya. Sesuai dengan namanya, tempat itu seringkali menyesatkan seseorang yang memiliki hati yang penuh obsesi. Seperti saat raja Arsen berburu dan sangat menginginkan rusa sebagai binatang buruannya, membuat sang Raja tekena ilusi dan melihat seekor rusa di sana yang ternyata itu adalah seekor unicorn jelmaan putri Nora, putri bangsa unicorn.

Ratu Cassandra khawatir sang suami akan menjadi sasaran ilusi seseorang yang haus akan obsesi yang bersarang di hati. Tentu saja sang suami akan berada dalam bahaya sewaktu-waktu.

Sang Ratu bangkit dari kursinya, ingin pergi meninggalkan ruang rapat namun penasehat Evander mencegahnya.

"Tunggu, Paduka ratu. Tolong Anda tidak pergi ke mana pun, ini perintah paduka raja."

Ratu Cassandra berbalik, menatap penasehat Evander penuh selidik.

"Sebelum pergi, paduka raja telah berpesan pada kami untuk tidak membiarkan paduka ratu pergi ke mana pun, apalagi menyusul ke lembah Ilusi, itu sangat berbahaya. Raja ingin Anda memikirkan keselamatan tuan putri Aludra, Ratu." Penasehat Evander menjelaskan.

Sang Ratu menghela napas panjang.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Sang ratu bertanya pada siapa saja yang bersedia memberikan solusi.

"Kami yakin paduka raja telah membuat rencana yang matang. Jika paduka sudah membuat keputusan maka paduka pasti sudah memikirkan resikonya, dan kita semua tahu bahwa setiap keputusan yang paduka ambil pasti disertai alasan yang kuat." Patih Rouvin angkat bicara.

"Yang dikatakan patih Rouvin benar. Lagipula paduka adalah seorang raja, pantang baginya untuk melanggar sumpah yang telah diucapkan. Paduka tahu apa yang sedang dihadapinya, paduka akan memberikan sinyal jika terjadi sesuatu di sana," lanjut panglima Felix.

"Bener, paduka tidak pernah sembarangan mengambil keputusan, kita berdoa saja pada Dewa untuk keselamatan paduka raja. Dan untuk urusan kerajaan, Paduka ratu tidak perlu cemas. Paduka ratu merupakan pemimpin yang bijaksana, kami yakin Anda mampu memimpin kerjaan selama paduka raja tidak ada di sini. Dan kami pun akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kerajaan ini, Paduka ratu." Sebagai pungkasan, Penasehat Evander berbicara demikian.

"Apa yang kalian tahu? Kalian para pria, tidak tahu kecemasan seorang istri pada suaminya." Ratu Cassandra masih sangat terlihat gusar, tidak bisa tenang.

"Tolong pikirkan baik-baik, Paduka ratu, semua yang dilakukan paduka raja demi kebaikan tuan putri Aludra. Mohon Ratu untuk tidak mengganggu meditasi paduka raja di lembah Ilusi. Paduka raja akan terus berusaha untuk membujuk ratu Penelope selama ada kesempatan. Lagipula tidak ada yang bisa kita lakukan karena tidak sembarang orang bisa melihat bangsa unicorn, tidak ada yang bisa membantu paduka raja." Patih Rouvin kembali mengucapkan kalimat bijaknya.

"Bener, Paduka Ratu, kami serombongan di sana bahkan tidak bisa melihat bangsa unicorn ketika mereka berbicara dengan paduka raja, meski hamba pernah melihat ratu dan raja bangsa mereka sebelumnya." Panglima Felix ikut membenarkan ucapan sang patih.

"Baik! Aku mengerti. Tapi apakah kalian bisa tahu sampai kapan suamiku akan menempuh bahaya di sana? Bagaimana jika ratu Penelope tetap tidak mau mencabut kutukannya meskipun ia tahu perjuangan suamiku sangat sungguh-sungguh untuk menyelamatkan putrinya? Dia pernah memiliki seorang putri, apakah dia tidak memiliki hati nurani untuk ...."

Ratu Cassandra menangis, kalimatnya terhenti tanpa diselesaikan.

"Paduka ratu, bangsa unicorn bangsa yang suci, itu benar. Namun tidak ada yang bisa menandingi kekuatan Dewa. Berdoalah pada Dewa untuk kebaikan tuan putri Aludra." Penasehat Evander mengucapkan kalimat bijaknya lagi.

Saat ratu Cassandra ingin menanggapi ucapan bijak sang patih, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Panglima Felix cepat-cepat membukakan pintu. Selama v ini tidak ada yang berani mengganggu sebuah rapat jika bukan untuk urusan yang sangat penting.

Panglima Felix melihat bocah berusia tujuh tahun berdiri di depan pintu. Dia adalah Adolf, putra pengasuh putri Aludra—Miya.

"Kau seharusnya membawa berita penting, Nak," kata Panglima Felix.

Ratu Cassandra segera mendekat ketika melihat yang datang adalah Adolf. "Ada apa? Ibumu mengirim pesan?"

Adolf mengangguk. "Sesuatu terjadi pada tuan putri Aludra, Ratu."

Mendengar ucapan Adolf, seketika Ratu Cassandra pergi meninggalkan ruang rapat tanpa sepatah kata pun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Putri Bunga Bangkai   31. Menemukan Cinta Sejati

    Setelah tiga hari kepergian Panglima Felix dan Tabib Cakara, akhirnya kini mereka kembali. Dan kembalinya mereka disambut meriah oleh seluruh warga negeri Putih karena mereka pulang bersama Putri Aludra.Kabar sembuhnya Putri Aludra dari kutukan seketika menyebar luas, dan semua berbahagia mendengar kabar tersebut.Ratu Cassandra menyambut kepulangan putrinya dengan penuh perasaan bahagia. Air mata bahagia tiada hentinya membanjiri pipi.“Terima kasih banyak atas kebaikan Anda. Aku berhutang nyawa kepada Anda, dan demi membalas kebaikan Anda, aku akan mengerahkan pasukanku untuk mencari keberadaan muridmu yang tidak diketahui keberadaannya. Aku juga akan meminta bantuan kenalanku dari beberapa negeri lain untuk ikut mencari muridmu sampai ia ditemukan,” tutur Raja Arsen panjang, berterima kasih serta berjanji untuk membantu Guru Arkatama menemukan Philip.“Alhamdulillah, aku sangat berterima kasih atas kesediaan Anda untuk membantu mencari keberadaan muridku yang hilang,” balas Guru

  • Putri Bunga Bangkai   30. Mencari Kebenaran

    Negeri Putih digegerkan dengan ditemukannya seorang pria tak sadarkan diri di perbatasan dengan luka-luka yang tidak bisa dikatakan biasa saja.Atas perintah raja, pria yang ditemukan terluka parah itu dibawa ke istana untuk diberikan pengobatan terbaik. Tabib Cakara bertugas untuk mengobati pria yang terdampar itu.“Bagaimana keadaannya, Tabib?” Raja Arsen turun tangan langsung untuk menanyakan keadaan pria malang itu.“Kondisinya sangat parah, Paduka Raja, luka-lukanya serius. Sepertinya dia baru saja melakukan pertarungan yang hebat,” jelas Tabib Cakara.“Lakukan yang terbaik, Tabib Cakara, siapa pun dia, karena dia terdampar di negeri kita, maka aku menganggap dia adalah warga kita,” titah sang raja.“Baik, Paduka, sesuai perintah Anda.”Baru saja Raja Arsen ingin meninggalkan ruangan, Pamglima Felix masuk membawa berita penting.“Ada apa, Panglima Felix?”“Adolf mengirimkan surat, Paduka Raja,” jawab Panglima Felix sambil menyerahkan sebuah gulungan kecil pada sang saja.“Semoga

  • Putri Bunga Bangkai   29. Putri Aludra Selamat, Philip Tewas?

    Philip panik, fokusnya terbagi antara harus menjaga kendi itu atau harus melakukan sesuatu agar racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama tidak mengenai obat penawar yang dicari.Kutukan Putri Aludra tidak bisa dipatahkan dengan kematian raja Aristama, melainkan hanya bisa dipatahkan dengan obat penawar. Lalu bagaimana jika obat penawar itu tercemar? Maka tidak ada lagi harapan bagi Putri Aludra.Guru Arkatama segera menghampiri Philip, berusaha membantu mengamankan mata air itu. Semakin lama racun itu semakin mendekat ke arah mata air itu, hendak mencemari. Guru Arkatama berusaha menghalau racun namun tidak banyak yang biasa ia lakukan karena racun itu menyatu dengan air, sedangkan air terus mengalir."Guru ... aku rela menukar nyawaku demi obat penawar itu bisa aku lakukan. Selamatkan Aludra, Guru ...."Philip tidak tahu harus bagaimana, ia merasa putus asa, bahkan saat ini dirinya pun mulai merasa lemah karena menghirup racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama terus-menerus. Ditamba

  • Putri Bunga Bangkai   28. Pertarungan Yang Sebenarnya

    Raja Aristama langsung menyerang Philip tanpa ampun. Philip tidak bisa diam saja. Terpaksa Philip menjauh dari letak matabair itu agar tidak rusak terkena serangan dari sang raja iblis.Philip terus bergerak melakukan perlawanan, sambil terus berpikir keras bagaimana ia bisa menghindari pertemuan dengan Raja Aristama dan mengambil obat penawar itu jika seperti ini terus sedangkan satu raganya yang lain masih disibukkan dengan pertarungan melawan para prajurit pilihan sang raja iblis.Sepertinya Raja Aristama benar-benar ingin menggagalkan rencana Philip, bahkan mungkin ingin membunuh Philip."Kau seharusnya tidak ikut campur, anak muda! Kau menghalangi rencanaku maka kau akan aku habisi!" Ancaman Raja Aristama terdengar mematikan, bersamaan serangan telak yang mengenai Philip hingga pria itu terpental serta muntah darah.Philip memegangi dadanya yang terkena serangan telak, masih sambil terbatuk-batuk pria itu bangun, tidak mau menyerah."Rencanamu yang ingin menghancurkan perdamaian d

  • Putri Bunga Bangkai   27. Cinta Dan Keyakinan

    "Kau ingin menjadi muridku? Untuk apa? Dalam hal apa?" tanya Guru Arkatama berbondong."Aku ingin belajar tentang keyakinan yang Guru yakini, dan semua hal yang berhubungan dengan itu," balas Putri Aludra.Guru Arkatama terdiam sesaat. "Apa yang membuatmu ingin belajar tentang hal yang kami yakini? Apakah hanya karena Philip semata?" tanya Guru Arkatama dengan tatapan menyelidik.Kini giliran Putri Aludra yang terdiam mendengar pertanyaan Guru Arkatama.Sejujurnya Putri Aludra mulai goyah dan takut ketika Guru Arkatama mengatakan ia dan Philip tidak bisa bersatu karena berbeda keyakinan. Ini kali pertama Putri Aludra merasa jatuh cinta pada seorang pria. Tentu saja Putri Aludra berharap bisa memperjuangkan cintanya. Maka ketika mendengar pernyataan Guru Arkatama, Putri Aludra bertekad harus memperjuangkan Philip apalagi Philip bahkan rela melawan bahaya demi dirinya."Aludra, jangan terlalu terburu-buru, pikirkan dulu baik-baik sebelum kau mengambil keputusan. Karena setiap keputusan

  • Putri Bunga Bangkai   26. Keputusan Philip

    Philip memikirkan baik-baik kemungkinan keberhasilan usaha yang bisa dia lakukan, memperhitungkan segalanya. Mulai dari jarak pendopo dengan laut Perak yang tidak bisa dikatakan dekat, kemudian kedalam laut yang mencapai lebih dari 15.000 meter serta rintangan yang harus dihadapi. Semua itu diperhitungkan oleh Philip hingga terdengar suara sang guru yang menegurnya."Semakin kau banyak berpikir maka waktumu semakin habis. Putuskan, Philip!" seru sang guru."Aku tetap akan maju, Guru!" jawab Philip cepat dan tegas.Guru Arkatama mengulas senyum tipis. "Baik. Gunakan kendi ini sebagai wadah obat yang aku jelaskan tadi. Kau sudah cukup mampu untuk membelah diri, Philip, tapi kau hanya memiliki kesempatan satu kali, jadi pergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan lupa selalu niatkan semua atas nama Allah. Pergilah, waktu terus berjalan, jangan membuang waktu!"Philip menerima kendi kecil itu, menyimpannya dan tanpa banyak kata ia segera bersiap untuk pergi karena waktu semakin berjal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status