Share

4. Kembali Tanpa Sang Raja

Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.

Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut.

"Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan.

"Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan.

"Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.

Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah.

"Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih.

"Patih Rouvin benar. Mari kita ke ruang rapat, Ratu, biarkan panglima Felix menjelaskan dengan leluasa di sana," sambung penasehat Evander menyetujui ucapan Patih Rouvin.

"Baiklah." Sang Ratu mengangguk. "Miya, tolong kau jaga putriku, aku akan menyusul setelah aku selesai menginterogasi panglima Felix," lanjut sang ratu kemudian menyerahkan sang putri kepada pengasuh.

"Baik, Ratu."

Miya membawa putri Aludra ke kamarnya, dan ratu Cassandra segera menyusul menuju rumah rapat.

"Katakan apa yang terjadi, Panglima Felix! Katakan dengan jelas!" kata sang ratu mendesak.

"Paduka ratu, paduka raja tidak berhasil membujuk ratu Penelope untuk mencabut kutukan yang ia berikan. Ratu Penelope tidak pernah menarik kata-kata yang telah ia ucapkan, sehingga kutukan itu tidak bisa diputuskan begitu saja. Paduka Raja telah memohon namun ratu Penelope tidak merubah keputusannya," jelas panglima Felix dengan lugas.

"Lalu apa yang kau maksud suamiku telah bersumpah untuk tinggal di lembah Ilusi?"

"Paduka raja tidak akan pulang dengan tangan kosong, itu yang hamba tahu, sehingga paduka raja memutuskan untuk terus tinggal di lembah Ilusi sebagai wujud kesungguhannya atas permintaannya agar ratu Penelope mengabulkan."

"Tapi apakah suamiku harus tinggal di sana, sampai kapan? Bagaimana nasib kerajaan ini tanpa rajanya? Ya Dewa! Tidak! Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi, aku harus pergi ke lembah Ilusi, aku harus membujuk suamiku untuk pulang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia tetap tinggal di sana."

Kentara sekali kegelisahan menyelimuti diri sang Ratu. Bagaimana tidak! Apakah ada seorang istri yang bisa tenang ketika sang suami berada di tempat berbahaya dan tidak tahu apa yang akan terjadi sewaktu-waktu?

Ya! Lembah Ilusi adalah tempat yang berbahaya. Sesuai dengan namanya, tempat itu seringkali menyesatkan seseorang yang memiliki hati yang penuh obsesi. Seperti saat raja Arsen berburu dan sangat menginginkan rusa sebagai binatang buruannya, membuat sang Raja tekena ilusi dan melihat seekor rusa di sana yang ternyata itu adalah seekor unicorn jelmaan putri Nora, putri bangsa unicorn.

Ratu Cassandra khawatir sang suami akan menjadi sasaran ilusi seseorang yang haus akan obsesi yang bersarang di hati. Tentu saja sang suami akan berada dalam bahaya sewaktu-waktu.

Sang Ratu bangkit dari kursinya, ingin pergi meninggalkan ruang rapat namun penasehat Evander mencegahnya.

"Tunggu, Paduka ratu. Tolong Anda tidak pergi ke mana pun, ini perintah paduka raja."

Ratu Cassandra berbalik, menatap penasehat Evander penuh selidik.

"Sebelum pergi, paduka raja telah berpesan pada kami untuk tidak membiarkan paduka ratu pergi ke mana pun, apalagi menyusul ke lembah Ilusi, itu sangat berbahaya. Raja ingin Anda memikirkan keselamatan tuan putri Aludra, Ratu." Penasehat Evander menjelaskan.

Sang Ratu menghela napas panjang.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Sang ratu bertanya pada siapa saja yang bersedia memberikan solusi.

"Kami yakin paduka raja telah membuat rencana yang matang. Jika paduka sudah membuat keputusan maka paduka pasti sudah memikirkan resikonya, dan kita semua tahu bahwa setiap keputusan yang paduka ambil pasti disertai alasan yang kuat." Patih Rouvin angkat bicara.

"Yang dikatakan patih Rouvin benar. Lagipula paduka adalah seorang raja, pantang baginya untuk melanggar sumpah yang telah diucapkan. Paduka tahu apa yang sedang dihadapinya, paduka akan memberikan sinyal jika terjadi sesuatu di sana," lanjut panglima Felix.

"Bener, paduka tidak pernah sembarangan mengambil keputusan, kita berdoa saja pada Dewa untuk keselamatan paduka raja. Dan untuk urusan kerajaan, Paduka ratu tidak perlu cemas. Paduka ratu merupakan pemimpin yang bijaksana, kami yakin Anda mampu memimpin kerjaan selama paduka raja tidak ada di sini. Dan kami pun akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kerajaan ini, Paduka ratu." Sebagai pungkasan, Penasehat Evander berbicara demikian.

"Apa yang kalian tahu? Kalian para pria, tidak tahu kecemasan seorang istri pada suaminya." Ratu Cassandra masih sangat terlihat gusar, tidak bisa tenang.

"Tolong pikirkan baik-baik, Paduka ratu, semua yang dilakukan paduka raja demi kebaikan tuan putri Aludra. Mohon Ratu untuk tidak mengganggu meditasi paduka raja di lembah Ilusi. Paduka raja akan terus berusaha untuk membujuk ratu Penelope selama ada kesempatan. Lagipula tidak ada yang bisa kita lakukan karena tidak sembarang orang bisa melihat bangsa unicorn, tidak ada yang bisa membantu paduka raja." Patih Rouvin kembali mengucapkan kalimat bijaknya.

"Bener, Paduka Ratu, kami serombongan di sana bahkan tidak bisa melihat bangsa unicorn ketika mereka berbicara dengan paduka raja, meski hamba pernah melihat ratu dan raja bangsa mereka sebelumnya." Panglima Felix ikut membenarkan ucapan sang patih.

"Baik! Aku mengerti. Tapi apakah kalian bisa tahu sampai kapan suamiku akan menempuh bahaya di sana? Bagaimana jika ratu Penelope tetap tidak mau mencabut kutukannya meskipun ia tahu perjuangan suamiku sangat sungguh-sungguh untuk menyelamatkan putrinya? Dia pernah memiliki seorang putri, apakah dia tidak memiliki hati nurani untuk ...."

Ratu Cassandra menangis, kalimatnya terhenti tanpa diselesaikan.

"Paduka ratu, bangsa unicorn bangsa yang suci, itu benar. Namun tidak ada yang bisa menandingi kekuatan Dewa. Berdoalah pada Dewa untuk kebaikan tuan putri Aludra." Penasehat Evander mengucapkan kalimat bijaknya lagi.

Saat ratu Cassandra ingin menanggapi ucapan bijak sang patih, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Panglima Felix cepat-cepat membukakan pintu. Selama v ini tidak ada yang berani mengganggu sebuah rapat jika bukan untuk urusan yang sangat penting.

Panglima Felix melihat bocah berusia tujuh tahun berdiri di depan pintu. Dia adalah Adolf, putra pengasuh putri Aludra—Miya.

"Kau seharusnya membawa berita penting, Nak," kata Panglima Felix.

Ratu Cassandra segera mendekat ketika melihat yang datang adalah Adolf. "Ada apa? Ibumu mengirim pesan?"

Adolf mengangguk. "Sesuatu terjadi pada tuan putri Aludra, Ratu."

Mendengar ucapan Adolf, seketika Ratu Cassandra pergi meninggalkan ruang rapat tanpa sepatah kata pun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status