Meskipun suara itu sangat pelan, Andini tetap bisa mendengarnya."Nggak boleh biarkan dia pergi." Ini berarti, hari ini bukan hanya Yinara yang tidak akan dibiarkan keluar dari tempat ini, bahkan dirinya pun tidak akan bisa meninggalkan gerbang Keluarga Tantrana!Andini tidak menyangka bahwa Miya akan mengambil keputusan senekat ini demi putranya sendiri. Mata Andini pun perlahan memicing.Sementara itu, Herlina yang mengamati perubahan raut wajah Miya, jelas telah menangkap sesuatu. Itu berarti, memang benar ada bukti di tubuh Yinara. Bukti itu juga jelas sangat merugikan Hadi, sehingga membuat Miya begitu panik.Namun, membiarkan mereka tetap tinggal jelas bukan solusi. Keluarga Tantrana tidak bisa semena-mena membunuh Andini terang-terangan. Bisa jadi, sebentar lagi akan ada orang yang datang mencarinya ke kediaman Perdana Menteri!Mana mungkin mereka bisa bertindak sebebas itu?Akan tetapi ....Herlina menatap cucu sulung kesayangannya dengan penuh kasih sayang dalam hati. Dia tahu
Kalau saat ini mereka tidak membiarkan Andini membawa Yinara pergi, sudah pasti dia akan langsung masuk ke istana untuk mengadu.Dengar-dengar, bukan hanya para selir istana yang sekarang mengandalkan ramuan darinya untuk pemulihan tubuh, bahkan Kaisar sendiri juga tengah rutin meminum obat-obatannya. Kalau dia benar-benar langsung menghadap Kaisar dan mengajukan pengaduan resmi, bagaimana jadinya?Kalau yang datang adalah orang lain, mungkin masih bisa diabaikan. Namun, Andini adalah putri sah dari Keluarga Adipati, adik angkat Pangeran Surya, dan punya hubungan yang tidak sederhana dengan kedua putra Keluarga Maheswara!Kalau mereka sampai menyinggungnya, musuh yang akan dihadapi Keluarga Tantrana jelas terlalu banyak.Sorot mata Herlina pun tertuju ke arah Hadi yang tergeletak di lantai. Melihat Hadi yang menahan sakit sampai urat di dahinya menonjol, Herlina merasa sangat iba. Di hatinya, muncul secercah harapan.Bagaimana kalau ... gadis ini hanya melebih-lebihkan? Bagaimana jika
Mendengar nama Safira disebut, wajah-wajah anggota Keluarga Tantrana langsung berubah tegang. Hanya Herlina yang ekspresinya tetap tidak berubah."Meski kamu datang ke kediaman Perdana Menteri atas perintah Putri untuk mengobati dan menyelamatkan orang, Putri nggak pernah memberi izin padamu untuk melukai siapa pun! Jangan seenaknya menakut-nakutiku dengan menyebut nama Putri! Bahkan seorang Putri pun harus menaati hukum negara!""Bagus sekali ucapannya!" Andini langsung bertepuk tangan memuji.Herlina sempat mengira bahwa Andini akhirnya sadar akan situasinya dan mulai menjilatnya.Namun tak disangka, senyum di sudut bibir Andini justru semakin lebar dan sorot matanya tampak meremehkan. "Bahkan Putri juga harus menaati hukum negara, berarti kalian seharusnya lebih taat lagi.""Apa maksudmu? Keluarga Tantrana sejak dulu selalu patuh sama hukum, nggak pernah melakukan hal yang melanggar undang-undang negara!""Jangan-jangan Nona Andini merasa bersalah, lalu sekarang berusaha memfitnah K
Padahal Andini sudah berusaha cukup lama untuk membuat kondisi Yinara membaik. Namun begitu Hadi muncul dan memperlakukannya seperti ini, semua usaha Andini sebelumnya hampir menjadi sia-sia!Jika Yinara tidak sadarkan diri, bagaimana dia bisa mencari obat penawar untuk Kalingga?Tidak bisa! Yinara tidak boleh terus menetap di Kediaman Perdana Menteri!Memikirkan hal ini, Andini kembali menoleh kepada pelayan di sampingnya. "Kamu beri tahu Keluarga Tantrana, aku mau bawa Yinara pergi."Mendengar ucapannya, pelayan itu sontak terkejut. Dia juga tahu, membawa Yinara pergi adalah pilihan terbaik untuknya saat ini. Namun, kenapa dia harus melaporkannya pada anggota Keluarga Tantrana?"No ... Nona Andini, gimana kalau diam-diam bawa Nyonya pergi saja? Hamba bisa bantu lindungi Anda!""Kamu mau lindungi aku, lalu? Kalau ketahuan sama Keluarga Tantrana bahwa kamu berkhianat, dengan statusmu sebagai pelayan, mereka bisa membunuhmu dengan mudah!" Andini melanjutkan dengan nada dingin, "Cepat be
Keesokan harinya.Andini kembali memasuki kediaman Perdana Menteri untuk menjenguk Yinara. Mungkin karena sebelumnya dimarahi habis-habisan oleh Safira, sejak saat itu Andini beberapa kali datang ke kediaman Perdana Menteri tapi tidak pernah lagi melihat Hadi.Namun hari ini, bahkan sebelum dia sempat mendorong pintu masuk, Andini melihat Hadi keluar dari kamar Yinara. Raut wajah Andini refleks menjadi muram, bahkan sampai lupa memberi salam.Melihat sikap Andini, tatapan Hadi yang sedari awal sudah tampak merendahkannya, kini semakin dipenuhi kekesalan. "Setelah mengikuti Putri Safira, Nona Andini jadi semakin tinggi hati rupanya. Bahkan nggak mau memberi hormat pada pejabat sepertiku?"Barulah Andini tersadar dan segera membungkukkan badan, "Salam hormat, Tuan Hadi."Namun, Hadi hanya mendengus dingin, lalu melangkah pergi dengan cepat. Begitu Hadi pergi, Andini langsung masuk ke dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa. Kekhawatiran yang memenuhi dadanya pun terbukti nyata.Dia mel
Andini masih tetap tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Selama belum merasakannya sendiri, semua orang bisa mentertawakan penderitaan orang lain."Tapi, sebenarnya kamu masih perhatian sama Kak Abimana, bukan?" Nayshila tiba-tiba berkata, "Kalau nggak, kamu juga nggak akan terus ngomong sama tabib kediaman sampai sekarang."Andini tetap tidak bersuara. Dia hanya mendengar Nayshila berkata, "Pokoknya, Kak Abimana sangat peduli padamu. Tadi dia langsung tertidur setelah minum obat, tapi masih terus memanggil namamu dalam mimpinya.""Kalian dulu sedekat itu sebagai saudara, nggak seharusnya jadi begini sekarang. Kak Abimana memang ada salah, tapi bukankah kalian darah daging yang sama, kenapa nggak bisa ....""Nona Nayshila," potong Andini yang akhirnya tidak tahan lagi. Mungkin karena suaranya keras, kedengarannya jadi agak ketus.Nayshila tertegun sejenak, lalu menggigit bibirnya dan terdiam.Andini menghela napas tak berdaya, lalu mengeluarkan sebuah gelang dari pinggangnya. "