“Hey, aku akan tidur dulu, nanti bangunkan aku ketika akan bergantian.”
“Eh tunggu Kent, jangan tidur dulu. Aku akan mencari kayu lagi untuk api unggun, sebentar ya!” Hans segera berlari ke dalam hutan, dan kembali beberapa saat kemudian.
“Hey, kau tahu kan kalau kayu tebal dan lembab seperti itu sulit terbakar?”
“Ya, tentu saja Kent, hahaha, ini untuk sesuatu yang lain, kamu tidak perlu tahu! sana tidur,” jawab Hans singkat, lalu menaruh ranting yang dikumpulkannya di dekat api unggun. Sambil bersiul ringan, Hans kemudian duduk sambil mengerjakan sesuatu dengan kayu yang dibawanya tadi.
--
“Kent~~ Kent~~” Hans berusaha membangunkan Kent dengan pelan sambil menusuk-nusuk pipi Kent.
“Uhh, hentikan.” Kent terbangun sambil menggerutu.
“Aku akan tidur, oke?” kata Hans sambil mulai berbaring.
“Apa ada yang mencurigakan tadi malam?”
“Hmm.. aku hanya menangkap beberapa tupai.”
“Hhh.. baiklah.”
--
“Hoaam... Kent kamu tidak ketiduran kan?”
“Tentu saja tidak. Sana tidur lagi ini masih subuh.”
“Tidak perlu, aku akan membersihkan tupai untuk sarapan.” Hans duduk sambil menggosok-gosok mukanya dengan kasar.
“Kalau mencariku, aku akan ke dekat sungai.” Hans mengambil tupai-tupai tangkapannya dan berjalan ke sungai
“Hngg... Pagi Kent.” Lyre bangun dan merenggangkan tubuhnya.
“Ya.”
“Vena, ayo bangun, matahari sudah terbit!”
“Hmm.. iya, iyaa. Sana bereskan tempat berkemah, aku akan menyiapkan sarapan.”
Krekk.. klak
Nanny keluar dari kereta perlahan dan mencuci mukanya.
“Pagi Kent, Hans dimana?” tanya Nanny sambil menghampiri Kent.
“Pagi. Hans pergi membersihkan buruannya semalam di dekat sungai.”
“Buruan? Apa terjadi sesuatu?”
“Ah tidak Nanny, Hans hanya iseng berburu sambil berjaga semalam.”
“Baiklah kalau begitu, saya akan membangunkan nona terlebih dahulu.” Nanny kemudian membangunkan dan membantu Anne bersiap untuk perjalanan nanti. Tak lama kemudian Hans kembali dari sungai sambil membawa daging-daging yang telah dibersihkannya.
“Vena, tolong masak daging ini.”
“Daging apa ini Hans?”
“Tupai. Lihat ini ekornya, ini kepalanya.”
“Iya iya tidak usah dijelaskan.”
Klak
Anne terlihat keluar dari kereta dengan Nanny sudah siap dengan baju perjalanannya.
“Hai nona kecil~, selamat pagi! bagaimana tidur anda semalam nona?” Hans segera menyerahkan daging tupai kepada Vena dan berlari kecil menghampiri Anne.
“Sangat baik! Tempat duduk di kereta ternyata tidak seburuk itu.”
“Nona, Saya punya hadiah untuk nona.Saya membuat ini tadi malam! apakah nona suka?” Hans mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menaruhnya di tangan kecil Anne.
“Wah, apa ini Hans? Oh, ooh, apa ini kelinci? lucu sekali!! Terima kasih Hans!” Anne tersenyum girang sambil memeluk Hans.
“Sama-sama nona, ini adalah kelinci, yang ini adalah beruang, dan yang ini adalah seekor anjing.”
“Hans sangat pintar membuat patung! bahkan ukuran mereka berbeda-beda!”
“Tentu saja nona, saya sengaja membuatnya dengan perbandingan seperti ukuran aslinya.”
“Wah, yang paling besar ini adalah beruang?, bahkan tanganku tidak cukup untuk memegangnya. Sepertinya beruang sangat menyeramkan.”
“Beruang itu terlihat sebesar Hans, Hahaha.” Lyre datang sambil membawa beberapa roti di tangannya.
“Tidak, aku mungkin lebih besar tuh.”
“Nona harus bersembunyi apabila bertemu dengan sosok yang sebesar Hans, ok?”
“Baik! Tenang saja Kent!”
“Ayo makan nona, makanannya sudah siap.” Lyre menggandeng tangan Anne dan menuntunnya untuk duduk.
“Wah, kita akan makan sup?” Anne binggung melihat panci yang dibawa Vena.
“Iya nona, ini sup dengan daging tupai hasil tangkapan Hans semalam.” Vena menjawab sambil memberikan mangkuk sup ke tangan Anne.
“Wah, tuan beruang habis berburu semalam.” Kent datang dan duduk di sebelah Hans.
“Hey, kalau aku beruang kamu apa? Kelinci?”
“Kent adalah tuan puma!” Anne menjawab dengan bersemangat.
“Kalau begitu saya mau menjadi macan nona.”
“Tidak Hans, beruang lebih cocok,” Lyre segera membantah.
“Hehehe.” Anne tertawa kecil mendengar Hans ngambek.
“Ini nona makanlah sup nya dengan roti.” Nanny memberikan Anne sepotong roti.
“Ayo semuanya cepat makan supaya kita bisa segera berangkat.” Vena duduk dan makan setelah membagikan mangkuk sup kepada mereka.
“Cepat makan tuan puma, Anda harus memantau sekeliling.” Hans masih ngambek.
--
Sudah dua hari perjalan menuju Kekaisaran Terra berjalan dengan aman. Perjalanan dalam kereta diisi dengan pelajaran-pelajaran Anne dan berbagai cerita dari Nanny. Anne juga sangat senang bermain dengan patung kecil yang dibuat Hans dan boneka beruang kesayangannya.
“Nanny bolehkah Anne duduk di depan dengan Hans? Rasanya sangat bosan di kereta.”
“Baiklah, sebentar saja ya nona. Kenakan mantelnya nona, udara diluar sangat dingin.”
“Iya, terima kasih Nanny!”
Krekk.. Anne membuka jendela kereta.
“Hans, bisakah kita berhenti sebentar? Anne ingin duduk di depan.”
“Oh, nona mau menemani Hans?” Hans segera menghentikan kereta dan membantu Anne duduk di depan.
“Wah, udara di luar sangat segar!”
“Ini, kenakan syal ini dan tutupi wajah nona.”
“Hehehe, terima kasih Hans. Syal ini sangat hangat.”
“Kalau nona merasa tidak nyaman, katakan saja ya.”
“Baik Hans!”
Anne duduk manis menikmati suasana sekeliling sambil bersenandung kecil.
Perjalanan terus berlanjut dengan tenang, Anne juga berkeliling naik kuda dengan Kent sore harinya. Memasuki wilayah selatan udara sudah mulai hangat. Anne hanya menggunakan gaun perjalanannya.
“Kent apa ini kudamu?”
“Iya nona, saya sengaja menggunakan kuda yang biasa saya bawa.”
“Namanya siapa Kent? Warnanya hitam atau coklat?”
“Namanya Beth, kuda betina dengan warna coklat tua.”
“Wah, walaupun betina Beth sangat besar ya. Beth juga sangat halus, Kent pasti merawatnya dengan baik.”
“Tentu saja nona, setiap hari saya selalu menyikatnya.”
“Anne juga ingin punya kuda sendiri. Kuda besar berwarna putih seperti kuda Kak Verto!”
“Tidak nona, berkuda sendiri sangat berbahaya.”
“Kalau begitu Anne akan berkuda dengan Kent saja. Nanti Anne akan meminta Hans untuk membuatkan kuda pahatan dan juga puma!”
“Baiklah, sekarang nona harus kembali ke kereta, berbahaya terlalu lama berkuda diluar.”
“Eeeeh, tapi Anne baru sebentar diluar.”
“Mulai sekarang, nona juga sepertinya perlu menggunakan baju pelindung untuk berjaga-jaga.”
“Iya, tenang saja Kent, nanti Anne akan menggunakannya.”
“Perasaan saya tidak enak akhir-akhir ini, terlalu tenang justru membuat saya lebih khawatir. Matahari sudah mau terbenam, saya akan membawa nona kembali ke kereta.”
“Hmm baiklah, terima kasih Kent.”
Anne juga merasakan kekhawatiran Kent, karena ia juga semakin gelisah tiap harinya. Suasana hutan disekitar mereka juga terasa semakin menyeramkan.
“Hans, hentikan keretanya sebentar, nona akan kembali ke dalam.” Kent menghampiri Hans untuk menghentikan kereta. Segera setelah Anne masuk ke dalam kereta, Hans kembali melanjutkan perjalanan.
--
“Hans kita harus berhenti sebentar untuk makan dan beristirahat.”
“Baik nanny, saya akan mencari tempat yang aman.”
“Akhirnya kita akan beristirahat juga.”
“Kita harus mengurangi waktu istirahat agar bisa segera sampai ke Kekaisaran Terra, disana kalian bisa istirahat sepuasnya.”
Dalam situasi genting seperti ini, nanny bersyukur Anne bisa tetap ceria dan tidak mengeluh walaupun perjalanan ini sangat melelahkan. Para pelayan dan Nanny juga kelelahan karena kurang istirahat dan tidak bisa merenggangkan tubuh. Jalur yang mereka lewati juga bukanlah jalan besar yang biasa digunakan, sehingga banyak jalan yang rusak dan tidak rata. Karena tubuh Anne kecil, ia bisa berdiri di dalam kereta, tetapi karena kereta ini lebih kecil dari kereta biasanya, Anne tidak bisa bergerak dengan bebas.
“Aku akan duduk di depan saja nanti malam.”
“Ah aku juga akan duduk di depan, sepertinya muat untuk tiga orang.”
“Tidak Vena, Hans sangat besar, nanti kita bergantian saja.”
“Baiklah, ayo turun dan bantu aku menyiapkan makan malam.”
“Vena, lebih baik kita langsung menghabiskan daging tupainya, sepertinya tidak akan bertahan hingga besok.”
“Baiklah, kita panggang saja ya biar lebih cepat matang. Siapkan apinya, aku akan memotong dagingnya.”
“Nona, mari saya bantu turun.”
Setelah Vena dan Lyre turun, nanny menggandeng Anne untuk turun dari kereta. Rasanya memang melegakan bisa merenggangkan tubuh dan menghirup udara segar.
“Oh ya, dimana Hans?”
“Masih di depan kereta sepertinya nona, nah itu dia.”
“Hans! Tolong buatkan Anne patung lagi. Anne ingin kuda dan puma, hehe.”
“Halo nona, baiklah nanti akan saya buatkan.”
“Yeay! Terima kasih Hans.”
“Nah, ayo kita lihat apakah makanannya sudah siap.”
Mereka beristirahat dan makan dengan tenang kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Ketika malam sudah sangat larut, mereka kembali berhenti untuk berkemah dan tidur.
--
"Nona ayo bangun, sudah pagi, sebentar lagi kita akan melanjutkan perjalanan." "Hmm ... Nanny, Anne mau roti dengan coklat untuk sarapan." "Tenang saja nona, sudah disiapkan Vena. Nah ayo nona cuci muka terlebih dahulu" Nanny kemudian memberikan kain basah untuk cuci muka dan kemudian membantu membasuh badannya dan berganti pakaian. "Nanny, kapan kita akan sampai ke perbatasan?" tanya Anne sambil keluar dari kereta. "Mungkin besok pagi kita sudah bisa sampai nona." "Nanny, apakah kita akan sampai lebih dulu dari Kak Fricsia?" "Hmmm, saya kurang yakin nona, karena kita mengambil jalur yang berbeda, mari berharap kita bisa bertemu Nona Fricsia ketika sudah sampai di Kekaisaran Terra." "Iya semoga kakak sudah tiba dengan selamat. Kita akan ke Kastil Yunne atau Kastil Porta?" "Tentu saja Kastil Porta nona, karena itu yang paling dekat dengan gerbang timur." "Anne tidak sabar ingin segera bertemu dengan mama dan kaya
Anne kembali masuk ke dalam kereta dibantu oleh Hans. Di dalam kereta mereka sama sekali tidak bersuara dan hanya berpegangan tangan, menunggu kabar dari Kent. Hans yang berjaga di luar juga tidak bersuara sama sekali. Keheningan yang mencekam berlangsung cukup lama. Setiap suara yang terdengar membuat mereka semakin gugup, bahkan Anne sama sekali tidak merasa mengantuk. Mereka sangat terkejut tiba-tiba mendengar suara Kent dari luar. “Hans mereka mengumpulkan semua warga di tengah desa dan mulai mengikat mereka satu persatu. Kita tidak mungkin ke sana.” “Baiklah malam ini kita cari rumah kosong yang paling jauh dari desa. Kereta juga akan aku tinggalkan di tempat yang jauh agar aman.” “Baik aku akan carikan rumah yang kira-kira bisa kita gunakan.” Kent pergi lagi mencari tempat yang cocok untuk mereka bermalam. Tok tok “Apa semua baik-baik saja di dalam?” Hans membuka sedikit jendela kereta. “Hans apa kau yakin kita bi
Matahari mulai terbenam ketika Anne menyadari bahwa perutnya berbunyi. Ini sangat memalukan dan sangat tidak anggun, Anne bisa merasakan mukanya mulai memerah karena malu. Sepertinya Kent tidak menyadarinya, karena ia masih fokus melihat sekeliling sambil melaju. Beberapa saat kemudian Kent melambat dan berhenti. Kent kemudian turun dan menurunkan Anne dari kuda. “Maaf nona, saya tidak menyadari bahwa nona belum makan sejak pagi.” “Aah, eh, tidak apa-apa Kent!” Anne tergagap, karena terkejut dan malu. “Saya sudah biasa tidak makan berhari-hari dalam perjalanan. Maafkan saya nona.” Kent membantu Anne untuk duduk kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Ini nona, saya ma
Tok tok “Permisi, ini saya sudah membawakan makanan dan air hangat.” “Baik, terima kasih.” Kent membuka pintu dan meletakkan nampan makanan di meja dan mengambil baskom berisi air hangat dan menaruhnya di meja lain. Kent memberikan sejumlah uang untuk membayar makanan dan sedikit tip untuk pegawai tersebut. “Nona, saya sudah siapkan air hangat. Ini handuk untuk membasuh.” “Iya, terima kasih.” Anne mengambil handuk tersebut dan membasuh mukanya dan setelah itu membasuh tangan dan kakinya. Kent merasa perlu membantu Anne, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya duduk dengan canggung menunggu Anne selesai. “Kent, bisa tolong bantu Anne melepas baju pelindung ini? Ikatannya sangat rumit dan sulit untuk di lepas.” “Oh, iya baik nona.” Kent dengan canggung membantu Anne. Kent kemudian membantu Anne untuk duduk dan menyuapinya makan. Anne memang bisa makan sendiri, tetapi karena pencahayaan di ruangan ini h
Jeremy menggenggam tangan Anne dan menuntunnya menuju kamar tamu, sedangkan Kent mengikuti dari belakang. “Kamu tenang saja Anne, disini kamu akan aman. Oh ya, tolong antarkan pengawal Anne untuk berbenah.” Melihat Kent yang terus mengikuti, Jeremy memerintahkan salah satu pelayan untuk mengantarkan Kent ke ruang para pelayan. “Tenang saja tuan pengawal, saya akan memerintahkan seseorang untuk membantu Anne.” Jeremy menambahkan melihat Kent yang tidak ingin meninggalkan Anne. “Saya akan segera kembali, nona.” Kent membungkuk dan akhirnya pergi. -- “Kamu yakin tidak ingin tinggal sedikit lebih lama?” “Tidak, kak Jeremy. Mengunjungi Kediaman Verlant adalah keputusan yang saya ambil sendiri. Sehingga keluarga saya akan khawatir apabila saya tidak segera tiba di Kekaisaran terra.” “Oh ya, bagaimana dengan kabar kakak-kakak mu? Apakah Verto sudah menjadi ksatria?” “Belum, Kak Ver
Ketika mereka selesai makan malam, Marquis mengundang Anne untuk berbicara di ruang kerjanya. Anne kemudian menceritakan kejadian yang dialaminya dan bagaimana ia bisa sampai ke Kerajaan Crotta. Tok, tok “Ayah mencariku?” “Oh Chris. Kita perlu membicarakan mengenai keadaan Kerajaan Verdant” Chris duduk di samping Anne dan mendengarkan dalam diam. Marquis menjelaskan bahwa ia sudah mendengar mengenai penyerangan tersebut dan para bangsawan Crotta sedang merundingkan bagaimana cara untuk membantu. Ia berjanji akan berusaha meyakinkan bangsawan lainnya untuk ikut membantu. “Saya juga sudah mendengar bahwa kamu akan segera berangkat ke Kekaisaran Terra. Biarkan Chris menemanimu bertemu dengan Kaisar Terra untuk meminta bantuan Terra. Apabila Terra bersedia untuk membantu, kita bisa merebut Verdant.” “Terima kasih banyak paman, saya sangat menghargai bantuan anda.” “Bagaimana Chris, apakah kamu bersedia membantu?” “Tid
Tak terasa malam sudah tiba, mereka berhenti sebentar untuk makan di sebuah restoran. Anne bisa mencium aroma berbagai makanan ketika berjalan masuk dituntun oleh Chris. Suasana di dalam restoran tidak terlalu ramai. Anne dan Chris kemudian duduk di meja dekat dengan jendela. “Kamu ingin memesan apa? Apa makanan kesukaanmu Anne?” “Aku suka apa saja kak.” “Baiklah, kamu sepertinya harus makan lebih banyak daging.” Chris akhirnya memesan steak dan semangkuk sup untuk Anne. Anne hanya duduk diam memikirkan sesuatu, sambil menunggu makanannya datang. Chris mencoba mengajak Anne berbicara, apa yang bisa ia bicarakan? “Hei Anne, apakah kamu pernah mencoba Cold Slime
“Wah, kamu sudah bisa mengumpulkan energi di tanganmu. Sekarang coba untuk melepaskannya keluar dari tubuhmu, sama seperti ketika sedang menghela nafas.” Anne tidak bisa membayangkan bagaimana bisa sesuatu yang ada dalam dirinya keluar begitu saja, tangannya tidak memiliki lubang seperti hidung! Anne hanya bisa membayangkan asap keluar dari tangannya. “Tidak Anne, jangan mengepalkan tanganmu semakin keras dan menegangkan ototmu, justru kamu harus merenggangkannya.” Anne takut bila ia merenggangkan tangannya, energi tersebut malah akan kembali menyebar. Perlahan ia mulai mencoba untuk rileks dan kembali membayangkan asap yang keluar dari tangannya. “Apa kamu bisa melihatnya Anne?” Chris memegang tangan Anne dan mencoba menyentuh energi tersebut. Perlahan Anne membuka matanya dan sekilas melihat sesuatu berwarna kuning di tangannya, dan segera hilang. Ia kembali mencoba mengeluarkannya dengan mata terbuka. Setelah mencoba selama setengah j