Share

Bebek

Penulis: Djisamsoe
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-07 02:26:55

Mata Arinda melebar, dia sangat terkejut dan ingin berteriak. Tapi dadanya terasa sesak dan hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar tanpa sedikitpun suara yang keluar.

"Aah!!"

Entah telah berada waktu berlalu, bersamaan dengan keringat dingin yang keluar dari keningnya, suara jeritan akhirnya keluar dari mulut Arinda.

Menjerit.

Jika saat ini ada seseorang, atau bawahan Arinda yang melihat kondisinya menjerit ketakutan seperti gadis kecil, siapapun pasti akan curiga.

Karena selama ini, Arinda terkenal sebagai aparat yang tegas dan tak kenal takut pada apapun.

Tapi hari ini, dia menjerit dengan mata dan mulut terbuka lebar serta keringat dingin yang terus menerus turun membasahi keningnya.

Sebenarnya reaksi Arinda tidak terlalu berlebihan, karena dari tempatnya berdiri, dia melihat bahwa ada seorang polisi yang sedang tergeletak dilantai tak sadarkan diri.

"Sial!"

Sadar bahwa itu adalah polisi yang tergeletak dilantai kantor polisi, Arinda segera berlari untuk menghampirinya..

Akan tetapi, tepat ketika baru saja keluar kantor dan melihat jika sekitar lima belas polisi yang berjaga dengannya hari ini sudah tak sadarkan diri, Arinda kembali berhenti dan wajahnya berubah.

"Siapa? Siapa yang--" Arinda mencoba berteriak untuk mencari pelakunya, tapi dia kembali berhenti dan melompat.

"Ahh!"

Dia berteriak sesaat saat melihat polisi yang tergeletak dengan darah dilantai, dan sekali lagi berlari untuk menghampirinya.

"Ini..."

Setibanya didepan korban polisi yang berdarah, mata Arinda hampir keluar. Seluruh tubuh dan wajahnya terlihat bergetar entah karena ketakutan atau kemarahan.

"Uh!"

Bahkan jika Arinda adalah seorang polisi, dia masih tidak bisa menahan rasa mual di perutnya dan sekali lagi berlari keluar dari kantor polisi.

Sekeluarnya dari kantor polisi, Arinda tidak bisa lagi berkata-kata dan dengan suara "buk" segera jatuh kelantai dengan ekpresi sangat ketakutan.

"Ini, ini, ini..."

"Aahh....tolong!!"

....

Bersamaan dengan Arinda yang menjerit mencari pertolongan, pria yang baru saja wanita itu temui sekarang sudah berada di depan sebuah hotel mewah, dan terlihat berjalan ke arah kerumunan.

Pada saat ini, Hotel Mawar, hotel bintang lima yang paling terkenal di kota Eco sedang dipenuhi oleh kerumunan orang didepan pintu masuknya.

Ratusan orang, yang sepertinya wartawan dan fans dengan membawa banyak poster itu tampak gelisah berdiri dibelakang garis pembatas.

Dilihat secara sekilas, sepertinya mereka semua sedang menunggu seseorang yang sangat penting dan terkenal.

Itu semua bisa ditebak dengan banyaknya wartawan, serta karpet merah yang di tempatkan depan pintu masuk hotel.

"Jika aku ingat kembali, Arabella Belle ini sepertinya seorang artis papan atas yang baru-baru ini naik daun, bukan?" Seseorang dibarisan tiba-tiba bergumam.

Seorang wartawan disampingnya yang mendengar gumaman itu tiba-tiba berkata, "Arabella Belle, dia memang artis papan atas yang baru-baru ini naik daun. Bell, nama panggilannya memang seperti lonceng emas yang membuat siapapun akan terkesima saat melihatnya."

"Apakah dia cantik?"

"Hei," seorang fans Bella tiba-tiba berteriak saat mendengar pertanyaan meremehkan itu.

Dia seorang wanita, tampak sedikit gemuk tidak cantik atau jelek, dan sangat marah berteriak, "Apakah kamu mempertanyakan kecantikan Dewi Bell? Bertanya apakah dia cantik? Kamu benar-benar tidak memiliki mata!"

"Apa kamu tidak tahu, Bella adalah artis terkenal yang dikenal sangat cantik dari artis manapun di Indonesia ini!"

"Jangan tanyakan seberapa popularitasnya dia, karena jika bahkan kamu crazy rich dengan kekayaan jutaan dolar perbulan, kamu sama sekali tidak layak untuk bersamanya!"

"Tanyakan pada semua orang di negeri ini, siapa yang tidak ingin memiliki wanita seperti Bella ini!?"

"Tapi, apakah kamu tahu? Sampai detik ini, di umurnya yang sudah kepala tiga, Dewi Bell tidak memiliki pasangan sama sekali. Bukan karena dia tidak laku, tapi standarnya sangat tinggi, dan tak ada seorangpun yang benar-benar bisa masuk ke matanya!"

"Katakan padaku! Apakah kamu masih meremehkan Dewi Bell!? Hah?"

Di serang dengan penuh pertanyaan dan kata-kata meremehkan seperti itu, pria yang sebelumnya hanya bergumam dan tidak memiliki maksud apa-apa segera terdiam.

Dia tidak bisa menjawabnya, tapi merasa penasaran setelah mendengar apa yang semua wanita itu katakan.

"Jika begitu, berarti ini---"

"Dia datang! Lihat semua, mobilnya sudah datang!" Teriakkan ini segera menghentikan semua orang berkata.

Semuanya melihat ke arah pintu halaman hotel, dan menemukan mobil hitam dengan merek Porsche perlahan-lahan menuju kearah kerumunan.

Melaju dan berhenti tepat di depan pintu masuk hotel, mata semua orang berkaca-kaca, dan bersemangat.

Tepat ketika pintu mobil dibuka dari pengawal diluar, semua orang menahan nafas.

"Tak!" Suara high heels menyentuh aspal terdengar.

Kemudian, sesosok wanita dengan kacamata hitam muncul, dan keributan segera meledak.

"Woow! Ini benar-benar sangat cantik!"

"Tidak lagi cantik, tapi dia benar-benar cantik!"

"Lihat! Sekalipun dia tidak memakai makeup apapun, dan hanya menggunakan kemeja hitam polos dengan rok hitam biasa, dia masih sangat cantik."

"Cantik, elegan, dan menawan! Dia pasti seorang Dewi!"

"Dewi Bell memang Dewi dan dia adalah Dewiku!"

"Sekalipun hari ini aku mati, aku akan mati dengan tersenyum saat melihatnya!"

"Jangan banyak bicara lagi, cepat ambil kesempatan ini!"

Semua orang berteriak dan mencoba untuk menghampiri Bella, tapi tidak ada bisa yang melakukannya sama sekali.

Karena di sekitar pita pembatas, para pengawal sudah menghadang semua orang untuk mendekat. Bahkan jika wartawan mencoba untuk bertanya, Bella mengabaikan sama sekali dan terus berjalan ke arah hotel.

Berjalan dengan elegan, dan menawan, Bella tampak acuh tak acuh mengabaikan dunia, dan semua keributan disekitarnya.

Tapi, suara "bebek" pelan yang terdengar di telinganya segera membuat wanita itu berhenti.

"Bebek..."

Suara itu terdengar lagi dan membuat tubuh Bella menegang.

Bukan hanya Bella, tapi teriakan yang sebelumnya terdengar diantara kerumunan juga berhenti. Karena meskipun pelan, kata "bebek" itu terdengar sangat jelas dan membekas di telinga semua orang.

Melihat ke sumber suara, semua orang segera syok dan terdiam.

Bebek? Orang yang sebelumnya memanggil Bella, Dewi yang dikagumi oleh semua orang ternyata adalah orang gila!

Yah! Siapapun akan menganggap orang itu gila!

Karena sekarang, seorang pria dengan pakaian compang-camping, dan rambut yang tidak terawat sedang berdiri di depan mobil Porsche dalam diam, dan dengan tenang melihat ke arah Bella.

"Bebek?"

Satu kata lagi terdengar dan membuat Bella yang sudah berbalik tiba-tiba melepas kacamatanya, dan mata coklat indahnya tampak berkaca-kaca.

Sedetik kemudian, dalam pandangan semua orang yang masih bertanya-tanya, Bella berjalan ke arah pria asing itu dengan langkah kaki yang terburu-buru dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Tuan..."

Satu suara dengan nada lemah lembut terdengar dan membuat siapapun yang mendengarnya terdiam.

Mata dan mulut mereka melebar. Syok dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Tang Lian

    Tuan Cheng merasa ragu dengan apa yang Bella berikan, dan mencoba membukanya hanya untuk terdiam saat melihat apa yang ada di dalamnya. Tidak ada bedak atau peralatan kecantikan di dalam wadah kosmetik sepuluh sentimeter persegi itu, melainkan tampilan layar hijau penuh dengan dua titik yang tampaknya berjarak cukup jauh. "Itu adalah radar yang telah aku persiapkan," Bella menjelaskan sambil menunjukkan titik merah kecil di layar, "Titik merah di tengah adalah tempat dimana kita sedang berada, sedangkan titik yang ada di depan adalah Sima Cho berada." "Jadi, sebenarnya...." Tuan Cheng segera mengerti dan melihat kearah dua pria dan wanita di depannya. Bella membenarkan dan sekali menjelaskan, "Kami memang memiliki radar dan tahu dimana Sima Cho berada, dan kemungkinan besar dia akan menuju tempat Sekte Misterius itu berada. Tapi kami tidak tahu medan di pegunungan ini, jadi kami akan meminta Tuan Cheng untuk menunjukkan jalannya." "Jadi begitu...." Tuan Cheng sekali lagi melihat

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Kelinci

    Pagi hari. Saat cuaca masih dingin, tapi cahaya matahari mulai naik, Tuan Cheng yang masih tertidur di tenda mulai membuka matanya, dan berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya beberapa waktu. "Aduh...." Mengelus tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa sakit, kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seketika berdiri. "Benar... Kemarin malam...." Pria paruh baya itu tiba-tiba berlari keluar tenda dan berteriak. "Tuan Red! Tuan Red! Bahaya!" Dengan berteriak dan berlari terburu-buru, Tuan Cheng yang tampak panik segera tiba di tempat Rendy berada. Di sana, Rendy ternyata sudah bangun dan sedang minum kopi, tampak santai dan tenang menoleh ke arahnya. "Baru bangun?" "Ya.. yah!" Menjawab sambil mencoba mengatur nafasnya, Tuan Cheng kembali menjadi panik dan buru-buru berkata, "Itu, Tuan Sima, dia... Dia pergi! Saat saya bangun tadi, saya tidak melihat tanda-tandanya. Selain itu... Saya ingat jika kemarin malam--""Oh... Apakah Tuan Cheng sudah bangun?" Suara Bella memot

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Legenda

    "Demi Dewa! Apakah dia Manusia?" Satu penembak jitu di atas tebing tampak terkejut dan tidak percaya saat melihat sosok Rendy melalui teropong. "Jangan banyak bicara! Kita harus cepat pindah lokasi!" Satu sniper lain segera memperingatkannya dan mulai berbalik. Tapi, "bom" segera terdengar dan menghentikannya keduanya untuk bergerak lebih jauh. Berdiri di atas tebing, dua orang itu sangat terkejut dan berhenti bergerak saat menyaksikan sesosok manusia berjalan dari gumpalan awan es. Tapi keduanya segera tersadar dan mengambil pistol. "Dor!""Dor!"Dua tembakan pistol terdengar, tapi sosok Rendy telah menghilang dari hadapan keduanya. "Dimana bocah itu?" "Apakah kita menjatuhkannya?" Keduanya saling bertanya dengan aksen Mandarin, tapi kemudian berhenti saat mendengar suara acuh tak acuh di belakangnya. "Apakah kalian mencariku?" "Kau?" Keduanya kembali terkejut dan berbalik saat mendengar Rendy juga menggunakan aksen Mandarin. Tapi Rendy tidak lagi basa basi dan sudah muncul

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Keraguan Tuan Cheng

    Siang hari, kelompok Rendy akhirnya tiba di Kota Babao. "Kota Babao sebenarnya adalah kota yang sudah ada di Pegunungan Qilian. Jika seseorang ingin mendaki gunung, ini adalah titik awal pendakian." Tuan Cheng mulai menjelaskan kepada Rendy. Setelah melakukan perjalan setengah hari bersama-sama, Tuan Cheng mengetahui bahwa pemimpin dari kelompok mereka adalah Rendy. Awalnya dia berpikir bahwa Rendy sedang melakukan pendakian atau berwisata ke Pegunungan, tapi dia menemukan bahwa pria ini tidak terlihat seperti seorang pendaki. Dikatakan sebagai turis juga bukan, meskipun Bella, wanita itu terlihat terlalu cantik untuk menjadi seorang pendaki, dia juga tidak terlihat sebagai orang yang sedang berlibur. Di situlah Tuan Cheng merasa ragu, tapi dia masih menjelaskan hal-hal tentang Pegunungan Qilian sebagai seorang profesional. "Menurut koordinator yang di berikan oleh Tuan Sima Cho, kita akan menuju ke Gunung Qilian yang dikatakan perbatasan akhir ke Gunung Kunlun. Untungnya itu mas

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Mempersiapkan diri

    Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi

  • R.E.D Red Everlasting Dragon    Qinghai

    Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status