Share

Bebek

Mata Arinda melebar, dia sangat terkejut dan ingin berteriak. Tapi dadanya terasa sesak dan hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar tanpa sedikitpun suara yang keluar.

"Aah!!"

Entah telah berada waktu berlalu, bersamaan dengan keringat dingin yang keluar dari keningnya, suara jeritan akhirnya keluar dari mulut Arinda.

Menjerit.

Jika saat ini ada seseorang, atau bawahan Arinda yang melihat kondisinya menjerit ketakutan seperti gadis kecil, siapapun pasti akan curiga.

Karena selama ini, Arinda terkenal sebagai aparat yang tegas dan tak kenal takut pada apapun.

Tapi hari ini, dia menjerit dengan mata dan mulut terbuka lebar serta keringat dingin yang terus menerus turun membasahi keningnya.

Sebenarnya reaksi Arinda tidak terlalu berlebihan, karena dari tempatnya berdiri, dia melihat bahwa ada seorang polisi yang sedang tergeletak dilantai tak sadarkan diri.

"Sial!"

Sadar bahwa itu adalah polisi yang tergeletak dilantai kantor polisi, Arinda segera berlari untuk menghampirinya..

Akan tetapi, tepat ketika baru saja keluar kantor dan melihat jika sekitar lima belas polisi yang berjaga dengannya hari ini sudah tak sadarkan diri, Arinda kembali berhenti dan wajahnya berubah.

"Siapa? Siapa yang--" Arinda mencoba berteriak untuk mencari pelakunya, tapi dia kembali berhenti dan melompat.

"Ahh!"

Dia berteriak sesaat saat melihat polisi yang tergeletak dengan darah dilantai, dan sekali lagi berlari untuk menghampirinya.

"Ini..."

Setibanya didepan korban polisi yang berdarah, mata Arinda hampir keluar. Seluruh tubuh dan wajahnya terlihat bergetar entah karena ketakutan atau kemarahan.

"Uh!"

Bahkan jika Arinda adalah seorang polisi, dia masih tidak bisa menahan rasa mual di perutnya dan sekali lagi berlari keluar dari kantor polisi.

Sekeluarnya dari kantor polisi, Arinda tidak bisa lagi berkata-kata dan dengan suara "buk" segera jatuh kelantai dengan ekpresi sangat ketakutan.

"Ini, ini, ini..."

"Aahh....tolong!!"

....

Bersamaan dengan Arinda yang menjerit mencari pertolongan, pria yang baru saja wanita itu temui sekarang sudah berada di depan sebuah hotel mewah, dan terlihat berjalan ke arah kerumunan.

Pada saat ini, Hotel Mawar, hotel bintang lima yang paling terkenal di kota Eco sedang dipenuhi oleh kerumunan orang didepan pintu masuknya.

Ratusan orang, yang sepertinya wartawan dan fans dengan membawa banyak poster itu tampak gelisah berdiri dibelakang garis pembatas.

Dilihat secara sekilas, sepertinya mereka semua sedang menunggu seseorang yang sangat penting dan terkenal.

Itu semua bisa ditebak dengan banyaknya wartawan, serta karpet merah yang di tempatkan depan pintu masuk hotel.

"Jika aku ingat kembali, Arabella Belle ini sepertinya seorang artis papan atas yang baru-baru ini naik daun, bukan?" Seseorang dibarisan tiba-tiba bergumam.

Seorang wartawan disampingnya yang mendengar gumaman itu tiba-tiba berkata, "Arabella Belle, dia memang artis papan atas yang baru-baru ini naik daun. Bell, nama panggilannya memang seperti lonceng emas yang membuat siapapun akan terkesima saat melihatnya."

"Apakah dia cantik?"

"Hei," seorang fans Bella tiba-tiba berteriak saat mendengar pertanyaan meremehkan itu.

Dia seorang wanita, tampak sedikit gemuk tidak cantik atau jelek, dan sangat marah berteriak, "Apakah kamu mempertanyakan kecantikan Dewi Bell? Bertanya apakah dia cantik? Kamu benar-benar tidak memiliki mata!"

"Apa kamu tidak tahu, Bella adalah artis terkenal yang dikenal sangat cantik dari artis manapun di Indonesia ini!"

"Jangan tanyakan seberapa popularitasnya dia, karena jika bahkan kamu crazy rich dengan kekayaan jutaan dolar perbulan, kamu sama sekali tidak layak untuk bersamanya!"

"Tanyakan pada semua orang di negeri ini, siapa yang tidak ingin memiliki wanita seperti Bella ini!?"

"Tapi, apakah kamu tahu? Sampai detik ini, di umurnya yang sudah kepala tiga, Dewi Bell tidak memiliki pasangan sama sekali. Bukan karena dia tidak laku, tapi standarnya sangat tinggi, dan tak ada seorangpun yang benar-benar bisa masuk ke matanya!"

"Katakan padaku! Apakah kamu masih meremehkan Dewi Bell!? Hah?"

Di serang dengan penuh pertanyaan dan kata-kata meremehkan seperti itu, pria yang sebelumnya hanya bergumam dan tidak memiliki maksud apa-apa segera terdiam.

Dia tidak bisa menjawabnya, tapi merasa penasaran setelah mendengar apa yang semua wanita itu katakan.

"Jika begitu, berarti ini---"

"Dia datang! Lihat semua, mobilnya sudah datang!" Teriakkan ini segera menghentikan semua orang berkata.

Semuanya melihat ke arah pintu halaman hotel, dan menemukan mobil hitam dengan merek Porsche perlahan-lahan menuju kearah kerumunan.

Melaju dan berhenti tepat di depan pintu masuk hotel, mata semua orang berkaca-kaca, dan bersemangat.

Tepat ketika pintu mobil dibuka dari pengawal diluar, semua orang menahan nafas.

"Tak!" Suara high heels menyentuh aspal terdengar.

Kemudian, sesosok wanita dengan kacamata hitam muncul, dan keributan segera meledak.

"Woow! Ini benar-benar sangat cantik!"

"Tidak lagi cantik, tapi dia benar-benar cantik!"

"Lihat! Sekalipun dia tidak memakai makeup apapun, dan hanya menggunakan kemeja hitam polos dengan rok hitam biasa, dia masih sangat cantik."

"Cantik, elegan, dan menawan! Dia pasti seorang Dewi!"

"Dewi Bell memang Dewi dan dia adalah Dewiku!"

"Sekalipun hari ini aku mati, aku akan mati dengan tersenyum saat melihatnya!"

"Jangan banyak bicara lagi, cepat ambil kesempatan ini!"

Semua orang berteriak dan mencoba untuk menghampiri Bella, tapi tidak ada bisa yang melakukannya sama sekali.

Karena di sekitar pita pembatas, para pengawal sudah menghadang semua orang untuk mendekat. Bahkan jika wartawan mencoba untuk bertanya, Bella mengabaikan sama sekali dan terus berjalan ke arah hotel.

Berjalan dengan elegan, dan menawan, Bella tampak acuh tak acuh mengabaikan dunia, dan semua keributan disekitarnya.

Tapi, suara "bebek" pelan yang terdengar di telinganya segera membuat wanita itu berhenti.

"Bebek..."

Suara itu terdengar lagi dan membuat tubuh Bella menegang.

Bukan hanya Bella, tapi teriakan yang sebelumnya terdengar diantara kerumunan juga berhenti. Karena meskipun pelan, kata "bebek" itu terdengar sangat jelas dan membekas di telinga semua orang.

Melihat ke sumber suara, semua orang segera syok dan terdiam.

Bebek? Orang yang sebelumnya memanggil Bella, Dewi yang dikagumi oleh semua orang ternyata adalah orang gila!

Yah! Siapapun akan menganggap orang itu gila!

Karena sekarang, seorang pria dengan pakaian compang-camping, dan rambut yang tidak terawat sedang berdiri di depan mobil Porsche dalam diam, dan dengan tenang melihat ke arah Bella.

"Bebek?"

Satu kata lagi terdengar dan membuat Bella yang sudah berbalik tiba-tiba melepas kacamatanya, dan mata coklat indahnya tampak berkaca-kaca.

Sedetik kemudian, dalam pandangan semua orang yang masih bertanya-tanya, Bella berjalan ke arah pria asing itu dengan langkah kaki yang terburu-buru dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Tuan..."

Satu suara dengan nada lemah lembut terdengar dan membuat siapapun yang mendengarnya terdiam.

Mata dan mulut mereka melebar. Syok dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status