Share

Bab. 3 Ayah dan Anak Yang Menyedihkan

Pertarungan akan di lakukan di tempat itu juga. Hanya saja para penduduk akan menjauh dan membentuk sebuah lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran hanya ada tiga orang yaitu Liu Heng, Zie Du, dan Zu Yong.

Di bagian penonton ada Xie Xie dan Lin Jie yang sedang berharap kalau Liu Heng menang. Kecuali mereka berdua, tidak ada lagi yang mengharapkan Liu Heng menang. Semua orang sudah yakin kalau Zu Yong yang menang. Lebih tepatnya lebih berharap Zu Yong yang menang.

Beberapa hari yang lalu memang Liu Heng yang menang karena Zu Yong masih dalam penempaan tulang tahap 1, tetapi sekarang sudah berbeda. Dia sudah berada di tahap ke 2. Perbedaan penempaan tulang tahap ke1 dan penempaan tulang tahap ke 2 itu cukup signifikan.

“Apa kalian sudah siap?” tanya Zie Du.

Zu Yong sudah siap dan sangat percaya diri. Begitu pula dengan Liu Heng, dia juga bersemangat. Mereka saling menatap satu sama lain dengan niat saling mengalahkan. Tidak ada yang ingin kalah.

“Mulai!” Zie Du langsung menghilang dan muncul kembali di dekat Feng Xi.

Semua orang kaget dan kagum dengan apa yang Zie Du lakukan. Itu membuat Zie Du membusungkan dadanya. Dia sengaja melakukan itu untuk menujukkan seberapa hebat dirinya dan berhasil.

“Jangan harap kali ini aku akan kalah lagi!”

“Tidak akan ada perbedaan dari pertarungan sebelumnya,” ucap Liu Heng dengan percaya diri. Satu hal yang kakeknya selalu katakan yaitu jangan pernah terlihat takut ketika berada di depan musuh, tetapi Liu Heng tidak percaya sepenuhnya. menurutnya ada kala kita harus terlihat takut.

“Kau masih saja sombong,” keluh Zu Yong.

Dia langsung menyerang Liu Heng dengan pedang kayu miliknya. Serangan itu bisa ditahan oleh Liu Heng dengan cukup mudah, tetapi Liu Heng harus mundur satu langka. Serangan Zu Yong lebih kuat daripada yang dia ingat.

“Aku bukaan Zu Yong yang sebelumnya,” ucapnya sombong.

Zu Yong menyerang lagi, lagi, lagi dan lagi. Setiap kali Zu Yong menyerang, Liu Heng harus termundur dan tangannya menjadi kebas. Dia kemudian menggeser sedikit pedangnya ketika berbenturan dengan pedang Zu Yong agar serangan yang Zu Yong berikan menjadi lebih ringan. Liu Heng tersenyum dan melakukan serangan balik karena gerakan Zu Yong sedikit tergelincir.

Zie Du tersenyum karena kagum dengan kemampuan berpedang Liu Heng. Dia kaget karena Liu Heng yang tidak berkultvasi masih bisa bertarung seimbang dengan seorang cultivator. Itu jarang bisa terjadi.

“Bukankah dia sangat luar biasa, Tuan?”

“Iya, tetapi dia tidak akan bisa berkultivasi. Sulit untuknya menjadi lebih kuat lagi. Dia hanya akan menjadi orang biasa. Sangat disayangkan dantian-nya cacat. Dia masih bisa berkultivasi, tetapi paling tinggi dia hanya bisa mencapai tahap akhir penempaan tulang. Sangat sayang kalau kita memberikan sumber daya untuk orang yang tidak bisa sampai ke puncak,” jawab Zie Du.

“Sangat disayangkan. Dunia tidak berpihak kepada dirinya.”

Semakin lama pertarungan itu berlangsung, maka semakin terkuras energi milik Liu Heng. Itu adalah perbedaan seorang cultivator dengan orang biasa. Sayangnya Liu Heng bukan orang bodoh yang akan membiarkan hal itu terjadi. Dia pun berpura-pura dan membuat cela.

“Kena kau!”

Liu Heng tersenyum dan membalik sedikit tubuhnya dan semua keadaan berubah dengan sangat cepat. Pedang Zu Yong terpental ke atas dan kemenangan sudah ditetapkan. Liu Heng yang menjadi pemenangnya.

Zu Yong tidak terima, dia langsung menyerang Liu Heng lagi, tetapi malah membuat dirinya semakin dipermalukan. Wajahnya terkena pukulan oleh pedang kayu milik Liu Heng. Dia masih saja melakukan hal yang sama dan berakhir seluruh wajahnya membiru.

“Jangan bergerak lagi atau aku akan memukulmu sampai kau menangis!” ancam Liu Heng.

Zu Meng kesal karena anak yang dipermalukan. Dia pun masuk ke dalam arena pertarungan dengan pedang asli. Dia berniat ingin membunuh Liu Heng.

“Jangan pikir kau akan bebas setelah melakukan hal itu kepada anakku.”

Xie Xie yang melihat itu ingin membantu, tetapi Zie Du menghalanginya. Dia terus menatap Liu Heng dengan tatapan tajam. Xie Xie terus memberontak, tetapi tidak lama kemudian dia di totok hingga pingsan.

“Kau diamlah!” bentak Zie Du.

Feng Xi langsung menutup mulutnya. Dia ingin protes karena membiarkan anak biasa bertarung dengan cultivator fondasi qi tahap akhir itu sama saja dengan membunuh anak itu. Perbedaan antara Liu Heng dengan Zu Meng terlalu jauh.

“Bunuh dia, Ayah!” pinta Zu Yong.

Liu Heng sudah bersiap. Dia sudah menarik pedang asli miliknya. Itu adalah pedang pemberian kakeknya. Pedang itu hanya pedang butut yang sudah tidak digunakan puluhan tahun. Zu Meng menatap Liu Heng dengan niat membunuh. Itu membuat Liu Heng merinding.

Zu Meng tidak membuang-buang waktu. Dia langsung menyerang Liu Heng dengan pedangnya. Tebasan demi tebasan bisa dihindari oleh Liu Heng, tetapi pada awal saja. Semakin banyak serangan yang Zu Meng lakukan. Semakin banyak juga luka di tubuh Liu Heng. Darah mengalir dari goresan itu.

Tebasan menembus awan.

Zu Meng menyerang dengan jurus andalannya. Liu Heng tidak punya pilihan selain menggunakan jurus yang dia ciptakan sendiri. Dia sebenarnya tidak ingin melakukannya karena dia tidak ingin terlalu mencolok, tetapi dia tidak bisa tidak karena kalau dia tidak melakukannya, maka dia akan tewas.

Pedang tanpa Bentuk.

Tiba-tiba pedang Liu Heng menghilang. Bukan hanya pedangnya saja, tetapi Liu Heng juga kadang ada dan kadang menghilang. Zie Du dan Feng Xi terdiam. Mereka belum pernah melihat jurus yang Liu Heng lakukan. Gerakannya memang masih sedikit kasar dan ada beberapa gerakan yang masih kurang efektif, tetapi tetap saja untuk anak seusia dirinya itu adalah hal yang luar biasa.

“Siapa anak itu?”

Pedang Zu Meng menebas ke arah leher Liu Heng. Dia tersenyum, tetapi beberapa detik kemudian senyuman itu memudar karena Liu Heng yang ada di depannya sudah mengilang. Zu Meng memutar tubuhnya.

“Berhentilah!” pinta Liu Hng sambil menodongkan pedangnya di leher Zu Meng.

Zu Meng bukanya mengakui kekalahannya, tetapi dia malah menyerang lagi. Dia berhasil menebas tangan Liu Heng, tetapi sama seperti sebelumnya. Tubuh Liu Heng menghilang dan muncul lagi di tempat lain dengan mengarahkan pedangnya ke leher Zu Meng.

“Aku tidak akan menoleransi lagi. Jadi, berhentilah!” tatap Liu Heng dengan tatapan tajam.

Sayangnya Zu Meng tidak mendengarkan. Dia melakukan serangan lagi dan berakhir tangan kanannya terkena tebasan. Pedang yang dia pegang terjatuh dengan darah yang mengalir. Liu Heng mengayunkan pedangnya dan ingin menebas leher Zu Meng.

“Jangan lakukan!” bentak seseorang.

Liu Heng langsung menarik pedangnya dan menyarungkan pedangnya kembali. Zie Du menelan ludah. Dia tidak menyangka kalau Liu Heng benar-benar akan membunuh orang lain.

“Dia sangat kejam,” batinnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status