Share

TERBUAI PERMAINAN MANU

Sepersekian detik telah terlewatkan dengan hawa panas yang terasa begitu mencekik. Geram dengan respon Bella yang tidak melakukan apa yang ia inginkan, Manu terlihat perlahan menunduk. Amarah meledak-ledak yang ditahan Manu terasa begitu jelas lewat hembusan nafas panas yang menerpa wajah Bella. Sontak, Bella benar-benar dibuat mati kutu saat tangan pria itu baru saja menarik dagunya dengan satu tangan agar pandangan mereka bertemu.

"Jadi kau ingin aku yang melakukannya, hmm?"

Lidah Bella terasa kelu dan tak dapat digerakkan untuk menjawab sindiran keras nan menusuk Manu. Syaraf tubuhnya seakan-akan tak berfungsi saat pria itu mengusap bibir Bella kemudian menyunggingkan sebelah sudut bibirnya, memperlihatkan senyum miring layaknya senyum seorang iblis yang begitu menakutkan.

"Apa mereka juga berhasil mendapatkan ini?" Manu tertawa sinis saat melihat Bella hanya diam saja tak merespon apapun. Perempuan itu hanya menatap matanya dengan sorot yang begitu Manu benci, sorot sayu yang bercampur dengan air mata.

CUP!

Bella tersentak kaget detik itu juga. Nafasnya tertahan begitu saja tatkala Manu baru saja menyatukan bibir mereka. Tak ada kelembutan sedikitpun, bahkan Bella merasakan perih pada bibirnya di sela-sela permainan Manu. Pria itu seperti menggunakan bibirnya sebagai tempat pelampiasan!

"Mmphh!"

Bella berusaha mendorong dada Manu kuat untuk melepas pangutan bibir mereka tatkala Manu berusaha untuk membuka akses masuk, tapi satu tangan Manu yang tak memegangi dagunya malah beralih ke pinggang Bella kemudian menariknya dengan kasar hingga Bella bangun dengan tubuh bagian depannya menempel tanpa jarak dengan dadanya. Bibir perempuan itupun tak lupa mengeluarkan suara ringisan akibat kuatnya cengkeraman tangan Manu di pinggangnya.

Secara tak langsung, bibir Bella terbuka dibuatnya, membuat Manu tersenyum tipis di sela-sela permainannya kemudian lantas mengabsen rongga mulut Bella dan membelit lidah Bella sesekali.

Tangan yang tadinya memegang dagu Bella perlahan beralih ke tengkuk Bella, menekannya dengan kuat di sana untuk memperdalam pagutan mereka meski Bella tak memberikan tanda-tanda membalas permainan pria itu sedikitpun.

Bella sendiri berusaha mati-matian untuk menahan diri agar tak terlena oleh permainan Manu meskipun tubuhnya berkata lain. Bohong jika ia tidak terbuai oleh permainan pria itu meskipun tak ada kata lembut sedikitpun. Faktanya, ia benar-benar hampir dibuat kehilangan akal oleh sensasi aneh yang diciptakan Manu, ditambah pemandangan tubuh Manu yah begitu--akh, tapi Bella merasa benar-benar tak siap untuk melakukannya sekarang!

"Akhh ... K-kak ...."

Bella tak thu ia mendesah karena lepas kontrol oleh dirinya sendiri akibat sensasi nikmat yang ia rasakan atau karena kasarnya permainan Manu. Intinya, yang Bella tahu ialah Manu nampak begitu senang mendapati dirinya tersiksa seperti ini.

"MPHH!"

Bella memukul dada Manu kencang saat ia mulai merasa kehabisan napas. Beruntungnya Manu mau melepaskan pagutan mereka dan membiarkan Bella meraup oksigen dengan tergesa-gesa dengan kedua mata terpejam yang menampilkan bulu mata lentiknya itu.

Saat kedua bola mata itu terbuka dan menampilkan iris hazel memikatnya, pandangan mereka terkunci, tapi keduanya terlihat tak berniat untuk membuka suara.

Tangan Manu kembali bergerak menekan tengkuk Bella, bukan untuk menyambar bibir perempuan itu, tapi untuk menempelkan dahi mereka.

Bella reflek bergerak mundur dengan kedua tangan perlahan naik dan berada di dada bidang Manu, menjadi sekat pembatas antara tubuh keduanya. Manu kembali menyunggingkan Sebelah sudut bibirnya, kemudian mulai berusaha melepas kancing piyama merah yang dikenakan Bella.

"K-kak ...." Bella menggeleng dengan bibir yang masih bergetar hebat. Satu tangan perempuan itu berusaha menahan gerakan tangan kekar Manu, ia bear-benar tak bisa melakukannya sekarang!

Entah kenapa, rasa tak nyaman begitu menyerangnya bertubi-tubi tanpa jeda sedikitpun.

"Kau menyukainya, untuk apa kau berlagak menolak?" Desis Manu dengan satu alis terangkat membuat Bella memilih menunduk, tapi dengan tangan yang masih setia menahan pergerakan Manu di kancing piyamanya.

"Jawab aku Bella!" lanjut Manu dingin.

Bella hanya menggelengkan kepalanya, tahu jika dirinya sudah terikat kontrak dan tidak seharusnya ia menahan dan menolak apa yang ingin Manu lakukan. Terlebih, Manu telah memberikan apa yang ia janjikan kepadanya, pria itu telah melunasi hutangnya.

"Maafkan aku, Kak, tapi tolong mengertilah keadaanku saat ini. Beri aku waktu," gumam Bella lirih.

"Apa aku berada di lantai?" Sindiran saat mata Bella terus saja menatap lantai.

"Aku telah membayarmu dengan harga yang begitu tinggi, tapi inikah balasanmu?"

Lagi dan Lagi Bella tidak menjawab. Ia tahu jika Manu berhak untuk berlaku kasar terhadapnya karena berani melanggar perjanjian bahkan di saat perjanjian itu baru ditandatangani beberapa jam yang lalu, tapi ia hanya bisa berharap manu akan memberinya hukuman di suatu saat nanti, bukan sekarang.

"Kak, jangan!" Bella tertegun dengan mata membulat sempurna saat pria itu terus menghimpitnya yang membuat Bella mau tak mau harus bergerak mundur. Yang lebih membuat Bella panik, dia itu baru saja menyentakan tangan yang menahan tangan kekarnya.

"KA-AKH!"

Bella menjerit kesakitan saat merasakan punggungnya terasa remuk karena Manu baru saja membanting tubuhnya ke atas ranjang. Bahkan seakan-akan tak memberi ampun sedikitpun kepada Bella, pria itu lantas dengan segera bibir Bella kasar.

Bresh!

Bella membulatkan matanya sempurna saat ia merasakan sesuatu yang aneh baru saja dialami oleh tubuhnya. Ia berusaha untuk mendorong Manu, tapi tenaganya tak sebanding dengan tenaga Manu. Bahkan kini tak ada yang bisa saya lakukan karena bibir ranumnya itu telah sepenuhnya dikuasai oleh Manu, bahkan ia sendiri tak sadar jika kedua tangannya kini telah dicengkeram dengan satu tangan di atas kepalanya sendiri.

Pipi yang sempat kering tadi kini mulai kembali dibuat basah oleh air mata Bella. Ia tak mengerti kenapa menu bisa berubah menjadi sebringas ini, ia benar-benar dibuat syok. Bahkan lagi dan lagi kepalanya mulai terasa berdenyut pening akibat permainan Manu yang bahkan lebih kasar dari sebelumnya.

Manu seperti berniat untuk membuat bibirnya robek tak bersisa karena Bella merasakan sensasi amis dari darah segar yang dicecap oleh lidahnya.

Manu yang sepertinya menyadari hal serupa seperti Bella perlahan mulai melepas tangisannya tetapi tidak benar benar memberi jarak di antara wajah mereka.

Sedetik kemudian, Bella lantas menarik kedua tangannya yang dicekal oleh Manu di atas kepalanya.

"Kak, cukup! Kumohon jangan se-sekarang!" ujar Bella lirih dengan tatapan nanar yang begitu memilukan.

Bella kira Manu akan berhenti karena tak terlihat sedikitpun jika pria itu berniat untuk membuka kancing piyamanya. Namun, siapa sangka jika pria itu malah telah berhasil merobek celana piyama tipis itu kemudian membuangnya asal.

Bella terkejut, ia berusaha merapatkan pahanya yang terasa begitu dingin diterpa suhu pendingin ruangan yang ada di sana. Suara isak tangis Bella terdengar begitu kencang memenuhi ruangan bernuansa putih tersebut, bahkan suaranya terasa hampir sukses membuat gendang telinga Manu dibuat pecah olehnya.

"Sial!"

Manu megumpat kesal, kemudian lantas dengan segera turun dari ranjang. Langkah pria itu terdengar begitu besar dan berat, sebelum akhirnya ditelan habis oleh suara bantingan pintu yang sepertinya hampir mampu membuat bangunan itu roboh.

Bella lantas segera bangun dengan posisi terduduk, ia menatap ke bawah--ke sprei putih itu lebih tepatnya. reflek, Bella lantas dibuat menggigit bibir bawahnya yang telah sedikit berdarah tersebut setelah mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Warna kemerahan mulai merambat menghiasi pipi Bella dengan perasaan bercampur aduk yang tak bisa ia deskripsikan.

Dia ... dia kedatangan tamu bulanannya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status