“E-eh!” Tubuhnya menegang hebat kala merasakan sensasi geli serta dingin yang tiba-tiba merambat ke pinggangnya yang masih ditutupi oleh kain pakaian itu. “Apa yang sedang kau pikirkan, heum?” Setelah suara berat itu terdengar di telinganya, napas hangat serasa menerpa kulit lehernya, diikuti dengan lesakkan anak rambut yang juga meninggalkan sensasi geli di sana. Selimut yang tadinya dicengkeram erat oleh tangannya pun perlahan terlepas dari genggamannya akibat terkejut oleh semua pergerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Manu. Noda merah yang sempat dilihat matanya itu pun kembali ditutupi oleh selimut tersebut. “Hey, kenapa diam saja?” Manu menarik kepalanya menjauh dari ceruk leher Laura kala menyadari perempuan itu malah mematung, tidak mengeluarkan reaksi apapun. “Maaf ….” Suara lirih Manu berhasil menarik Laura kembali dari lamunannya yang berkepanjangan. Kata itu entah mengapa membuat dadanya sesak, bahkan tangannya kini bergetar hebat, ingin sekali rasanya menampar Manu
Suara tawa iblis terdengar keluar dari bibirnya. Kala cengkeraman di tangannya mengendur, suara itu pun perlahan ikut pudar. Tatapan penuh akan kebencian tersirat jelas di mata seseorang yang tengah menatap tajam Bella. “Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kau menggoda suamiku di saat aku tidak berada di sini?!” Laura kemudian melempar asal syal berwarna putih di tangannya dan beralih untuk menarik lengan Bella untuk segera bangun dari posisi berbaringnya. PLAK! Dan sebelum tubuh Bella benar-benar berdiri tegak di hadapan Laura, istri sah Manu itu telah terlebih dahulu melayangkan tamparan yang begitu kuat di pipi Bella. Tubuh Bella yang belum seimbang, ditambah gerakan tiba-tiba yang dilakukan Laura, hal itu membuat tubuh Bella ambruk dan terduduk di pinggir ranjang. “Kau benar-benar penggoda ulung, Bella!” Bella memejamkan mata erat, tangan yang memegangi bekas tamparan Laura bahkan ikut terasa sedikit kebas, merasakan betapa panas pipinya sekarang ini. “Kenapa?!” Laura
“Kak Manu!”Manu menghentikan langkahnya kala mendengar suara panggilan Bella.“Aku ingin bicara denganmu.”Cukup lama Manu terdiam di posisinya sebelum akhirnya dibuat lantas membalikkan badan setelah mendengar permintaan Bella.“Aku tidak ingin tinggal di sini lagi.”Satu alis Manu terangkat, ia menatap sosok perempuan yang tengah berdiri di ujung anak tangga lantai dua itu dengan pandangan yang sulit diartikan.“Kenapa tiba-tiba?”Bella tidak menjawab. Perempuan itu bahkan terlihat begitu enggan menatap Manu membuat pria itu semakin bertambah bingung.Hampir semingguan ini, Bella seperti berusaha tidak terlihat di depan matanya.Meskipun memang tidak pernah mengobrol ataupun sekadar bertegur sapa, sifat Bella akhir-akhir ini cukup lebih pendiam.Dan sekarang, perempuan itu tiba-tiba meminta pindah? Manu tentu dibuat curiga dengan perubahan sikap Bella yang kian membingungkan.“Apa maksud semua ini?”Langkah Manu terhenti tepat di depan Bella, tapi perempuan itu tak juga kunjung men
"Lepas!" Bella membuang muka ke samping saat ia merasakan sebuahtangan berusaha membelai pipinya. Kakinya secara reflek mundur selangkahmembuat cekalan di kedua tangannya kian mengerat.Dua di antara tiga preman berbadan kekar kini mencekal kedua tangannya darikedua sisi, sementara satunya lagi berdiri di depan Bella. Ketiganya nampakmenyeramkan dengan suara gelak tawa seperti raksasa kelaparan yang bahagiasetelah mendapatkan mangsa untuk disantapnya. Ditambah, mereka sekarang beradadi jalan sepi yang hanya diterangi oleh lampu jalan dan sinar rembulan. Hal itumembuat nyali Bella semakin menciut."Berhentilah memberontak jika kau tak ingin pulang dengan luka lebam disekujur badanmu!”Gelak tawa kembali terdengar membuat tubuh Bella bergetar ketakutan.Tak ingin dirinya berakhir menjadi piala bergilir untuk ketiga preman bejatitu, Bella kembali memberontak, bahkan ia dengan sengaja menendang selangkanganpreman yang mencekal tangan kirinya juga menggigit lengan preman yang me
"Di dunia ini tidak ada yang gratis."Seringai pria itu masih tercetak di wajah. Tatapan dingin pria itu menusukmenatap Bella. Mata Bella membola, tak menyangka jika pria di hadapannyamenuntut sebuah balasan atas pertolongannya barusan. "Jadi kau ingin akumemberimu uang karena telah membantuku?"Tak mendapatkan jawaban dari Manu membuat Bella diam selama beberapa saat.Penampilan Bella yang telah berubah drastis sejak 7 tahun lalu, juga sikap dantatapan dingin Manu padanya … ia berharap Manu tak lagi mengenali dirinya. Bella berusaha menenangkan dirinya. Ia mengatur napas danmimic di wajah, sebisa mungkin menyembunyikan kalau ia mengenali Manu.“Berapa uang yang kau miliki?” Pertanyaan Manu membuat Bellakembali dirundung gelisah.Wanita itu bergerak risau di tempatnya sembari menjawabdengan nada lirih, "Jujur saja, Aku ... untuk saat ini aku memang tidakmemiliki uang sepeser pun. Aku bahkan terlilit hutang dan terus dikejar-kejarrentenir untuk segera membayarnya.”Bella se
"Kau yakin menolaknya?" Bella akhirnya memutuskan untuk menolak permintaan Manu malam itu juga. Masih teringat jelas di benaknya, bagaimana Manu terlihat menatap Bella dengan tatapan yang sulit dimengerti. Namun, pria itu rupanya tidak memaksa. Saat akhirnya Bella mengangguk, kembali meyakinkan penolakan tersebut, pria itu mau mengerti. Tak lama kemudian, Manu mengulurkan sebuah kartu berisi identitas singkat mengenai dirinya. "Kau bisa menghubungiku jika kau berubah pikiran.”Bella menatap kartu identitas yang diberikan Manu padanya semalam. Benaknya masih berkelana, saat kemudian suara lantang menyebut namanya.“Bella! Kau ini serius ingin bekerja di tempat saya atau tidak, sih? Apa kau menganggap pekerjaan kau ini sebagai permainan? Apa kau ingin saya pecat hari ini juga?!”Bella spontan mengangkat kepalanya. Dalam hati ia memaki kuat karena ternyata Manu masih memiliki efek yang begitu besar untuknya. Hari ini adalah kedua kali si bapak tua tempat Bella bekerja memarahinya. Perta
“Kau berubah pikiran?”Manu, pria itu menyambut Bella dengan wajah yang begitusantai, seolah sudah bisa memprediksi perubahan keputusan yang wanita itupilih. Kemarin, setelah kehilangan pekerjaan, tiba-tiba Bella juga ditimpakesialan lain yang beruntun.Pria tua yang membuatnya dipecat datang ke tempat kosnya danmenagih hutang. Pria licik itu bahkan mengubah surat perjanjian yang telahBella tanda tangani sebelumnya, demi hutang tersebut bisa lunas segera. Setelahpria tua tersebut pergi, datang lagi ibu kos yang juga menagih tunggakan sewa.Semua kebutuhan yang mendesak itu benar-benar membuat Bella frustrasi. Ia sudahtidak punya jalan keluar lagi, selain mendatangi pria bernama Manu ini."Duduklah," ujar Manu kembali usai mereka memasuki ruang kerja priaitu.Bella lantas duduk di sofa panjang yang ada di depan Manu, sementara priamenawan dan dingin itu membuka sebuah map.Bella meihat map tersebut dengan pandangn seribu arti. “Apaitu?” Pasalnya, pria itu seperti telah memper
"Kak Ma-Manu ...."Bella meneguk salivanya susah payah. Kedua tangannya terkepal erat, pasokan oksigen yang ada di sekitarnya seperti menipis dari waktu ke waktu.Tatapan Manu yang begitu mengintimidasi mampu membuat semua syarafnya terasa berhenti bekerja seakan-akan ia mengalami kelumpuhan secara mendadak. Bella sebisa mungkin berusaha unuk melangkahkan kakinya mundur karena wajah Manu semakin dekat dengannya. Naasnya, ia malah terpeleset ke belakang karena tersandung oleh kakinya sendiri."A-akh!"Bella memejamkan matanya erat tatkala ia merasa badannya melayang. Ia kira punggungnya akan terasa remuk, beruntungnya sensasi empuklah yang ternyata menyambutnya dengan hangat. "Ck!"Decakan sarkas yang menusuk indera pendengaran Bella membuat perempuan itu membuka matanya dengan cepat. Jangan lupakan raut bingung yang menghiasi wajahnya.Melihat respon Bella, Manu berdecih kemudian memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya. "Kenapa? Kau berpikir aku akan menahanmu agar tida