Beranda / Romansa / RAHIM PENGGANTI TUAN MANU / SISI MENYERAMKAN MANU

Share

SISI MENYERAMKAN MANU

Penulis: Na dila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-02 23:44:26

"BRENGSEK! LEPASKAN!"

Bella menjerit kuat hingga urat-urat lehernya menyembul jelas seperti siap untuk menembus kulitnya. Kedua tangannya kini tengah dicekal erat ke belakang tubuhnya oleh salah satu bodyguard anak buah pria paruh baya itu. Sementara satunya lagi berusaha keras melepaskan satu persatu kancing kamejanya karena Bella terus berusaha menunduk untuk mempersulit bodyguard di depannya.

"AKH! BRENGSEK!"

Tubuh Bella merinding hebat saat ia merasa kulit lehernya disapu oleh benda kenyal berlendir. Tepat kala itu juga kamejanya berhasil ditanggalkan. Bella semakin menjerit sekuat tenaga dengan air mata yang jatuh berlomba-lomba membasahi pipinya.

Meskipun sepertinya sia-sia, Bella tetap berusaha memberontak. Naasnya, tak berbeda jauh dengan kejadian di jalan kemarin malam, rambut Bella dijambak kencang hingga kepalanya menengadah. Sialnya lagi, sapuan benda kenyal di lehernya itu kian membabi buta, bahkan Bella dibuat serasa ingin menjatuhkan dirinya dari atap gedung tersebut saat merasakan sensasi geli turut ikut menyertai di sekitar perutnya akibat sentuhan tangan bodyguard yang terlihat berlutut di depan Bella.

Untuk kesekian kalinya, harga diri Bella dihancurkan berkeping-keping. I

Sementara itu, pria paruh baya itu nampak menatap datar pemandangan di depannya. Ia tahu apa yang ia lakukan begitu bejat, tapi kasih sayang kepada putranya membuat hati pria itu sekeras batu.

"Hentikan!"

Bisa pria paruh baya itu lihat tampang kesal terukir di kedua wajah bodyguardnya setelah ia memberi interupsi. Pria paruh baya itu kemudian meletakkan ponselnya di atas meja kemudian bersidekap. Dengan satu isyarat gerakan mata, tubuh Bella lantas terhuyung dan jatuh tepat di depan kakinya. Lantas, kedua bodyguard itu pun segera keluar dari sana, menyisakan Bella dan pria paruh baya itu.

Suara ringisan terdengar keluar di sela-sela tangisnya. Kedua tangan yang menopang tubuhnya itu nampak bergetar hebat dengan sisa tenaga yang begitu sedikit.

"Menolak putraku adalah keputusan yang salah, Bella," desisnya yang masih bisa di dengar Bella samar-samar, membuat Bella yang tak ada hentinya menangisi nasibnya kini dibuat tersadar untuk sejenak.

Bella mulai sadar bahwa ia bisa lepas dari kehancurannya jika ia merubah keputusannya. Mulut itu hampir meneriakkan sesuatu permohonan pada pria paruh baya itu, tapi ia urungkan saat kejadian dimana ia baru saja menandatangani perjanjian dengan Manu terlintas di benaknya.

"Kau masih ingin menolak putraku?" Pria paruh baya itu berjongkok kemudian mencengkeram erat dagu Bella agar perempuan itu menatapnya. "Jika keputusanmu masih belum berubah, aku akan meninggalkanmu di sini dan membiarkan mereka menyantapmu sepuas yang mereka mau."

Bella berusaha melepaskan cengkraman rentenir itu, tentu saja kegagalan menyambutnya. Kini, kepala Bella malah terasa semakin berdenyut hebat membuat matanya beberapa kali terpejam erat disertai ringisan yang tiada henti.

"To-tolong ...." racau Bella lirih dengan napas tercekat. Ia sebenarnya merasa begitu malu mengingat tubuh bagian atasnya hanya ditutupi oleh Bra, tapi tak ada yang bisa Bella lakukan sekarang. Bahkan, untuk bernapas saja rasanya seakan-akan ia akan bertemu ajalnya.

BRAK!!

BUGH!

BUGH!

"H-huh! Huh!" Dagu Bella lantas merosot tatkala tangan pria paruh baya itu tak lagi mencengkeram dagunya. Bahkan, pria itu baru saja terlempar ke belakang karena seseorang baru saja meraih kerah bajunya kemudian memukulinya dengan brutal yang membuat kondisi tubuh pria paruh baya itu berakhir bertabrakan dengan meja yang ada di belakangnya

BUGH!

"BANGSAT!"

Suara pukulan diiringi umpatan kasar itu masih bisa di dengar samar-samar oleh Bella. Bahkan dengan pandangannya yang perlahan mengabur ia masih bisa melihat seorang pria jangkung tengah menghajar rentenir itu habis-habisan tanpa henti.

"SIALAN! JANGAN IKUT CAMPUR DENGAN URUSANKU!!"

Melihat pria paruh baya itu masih memiliki tenaga untuk berbicara dan bersiap menyerangnya balik, pria paruh jangkung itu segera menghindar kemudian lantas menendang pinggang rentenir itu dengan gerakan kilat membuat tubuh itu terlempar sekali lagi dan tepat mengenai tembok kotor ruangan tersebut.

Bella ingin bangkit dan melarikan diri dari sana saat suara ringisan dan kegaduhan tersebutmemenuhi telinganya yang berdengung. Persetan dengan pria jangkung yang tengah kesetanan itu, Bella hanya ingin bisa segera pergi dari sana. Naasnya, pandangan Bella kian menggelap dengan tubuh yang perlahan seperti mengalami kelumpuhan.

***

"Huh! Huh! Huh!"

Dengan dada yang bergerak naik turun tak beraturan, Bella lantas mengedarkan pandangannya ke sekitar. Kepalanya terasa seperti baru saja ditimpa beton, tapi pemandangan ruangan bernuansa putih luas dengan perabotan-perabotan asing di matanya ternyata sukses membuat Bella mengabaikan rasa sakitnya.

Ini tentu bukan kamar kostnya!

Bella mengusap wajahnya yang dibanjiri keringat dengan kasar, sedetik kemudian ia membulatkan matanya sempurna setelah mendapati tubuhnya kini dibalut piyama tidur tipis berwarna merah yang tentu bukan miliknya juga! Tubuhnya juga sepertinya tak sebersih ini tadi saat masih di ruangan gedung tua tersebut!

Siapa yang menggantikan pakaiannya atau mungkin juga ... membersihkan tubuhnya?!

Ia tidak mungkin berakhir di rumah Rentenir itu dan menjadi tahanannya kan?!

Bella berusaha mengingat insiden yang baru saja menimpanya. Tak banyak yang bisa ia ingat, hanya kelicikan rentenir itu yang kemudian di akhiri oleh kemunculan pria jangkung yang menghajar habis pria licik itu.

'Merepotkan!'

Bella membeku di tempat tatkala otaknya membiarkan Bella mengingat suara tak asing yang menyapa telinganya di saat kesadarannya sudah benar-benar menghilang. Sepertinya pemilik suara itulah yang telah menggendongnya ala bridal style dan membuat Bella berakhir di sini.

CEKLEK!

Suara decitan pintu itu membuat Bella terkejut dan lantas mengeratkan cengkraman tangannya pada selimut tebal putih polos tersebut. Mendapati sosok pria jangkung terlihat baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk sepinggang membuat jantung Bella seakan-akan berhenti berdetak saat itu juga.

"Kak Manu ...."

Bella tidak tahu harus merasa bersyukur karena ia ternyata tak menjadi tahanan rentenir itu atau malah merasa buntung karena berada di satu ruangan yang sama dengan Manu. Bella yakin jika setelah ini Manu pasti akan memarahinya habis-habisan karena sudah terlibat Masalah serius untuk kedua kalinya.

Sementara itu, Manu sepertinya tidak menyadari jika Bella tengah menatapnya hingga tak berkedip. Pria itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Buliran air terlihat mengalir di sela-sela pahatan otot di perutnya. Sial! Bella mengumpat dalam hati, bisa-bisanya ia terpesona dengan ciptaan Tuhan satu itu di saat seperti ini.

Bella lantas menunduk dengan cepat tepat saat tatapannya terkunci oleh tatapan kelam nan dingin milik Manu. Perempuan itu reflek memainkan kukunya, entah karena malu terciduk mengamati Manu atau karena bingung merangkai kata agar pria itu tidak memarahinya.

Saat benda empuk itu sedikit bergoyang setelah Manu duduk di sana, Bella meneguk salivanya susah payah. Mengapa pria itu tidak memakai bajunya saja terlebih dahulu?!

"Kak, aku--"

Bella baru saja berhasil mengumpulkan keberanian untuk memberi penjelasan kepada Manu, tapi tatapan dingin tak bersahabat milik pria itu berhasil membuat Bella mengatup bibirnya rapat-rapat.

"Puas bermain dengan masalah?"

Suara dingin itu terasa menusuk telinga Bella membuat perempuan itu kembali meneguk salivanya susah payah.

"Maaf--"

"Untuk apa meminta maaf jika kau akan mengulanginya lagi?" potong Manu sarkas dengan rahang yang kian mengetat. Bella yakin jika pria itu sedang menahan emosinya yang saat ini meledak-ledak.

"Kita akan bicarakan hal ini nanti!" lanjut Manu setelah menghela napas kasar kemudian memajukan tubuhnya yang membuat Bella menatapnya lekat. Bertanya-tanya apa yang ingin pria itu lakukan.

"buka pakaianmu!"

Seperti baru saja tersengat aliran listrik, tubuh Bella menegang, perempuan itu dibuat menahan napasnya dengan mata menatap Manu tanpa berkedip.

"Kak, a-aku ... tidak, aku tidak mau," ujar Bella gugup dengan tangan semakin erat mencegkeram selimutnya. Ia masih trauma dengan pelecehan yang menimpanya belakangan ini.

"Jangan memancingku untuk berlaku kasar, Bella. Aku sudah begitu sabar," sahut Manu penuh peringatan.

"Maaf, Kak. T-tapi aku tidak bisa ...."

Mendengar penolakan Bella, mata Manu seakan-akan menggelap, kobaran api seperti baru saja memercik dalam dirinya. Pria itu kemudian bangun dan menatap Bella sengit. Ia lantas dengan segera menarik selimut tebal tersebut dengan kasar dan membuangnya asal.

Tampang sanggar yang menghiasi wajahnya nampak mengerikan membuat Bella tak berani membalas tatapan Manh, tubuh dan bibir perempuan itu nampak bergetar hebat.

Bella takut melihat sisi menyeramkan seorang Manu yang satu ini.

"Buka atau aku sendiri yang melakukannya?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   MANU TIDAK RELA?

    “Kak Manu!”Manu menghentikan langkahnya kala mendengar suara panggilan Bella.“Aku ingin bicara denganmu.”Cukup lama Manu terdiam di posisinya sebelum akhirnya dibuat lantas membalikkan badan setelah mendengar permintaan Bella.“Aku tidak ingin tinggal di sini lagi.”Satu alis Manu terangkat, ia menatap sosok perempuan yang tengah berdiri di ujung anak tangga lantai dua itu dengan pandangan yang sulit diartikan.“Kenapa tiba-tiba?”Bella tidak menjawab. Perempuan itu bahkan terlihat begitu enggan menatap Manu membuat pria itu semakin bertambah bingung.Hampir semingguan ini, Bella seperti berusaha tidak terlihat di depan matanya.Meskipun memang tidak pernah mengobrol ataupun sekadar bertegur sapa, sifat Bella akhir-akhir ini cukup lebih pendiam.Dan sekarang, perempuan itu tiba-tiba meminta pindah? Manu tentu dibuat curiga dengan perubahan sikap Bella yang kian membingungkan.“Apa maksud semua ini?”Langkah Manu terhenti tepat di depan Bella, tapi perempuan itu tak juga kunjung men

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   PERINGATAN UNTUK BELLA

    Suara tawa iblis terdengar keluar dari bibirnya. Kala cengkeraman di tangannya mengendur, suara itu pun perlahan ikut pudar. Tatapan penuh akan kebencian tersirat jelas di mata seseorang yang tengah menatap tajam Bella. “Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kau menggoda suamiku di saat aku tidak berada di sini?!” Laura kemudian melempar asal syal berwarna putih di tangannya dan beralih untuk menarik lengan Bella untuk segera bangun dari posisi berbaringnya. PLAK! Dan sebelum tubuh Bella benar-benar berdiri tegak di hadapan Laura, istri sah Manu itu telah terlebih dahulu melayangkan tamparan yang begitu kuat di pipi Bella. Tubuh Bella yang belum seimbang, ditambah gerakan tiba-tiba yang dilakukan Laura, hal itu membuat tubuh Bella ambruk dan terduduk di pinggir ranjang. “Kau benar-benar penggoda ulung, Bella!” Bella memejamkan mata erat, tangan yang memegangi bekas tamparan Laura bahkan ikut terasa sedikit kebas, merasakan betapa panas pipinya sekarang ini. “Kenapa?!” Laura

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   TANDA KEPEMILIKAN MANU

    “E-eh!” Tubuhnya menegang hebat kala merasakan sensasi geli serta dingin yang tiba-tiba merambat ke pinggangnya yang masih ditutupi oleh kain pakaian itu. “Apa yang sedang kau pikirkan, heum?” Setelah suara berat itu terdengar di telinganya, napas hangat serasa menerpa kulit lehernya, diikuti dengan lesakkan anak rambut yang juga meninggalkan sensasi geli di sana. Selimut yang tadinya dicengkeram erat oleh tangannya pun perlahan terlepas dari genggamannya akibat terkejut oleh semua pergerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Manu. Noda merah yang sempat dilihat matanya itu pun kembali ditutupi oleh selimut tersebut. “Hey, kenapa diam saja?” Manu menarik kepalanya menjauh dari ceruk leher Laura kala menyadari perempuan itu malah mematung, tidak mengeluarkan reaksi apapun. “Maaf ….” Suara lirih Manu berhasil menarik Laura kembali dari lamunannya yang berkepanjangan. Kata itu entah mengapa membuat dadanya sesak, bahkan tangannya kini bergetar hebat, ingin sekali rasanya menampar Manu

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   NODA MERAH DI SEPRAI

    “Kau kemana saja?”Laura tak menyahut saat netra miliknya benar-benar mendapati sosok Manu di depannya. Kegelisahan semakin menghantamnya habis-habisan. Kakinya memang sudah tak bergerak mundur lagi, tapi semua itu tergantikan oleh badannya yang sedikit bergetar hebat.“Eum … aku, aku baru saja–”“Hey, ada apa, Sayang?” Manu bergerak mendekati Laura yang terlihat aneh di matanya, mengabaikan rasa kantuk dan penat di tubuhnya. “Kenapa kau bergerak mundur menjauhiku? Apa wajahku sebegitu menakutkan?”Tubuh Laura menegang hebat tatkala Manu tiba-tiba menarik pinggangnya, merengkuh hangat tubuhnya yang masih sedikit bergetar.Kenapa … Manu bersikap seakan biasa-biasa saja padanya? Apa pria itu tidak menyadari kepulangannya yang jauh dari kata terlambat ini?Manu itu manusia dingin, tapi begitu posesive pada pasangannya. Pria itu bahkan sempat mendiami Laura selama sehari karena perempuan itu menginap di Rumah teman arisannya tanpa memberi tahunya dulu hingga membuat pria itu kelimpungan

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   AFTER THE ACCIDENT

    Laura bangun dengan wajah terkejut. Ia lantas mengamati jam dinding yang berada di ruangan bernuansa hitam tersebut, sebelum akhirnya meloncat turun dari ranjang.“Sial! Bagaimana mungkin aku malah ketiduran?!” pekiknya kuat kemudian mengambil blazer berwarna hitam yang tergeletak di atas lantai. Laura menggerutu, menyesali menerima permintaan untuk menemani minum pria yang kini masih terlelap itu kemarin malam.Saat kakinya hampir melangkah menjauh dari ranjang, tangannya tiba-tiba dicekal.“Kemana, hmm? Kau belum boleh pergi!”Suara berat menyapa indera pendengarannya, tapi Laura memilih untuk menghempaskan tangan kekar milik pria yang masih setengah terpejam di atas ranjang tersebut.Persetan dengan pria itu, ia harus segera pulang ke Mansion sebelum dunianya benar-benar hancur dan tak bisa diselamatkan lagi. Laura sedikit bersyukur karena jalanan pada dini hari tersebut lumayan sepi, membuatnya bisa mengebut dengan kecepatan di atas rata-rata.Ketukan sepatunya yang terdengar cep

  • RAHIM PENGGANTI TUAN MANU   DIRENGGUT PAKSA

    Bella mendorong tubuh Manu menjauh, tubuh perempuan itu bergetar hebat dengan tangan mencengkeram erat handuk yang ia kenakan. Sial, ucapan Manu berhasil membuat jantung Bella rasanya hampir copot saja.“Kenapa, hmm?”Alis Manu terangkat sebelah, tapi sesaat kemudian ia memejamkan mata sebelum akhirnya tertawa kecil. Bella terpaku, seumur-umur ini memang bukan kali pertamanya ia melihat Manu tertawa sehingga ia dibuat terdiam.Namun, dengan keadaan seperti ini, bulu kuduk Bella meremang. Tawa itu terdengar seperti Manu yang ada di depannya adalah sosok Manu yang tak pernah ia lihat versinya.“Tidak ada, permisi.”Bella memutuskan kontak mata diantara mereka dengan cepat. Ia menunduk, kemudian melangkahkan kakinya untuk melewati Manu. Persetan dengan dirinya yang hendak menjelaskan alasan yang membuatnya berada di kamar pasangan suami istri itu. Sepertinya lebih baik ia segera pergi dari sana, ia akan menjelaskannya besok pagi jika Manu sudah kembali ke versi biasanya. Bella merasa le

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status