"Aku akan melunasi hutang ayahmu, tapi dengan satu syarat ...." "Give me your body." *** Menjadi rahim pengganti untuk istri dari pria yang menjadi cinta pertamanya?! Bella tak tahu harus menyebutnya untung atau malah buntung! Ketika berada di titik paling rendah dalam hidupnya, Bella malah dihadapkan fakta bahwa Ayahnya ternyata menjadikan Bella sebagai jaminan untuk meminjam uang sebesar 15 M. Di waktu yang bersamaan Manu menawarkan Bella sebagai rahim pengganti untuk Laura, istrinya yang mandul. Di satu sisi, rahasia besar ikut perlahan terkuak. Apakah yang terjadi jika sampai Manu mengetahui rahasia besar antara Bella, Laura, dan Agus, ayah Manu sendiri? Mungkinkah bahagia menjadi akhir kisah Bella? "Cinta itu tentang ketulusan hati, bukan obsesi."
Lihat lebih banyak"Lepas!"
Bella membuang muka ke samping saat ia merasakan sebuah tangan berusaha membelai pipinya. Kakinya secara reflek mundur selangkah membuat cekalan di kedua tangannya kian mengerat.
Dua di antara tiga preman berbadan kekar kini mencekal kedua tangannya dari kedua sisi, sementara satunya lagi berdiri di depan Bella. Ketiganya nampak menyeramkan dengan suara gelak tawa seperti raksasa kelaparan yang bahagia setelah mendapatkan mangsa untuk disantapnya.Ditambah, mereka sekarang berada di jalan sepi yang hanya diterangi oleh lampu jalan dan sinar rembulan. Hal itu membuat nyali Bella semakin menciut.
"Berhentilah memberontak jika kau tak ingin pulang dengan luka lebam di sekujur badanmu!” Gelak tawa kembali terdengar membuat tubuh Bella bergetar ketakutan. Tak ingin dirinya berakhir menjadi piala bergilir untuk ketiga preman bejat itu, Bella kembali memberontak, bahkan ia dengan sengaja menendang selangkangan preman yang mencekal tangan kirinya juga menggigit lengan preman yang mencekal tangan kanannya. "AKHH!!" Hal itu membuat kedua preman tersebut menjerit kesakitan kemudian melepaskan cekalannya di tangan Bella. Bella yang melihat celah untuk kabur pun segera bergegas pergi dari sana dengan bantuan sinar bulan purnama yang menghiasi langit malam kala itu. Namun, preman dengan luka di sekitar pipi kanannya itu berhasil mencekal tangan kiri Bella. "Tidak! Kumohon …."Bella memekik kencang tatkala merasakan jambakan kuat pada rambutnya.
Sayangnya tak ada yang peduli. Preman yang tengah menjambak rambutnya itu mulai melancarkan aksinya untuk melucuti pakaian Bella.Namun tak lama, sebuah batu melayang ke udara dan berhasil mengenai punggung salah satu preman tersebut. Disusul setelahnya, suara dalam seorang pria yang membuat ketiga preman itu menoleh ke arah pria asing tersebut.
"Inikah cara kalian untuk disegani?" Bukan hanya preman, Bella pun bisa mendengar dengan jelas betapa berat nan dingin suara pria tersebut. Sesaat setelah berhasil lepas dari cekalan preman itu, Bella memicingkan matanya ke arah sosok pria yang memiliki tinggi menjulang itu. Sayang, upayanya mencoba untuk menjauh dari jangkauan preman itu kembali terhalang saat rambutnya ditarik begitu kuat.“Siapa kau? Tidak usah ikut campur urusan kami!”
Wajah datar pria jangkung itu perlahan memperlihatkan senyum tipisnya. Namun bukannya terlihat manis, senyum itu malah terlihat menyeramkan dan menyimpan banyak arti tersembunyi membuat bulu kuduk preman itu meremang seketika. "Kau yakin ingin tahu siapa aku?" Setiap langkah yang diambil pria itu menimbulkan suara ketukan nyaring nan berdengung. Sebelah tangannya ia masukan ke saku celana yang ia kenakan dengan dagu sedikit terangkat dan tatapan mencemooh yang ketara, tetapi setiap gerakan yang ia ambil begitu tenang tak terusik. Preman itu melepaskan jambakannya pada rambut Bela kemudian mendorong perempuan itu hingga jatuh tersungkur ke atas tanah dan meringis kesakitan. Saling adu pukul dan kekuatan tak terhindarkan. Pria asing dengan lihainya terus menghajar preman itu, satu lawan tiga.‘Siapa dia? Keren sekali bisa melawan mereka semua sendirian.’
Bella takjub dengan kemampuan beladiri pria misterius itu. Kurang dari 15 menit beradu kuat, para preman itu pun akhirnya menyerah, meski terus mengancam si pria akan ada balasan berikutnya.
Setelah preman itu pergi, sosok pria itu tak terlihat mendekat. Pria itu justru bersiap menjauh, tanpa memedulikan Bella yang masih terjerembab. Melihat hal itu, dengan segera Bela berusaha bangun dan berlari tertatih-tatih menghampiri pria yang telah menyelamatkannya.
"Tuan, terima kasih telah menyelamatkanku," ujar Bella tulus.Pria tersebut berhenti, lalu kemudian memutar badannya.
Senyum manis yang tadi terpatri indah di wajah Bella luntur setelah melihat pria penolongnya. Darah Bella berdesir hebat, napasnya tiba-tiba terasa tercekat. "Kak ... Kak Manu?"Satu tangan Bella menutup mulutnya sendiri sementara kakinya reflek mundur selangkah. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Tatapan tajam serta mengintimidasi, rahang tegas, alis tebal, hidung mancung, tampang yang terlihat semakin datar dan dingin di bawah terpaan sinar lampu jalan … semua itu terlihat tak ada yang berubah dari pria itu. Semua masih sama seperti 7 tahun yang lalu. Degup jantung wanita itu tak bisa berbohong. Sosok pria di hadapannya pernah memegang peran begitu penting di masa lalu. Namun, Bella sendiri tak menyangka akan bertemu lagi dengan cinta pertamanya semasa SMA dulu di keadaan sepelik ini. Pria yang dipanggil Manu mengernyitkan dahinya melihat reaksi Bella. Namun setelah beberapa lama terdiam, Bella melihat ada seulas senyum tipis terukir di wajah pria itu. Senyum tipis yang tampak mengerikan. "Kau kira terima kasih saja cukup?" Bella ditarik paksa untuk segera sadar dari lamunannya setelah mendengar hal itu. "Ma-maksudmu?"
“Kak Manu!”Manu menghentikan langkahnya kala mendengar suara panggilan Bella.“Aku ingin bicara denganmu.”Cukup lama Manu terdiam di posisinya sebelum akhirnya dibuat lantas membalikkan badan setelah mendengar permintaan Bella.“Aku tidak ingin tinggal di sini lagi.”Satu alis Manu terangkat, ia menatap sosok perempuan yang tengah berdiri di ujung anak tangga lantai dua itu dengan pandangan yang sulit diartikan.“Kenapa tiba-tiba?”Bella tidak menjawab. Perempuan itu bahkan terlihat begitu enggan menatap Manu membuat pria itu semakin bertambah bingung.Hampir semingguan ini, Bella seperti berusaha tidak terlihat di depan matanya.Meskipun memang tidak pernah mengobrol ataupun sekadar bertegur sapa, sifat Bella akhir-akhir ini cukup lebih pendiam.Dan sekarang, perempuan itu tiba-tiba meminta pindah? Manu tentu dibuat curiga dengan perubahan sikap Bella yang kian membingungkan.“Apa maksud semua ini?”Langkah Manu terhenti tepat di depan Bella, tapi perempuan itu tak juga kunjung men
Suara tawa iblis terdengar keluar dari bibirnya. Kala cengkeraman di tangannya mengendur, suara itu pun perlahan ikut pudar. Tatapan penuh akan kebencian tersirat jelas di mata seseorang yang tengah menatap tajam Bella. “Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kau menggoda suamiku di saat aku tidak berada di sini?!” Laura kemudian melempar asal syal berwarna putih di tangannya dan beralih untuk menarik lengan Bella untuk segera bangun dari posisi berbaringnya. PLAK! Dan sebelum tubuh Bella benar-benar berdiri tegak di hadapan Laura, istri sah Manu itu telah terlebih dahulu melayangkan tamparan yang begitu kuat di pipi Bella. Tubuh Bella yang belum seimbang, ditambah gerakan tiba-tiba yang dilakukan Laura, hal itu membuat tubuh Bella ambruk dan terduduk di pinggir ranjang. “Kau benar-benar penggoda ulung, Bella!” Bella memejamkan mata erat, tangan yang memegangi bekas tamparan Laura bahkan ikut terasa sedikit kebas, merasakan betapa panas pipinya sekarang ini. “Kenapa?!” Laura
“E-eh!” Tubuhnya menegang hebat kala merasakan sensasi geli serta dingin yang tiba-tiba merambat ke pinggangnya yang masih ditutupi oleh kain pakaian itu. “Apa yang sedang kau pikirkan, heum?” Setelah suara berat itu terdengar di telinganya, napas hangat serasa menerpa kulit lehernya, diikuti dengan lesakkan anak rambut yang juga meninggalkan sensasi geli di sana. Selimut yang tadinya dicengkeram erat oleh tangannya pun perlahan terlepas dari genggamannya akibat terkejut oleh semua pergerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Manu. Noda merah yang sempat dilihat matanya itu pun kembali ditutupi oleh selimut tersebut. “Hey, kenapa diam saja?” Manu menarik kepalanya menjauh dari ceruk leher Laura kala menyadari perempuan itu malah mematung, tidak mengeluarkan reaksi apapun. “Maaf ….” Suara lirih Manu berhasil menarik Laura kembali dari lamunannya yang berkepanjangan. Kata itu entah mengapa membuat dadanya sesak, bahkan tangannya kini bergetar hebat, ingin sekali rasanya menampar Manu
“Kau kemana saja?”Laura tak menyahut saat netra miliknya benar-benar mendapati sosok Manu di depannya. Kegelisahan semakin menghantamnya habis-habisan. Kakinya memang sudah tak bergerak mundur lagi, tapi semua itu tergantikan oleh badannya yang sedikit bergetar hebat.“Eum … aku, aku baru saja–”“Hey, ada apa, Sayang?” Manu bergerak mendekati Laura yang terlihat aneh di matanya, mengabaikan rasa kantuk dan penat di tubuhnya. “Kenapa kau bergerak mundur menjauhiku? Apa wajahku sebegitu menakutkan?”Tubuh Laura menegang hebat tatkala Manu tiba-tiba menarik pinggangnya, merengkuh hangat tubuhnya yang masih sedikit bergetar.Kenapa … Manu bersikap seakan biasa-biasa saja padanya? Apa pria itu tidak menyadari kepulangannya yang jauh dari kata terlambat ini?Manu itu manusia dingin, tapi begitu posesive pada pasangannya. Pria itu bahkan sempat mendiami Laura selama sehari karena perempuan itu menginap di Rumah teman arisannya tanpa memberi tahunya dulu hingga membuat pria itu kelimpungan
Laura bangun dengan wajah terkejut. Ia lantas mengamati jam dinding yang berada di ruangan bernuansa hitam tersebut, sebelum akhirnya meloncat turun dari ranjang.“Sial! Bagaimana mungkin aku malah ketiduran?!” pekiknya kuat kemudian mengambil blazer berwarna hitam yang tergeletak di atas lantai. Laura menggerutu, menyesali menerima permintaan untuk menemani minum pria yang kini masih terlelap itu kemarin malam.Saat kakinya hampir melangkah menjauh dari ranjang, tangannya tiba-tiba dicekal.“Kemana, hmm? Kau belum boleh pergi!”Suara berat menyapa indera pendengarannya, tapi Laura memilih untuk menghempaskan tangan kekar milik pria yang masih setengah terpejam di atas ranjang tersebut.Persetan dengan pria itu, ia harus segera pulang ke Mansion sebelum dunianya benar-benar hancur dan tak bisa diselamatkan lagi. Laura sedikit bersyukur karena jalanan pada dini hari tersebut lumayan sepi, membuatnya bisa mengebut dengan kecepatan di atas rata-rata.Ketukan sepatunya yang terdengar cep
Bella mendorong tubuh Manu menjauh, tubuh perempuan itu bergetar hebat dengan tangan mencengkeram erat handuk yang ia kenakan. Sial, ucapan Manu berhasil membuat jantung Bella rasanya hampir copot saja.“Kenapa, hmm?”Alis Manu terangkat sebelah, tapi sesaat kemudian ia memejamkan mata sebelum akhirnya tertawa kecil. Bella terpaku, seumur-umur ini memang bukan kali pertamanya ia melihat Manu tertawa sehingga ia dibuat terdiam.Namun, dengan keadaan seperti ini, bulu kuduk Bella meremang. Tawa itu terdengar seperti Manu yang ada di depannya adalah sosok Manu yang tak pernah ia lihat versinya.“Tidak ada, permisi.”Bella memutuskan kontak mata diantara mereka dengan cepat. Ia menunduk, kemudian melangkahkan kakinya untuk melewati Manu. Persetan dengan dirinya yang hendak menjelaskan alasan yang membuatnya berada di kamar pasangan suami istri itu. Sepertinya lebih baik ia segera pergi dari sana, ia akan menjelaskannya besok pagi jika Manu sudah kembali ke versi biasanya. Bella merasa le
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen