Share

Alat Pelacak

Penulis: Pemilik Hati
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 07:28:37

"Terima kasih ya, Pak. Tolong kirim rekaman CCTV ini ke saya," pinta Alda. 

"Tapi, Bu. Saya takut kalau nanti .... "

"Bapak tidak perlu takut, Bapak akan aman." Alda memotong ucapan pak Hary. 

"Baik, Bu." Pak Hary mengangguk. Setelah itu, pak Hary segera mengirim rekaman CCTV tersebut seperti yang Alda minta. 

"Sudah, Bu," ujar pak Hary. 

"Iya, Pak terima kasih. Oya untuk selanjutnya tolong, Bapak kirim rekaman CCTV  di ruangan, pak Faris sebelum dihapus," pinta Alda. 

"Baik, Bu." Pak Hary mengangguk paham. 

"Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Kalau begitu saya permisi," ujar Alda lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut. 

Alda kembali berjalan menuju ruangan suaminya, ia ingin tahu apa mereka telah selesai dengan aktivitasnya atau belum. Sejujurnya Alda bisa mendobraknya sekarang juga, tapi ia ingin tahu apa motif suaminya berselingkuh. 

"Hany, apa belum keluar tamunya?" tanya Alda. 

"Be, belum, Bu." Hany menundukkan kepalanya, dengan wajah yang sudah pucat pasi. 

"Oh ya sudah, tolong nanti berikan ini pada, pak Faris ya." Alda menyerahkan map berwarna biru pada Hany. 

"Oh baik, Bu." Hany menerima map tersebut. 

"Kalau begitu saya permisi." Alda segera pergi setelah menyerahkan map tersebut. 

Lima menit kemudian, pintu ruangan Faris terbuka, terlihat seorang Sinta serta Faris keluar. Pagi ini memang ada meeting, melihat bosnya keluar, dengan segera Hany berjalan menghampirinya. 

"Maaf, Pak. Ini ada titipan dari, bu Alda." Hany menyerahkan map tersebut pada bosnya itu. 

"Tadi Alda ke sini?" tanya Faris seraya menerima map tersebut. 

"Iya, Pak. Hanya mengantar itu saja lalu pergi," jawab Hany. 

"Oh ok, terima kasih ya," ujar Faris. 

"Iya, Pak sama-sama," sahut Hany. Setelah itu Faris serta Sinta melanjutkan langkahnya. 

"Tumben dititipin, kenapa nggak dikasih langsung?" tanya Sinta. 

"Kalau dikasih langsung, kamu mau kita ketahuan," sahut Faris, mendengar hal itu Sinta tersenyum. 

"Kamu sih, mainnya di kantor terus," ujar Sinta. Ia pernah mengajak Faris ke rumahnya, tetapi pria itu menolak dengan alasan rumah jauh. 

"Memangnya mau kalau di rumah?" tanya Faris. 

"Mau lah, di rumah kan bebas," jawab Sinta. 

"Ok, nanti malam kita main di rumah, gimana." Faris menawarkan. Mendengar itu, Sinta mengangguk penuh semangat. 

Kini mereka tiba di ruang meeting, semua sudah berkumpul. Faris segera menjatuhkan bobotnya di kursi. Setelah itu, meeting dimulai, lantaran setelah ini, Faris ada pertemuan penting dengan beberapa klien. 

***

Waktu berjalan begitu cepat, saat makan siang Alda kembali lagi ke kantor sembari membawa makanan. Kali ini, Alda sengaja memberi kabar jika akan datang. Setibanya di kantor, Alda nampak terkejut, suaminya memang pandai bermain. 

"Ini makanannya, Mas. Aku sendiri loh yang masak." Alda membuka rantang yang berisi makanan. 

"Wow, istriku ini memang pandai memasak," pujinya. Faris akui, Alda memang pandai memasak. 

"Ayo dong dimakan," pintanya. Dengan segera Faris menyantap makanan yang Alda bawa dengan lahap. 

Alda terus memperhatikan suaminya yang begitu lahap, ia memang sengaja datang karena teringat tadi subuh saat Alda tidak sengaja membuka ponsel milik suaminya itu. Jika Faris dan Sinta janjian untuk makan siang luar. 

"Mas nanti jadi lembur?" tanya Alda. 

"Jadi, memangnya kenapa." Faris balik bertanya. 

"Enggak apa-apa, mau aku anterin makan malam nggak nanti," tawarnya. Padahal Alda tahu jika hari ini kantor tutup lebih awal. 

"Enggak usah, malam-malam kamu nggak usah pergi di rumah saja. Nanti aku bisa pesen kok," ujar Faris. Kini ia telah selesai menyantap makan siangnya. 

"Ya sudah, Mas. Kalau itu mau kamu." Alda pasrah, dan memilih untuk menurut. 

Selesai makan, Alda langsung membereskannya. Bahkan setelah itu Alda memutuskan untuk pulang, dengan alasan ingin istirahat. Setelah Alda pulang, Sinta langsung masuk ke ruangan Faris dengan wajah cemberut. 

"Kenapa wajahnya ditekuk seperti itu, nanti cantiknya ilang loh." Faris menarik tangan Sinta, untuk ikut duduk di sebelahnya. 

"Enggak usah pura-pura lupa deh, tadi pagi janji mau ngapain," ujarnya dengan wajah cemberut. Faris sangat gemas melihat tingkah Sinta. 

"Maaf, Sayang. Tadi Alda ke sini, nggak mungkin dong aku suruh pulang, yang ada nanti malah curiga," ungkap Faris. 

"Jangan cemberut dong." Faris mencubit hidung Sinta dengan gemas. 

"Nanti malam ke rumah, baru aku maafin," ucap Sinta. 

"Iya, Sayang. Nanti malam kita ke rumah, tapi sekarang jangan cemberut lagi," sahut Faris, seketika Sinta tersenyum, lalu menyenderkan kepalanya di bahu Faris. 

Waktu berjalan begitu cepat, pukul tujuh malam Faris serta Sinta sudah dalam perjalanan pulang. Malam ini Faris akan ke rumah Sinta, seperti janjinya saat di kantor. Sinta terlihat bahagia, karena berhasil membawa Faris ke rumah. 

Sementara itu, dari kejauhan Alda tengah mengikuti mobil suaminya. Wanita berjilbab itu ingin tahu di mana rumah Sinta, karena wajahnya sangat tidak asing baginya. Beruntung Alda sudah memasang alat pelacak di ponsel suaminya. 

"Kenapa mereka berhenti di sini," gumamnya saat melihat mobil suaminya berhenti di pelataran rumah yang tidak asing bagi Alda. 

Selang beberapa menit, mereka keluar, mata Alda terus menata suami serta sekretarisnya itu yang kemudian beranjak menuju teras rumah. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, seorang wanita paruh baya keluar. Detik itu juga Alda terkejut saat melihat wanita itu, wanita yang sangat ia kenal. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Kejadian di Rumah Sakit

    Alda mengerjapkan matanya, perlahan ia membuka kelopak matanya. Cahaya yang masuk ke dalam retina, membuatnya silau. Setelah nyawanya terkumpul, Alda mengedarkan pandangannya. Ruangan yang cukup asing baginya."Aku di mana," gumaman. Alda memegangi kepalanya yang terasa pusing. Perlahan wanita berjilbab itu bangun dan duduk."Kamu sudah bangun." Pintu terbuka, seorang pria dengan balutan kemeja berwarna biru masuk ke dalam. Suara yang tidak asing membuat Alda menoleh."Papa." Alda nama terkejut saat melihat ayahnya datang. Mungkinkah apa yang Alda alami adalah rencana ayahnya sendiri."Kamu minum dulu," ujar Mario seraya menyodorkan segelas air putih. Dengan ragu Alda menerimanya."Terima kasih," ucap Alda. Setelah itu, ia meneguk air putih tersebut."Pa, kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Alda.Mario terdiam sejenak. "Papa yang menyuruh orang untuk membawamu ke sini.""Untuk apa, Pa?

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Alda diculik

    "Sayang siapa yang da .... " Faris menghentikan ucapannya saat melihat siapa yang datang. Setelah itu ia berjalan menghampiri sang istri dan berdiri di sebelahnya."Silahkan masuk, Pa." Alda menyuruh Mario, ayahnya untuk masuk ke dalam."Terima kasih," ucap Mario seraya mengikuti langkah putrinya."Silahkan duduk, Pa. Aku buatkan minum dulu," ucap Alda, setelah itu ia melangkah menuju dapur untuk membuatkan minuman.Mario menjatuhkan bobotnya di sofa, begitu juga dengan Faris. Suasana mendadak hening, keduanya diam, dengan pikiran masing-masing. Mario mengedarkan pandangannya, melihat setiap sudut ruangan. Rapi dan juga bersih."Silahkan, Pa, Mas." Alda meletakkan dua cangkir kopi di atas meja. Faris hanya mengangguk."Terima kasih," ucap Mario."Alda, ada yang ingin papa bicarakan," ujar Mario."Ada apa, Pa?" tanya Alda."Papa ingin menanyakan rumah serta butik milik mamam

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Tamu Tak diundang

    Alda masih menatap pria yang tengah berjalan menghampirinya, bukankah tadi ia mengirim pesan untuk Rian. Tapi kenapa bukan Rian yang datang, melainkan Faris, dari mana pria itu tahu. Alda memundurkan langkahnya saat Faris mendekat."Alda kamu nggak apa-apa kan?" tanya Faris. Sementara Alda hanya menggeleng."Tega kamu, Mas. Untuk apa kamu masih peduli sama perempuan yang jelas-jelas sudah menggugat cerai kamu!" teriak Sinta. Ia tidak terima dengan apa yang Faris lakukan."Kamu pantas mendapatkan ini," ucap Faris. Beruntung ia datang tepat waktu jika tidak pasti Sinta berhasil melancarkan aksinya."Lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia. Dan kamu Alda, aku akan merebut semua yang kamu miliki," janjinya. Sinta menatap Alda dengan tatapan yang tajam.Setelah itu, Sinta memilih pergi, tentunya bersama orang suruhannya. Hari ini benar-benar sial, niat hati ingin mencelakai Alda, tapi justru dirinya yang

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Rencana Jahat Sinta

    Melihat mobil semakin menjauh, gegas Faris masuk ke dalam mobil miliknya lalu mengejar mobil milik Rian. Faris terus melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi agar bisa mengejar istrinya itu. Faris tidak ingin kehilangan Alda lagi."Aku tidak boleh kehilangan jejak mereka, Alda tolong beri aku kesempatan," gumamnya. Faris terus melajukan mobilnya, yang ada di benaknya hanya ada nama Alda dan bisa mengejarnya."Alda aku sangat mencintai kamu, tolong kembali padaku," gumamnya. Sangat sulit jika harus kehilangan wanita seperti Alda.Faris terus melajukan mobilnya, tak peduli dengan jalanan yang cukup ramai. Harapan Faris hanya bisa mengejar istrinya, sementara itu, Rian tak kalah cepat dalam melajukan mobilnya. Ia tidak ingin kalau nanti Faris tahu di mana Alda berada."Rian, kok belok sih?" tanya Alda."Kalau lurus nanti, Mas Faris tahu kamu tinggal di mana," jawab Rian. Sementara Alda hanya mengangguk.

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Penyesalan Faris

    Riyanti menatap putranya yang terlihat seperti orang tidak waras. Berkali-kali Faris mengusap wajahnya dengan kasar, bahkan pria itu juga menjambak rambutnya. Penyesalan Faris sudah tidak ada gunanya lagi, semua sudah terlambat."Sekarang kamu lihat bukti itu, bukti jika Sinta itu bukan wanita baik-baik. Semuanya sudah Alda kumpulkan, tinggal kamu lihat dan perhatikan siapa Sinta yang sebenarnya." Riyanti menyerahkan flashdisk serta beberapa lembar foto pada putranya.Faris menerima flashdisk serta foto tersebut, setelah itu ia memutuskan untuk ke kamar. Setibanya di kamar Faris mengambil leptop lalu memasang flashdisk tersebut. Mata Faris sangat jeli melihat setiap video yang sedang berputar."Sinta, kamu benar-benar menjijikkan." Faris mengepalkan tangannya, menyesal karena pernah memberinya kesempatan.Faris mengusap wajahnya dengan kasar. "Alda tolong maafkan aku, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua ini.""Aarrgghht."

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Surat Gugatan Cerai

    Dada Faris bergemuruh hebat, ini untuk yang kesekian kalinya ia menemukan sisi lain dari Sinta. Faris pikir Sinta wanita baik, tapi ternyata salah, ternyata yang selama ini ia jaga dan harapkan tak lebih dari seorang wanita panggilan.Ceklek, pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Sinta yang baru saja selesai mandi. Sinta hanya mengenakan handuk, jika dulu Faris akan langsung tergoda. Namun sekarang tidak, bahkan ia membayangkan tubuh Sinta yang ...."Sinta ini punya siapa?" tanya Faris seraya menunjukkan bungkusan yang ia pegang. Sontak Sinta terkejut, bingung itu yang ia rasakan."Oh itu, itu punya ... em, anu, itu .... ""Siapa yang memakainya." Faris memotong ucapan Sinta."Itu bukan punya aku, itu punya .... ""Bukan punya kamu, tapi ada di sini. Dan di sini." Faris kembali memotong ucapan Sinta, tak lupa ia menunjuk tempat sampah yang berada di samping meja."Mas bener, itu bukan punya aku. Em semal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status