Share

Pelakor Datang

Faris menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya itu. Selama ini Faris tidak tahu jika Sinta adalah seorang model majalah dewasa. Faris hanya tahu jika Sinta bekerja sebagai pegawai kantor. 

"Jadi selama ini kamu bohongi aku, iya?!" tanya Faris dengan suara tinggi. 

Sinta menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, aku bisa jelasin semuanya."

"Apa yang akan kamu jelaskan." Faris menatap tajam Sinta. 

Sinta menghela napas. "Saat itu aku terpaksa, aku udah dibohongi sama temenku sendiri. Dia bilang mau ngasih kerjaan, tapi nggak tahunya kerja jadi model majalah dewasa."

"Kalau kamu tahu mau jadi model majalah dewasa, kenapa diterima, kenapa tidak ditolak?" tanya Faris. 

Sinta nampak gugup. "Em, saat itu aku ... aku butuh uang, dan benar-benar terpaksa."

Faris membuang wajah, rasanya sakit jika dibohongi, apa seperti itu yang Alda rasakan jika tahu dirinya sudah berbohong. Faris mengusap wajahnya dengan kasar, ia pikir Sinta wanita baik-baik, tapi nyatanya. 

"Apa kamu hanya menjadi model saja, tidak pernah melakukan ... kamu pasti tahu apa yang aku maksud." Faris kembali bertanya. 

Sinta terdiam sejenak. "Tentu saja tidak, aku hanya menjadi model. Tapi kamu tidak perlu khawatir, itu hanya masa lalu. Dan sekarang aku tidak pernah melakukan pekerjaan itu lagi."

Faris kembali mengusap wajahnya dengan gusar. "Apa aku bisa mempercayaimu."

"Mas, tolong percaya sama aku." Sinta mendekat lalu membelai wajah Faris. 

Faris melepas tangan Sinta. "Maaf, aku pulang sekarang. Alda pasti sudah menunggu."

"Kamu tidak boleh pulang, mana janjimu untuk menginap di sini." Sinta mencegah Faris saat hendak pulang. 

"Sinta maaf, Alda lebih membutuhkan aku dari pada kamu," ujarnya, lalu melangkah keluar dari rumah Sinta. 

"Mas, tunggu." Sinta berteriak memanggil suaminya agar tidak pulang. 

Faris tidak peduli dengan teriakan Sinta, rasanya ia ingin segera sampai di rumah. Entah kenapa, Faris merasa khawatir jika nanti istrinya itu tahu kalau dirinya berhianat. Dan lebih parahnya lagi, Faris selingkuh dengan Sinta, yang tak lain putri dari istri muda ayahnya mertuanya. 

"Alda, aku sangat mencintai kamu. Aku tidak bisa melepaskan kamu, walaupun dulu kita menikah bukan karena cinta. Tapi kamu sudah berhasil membuatku jatuh cinta," batin Faris. Ia ingat betul awal pertama menikah, hingga sampai saat ini. 

"Aku belum lihat rekaman CCTV yang ada di toilet saat Alda jatuh. Apa benar yang mama katakan kalau Sinta yang menyebabkan Alda terjatuh," gumamnya. Setelah itu Faris melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. 

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kini Faris sudah tiba di rumah. Faris melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, terlihat jika ibu serta istrinya sedang duduk santai. Faris tersenyum melihat keakraban antara menantu dan mertua. 

"Wah, lagi ngomongin apa nih, kelihatannya seru banget." Faris menjatuhkan bobotnya di sebelah Alda. 

"Urusan wanita, tumben jam segini udah pulang?" tanya Riyanti. 

"Iya, Ma. Capek pengen istirahat," jawab Faris sembari mengendurkan dasinya. 

"Mau langsung mandi, atau buat kopi, Mas." Alda menawarkan. 

"Langsung mandi aja deh, badan aku rasanya udah lengket banget," sahut Faris. 

"Ya udah aku siapin dulu airnya." Alda bangkit dan beranjak menaiki anak tangga. Tak lupa membawa jas serta tas kerja milik suaminya itu sementara Faris berjalan di belakangnya. 

***

Hari telah berganti, pagi ini Faris sudah siap untuk berangkat ke kantor, sementara saat ini Alda sedang menyiapkan sarapan, tentunya dengan dibantu oleh Riyanti, ibu mertuanya. Selang beberapa menit, Faris turun dan bergegas menuju meja makan. 

"Sarapan dulu, Mas." Alda menarik kursi untuk duduk suaminya. Dengan cekatan, Alda meladeni Faris. 

"Ini, Mas." Alda meletakkan piring yang berisi nasi goreng kesukaan suaminya. 

"Terima kasih." Faris segera menyantap nasi goreng tersebut. 

Selepas sarapan, Faris bersiap untuk berangkat ke kantor. Tak lupa Alda mengantarnya sampai di teras depan. Setelah mobil suaminya menghilang dari pandangan matanya, Alda memutuskan untuk masuk ke dalam. 

"Sayang udah siap apa belum?" tanya Riyanti. Hari ini Riyanti akan mengajak menantunya itu untuk pergi ke butik miliknya. 

"Udah, Ma." Alda keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat cantik. Riyanti tersenyum lalu keduanya beranjak turun ke bawah. 

Setibanya di bawah, Riyanti serta Alda melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Saat pintu terbuka, kedua wanita itu terkejut saat melihat seorang wanita berdiri di depan pintu, yang tak lain adalah Sinta. 

"Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Riyanti dengan sinis. 

"Aku hanya ingin memberikan ini." Sinta menyerahkan amplop berwarna putih. 

"Apa ini." Riyanti menerima amplop tersebut. 

"Buka dan baca," ujar Sinta. Karena penasaran, Riyanti segera membuka amplop tersebut. 

Riyanti membuka lipatan kertas yang terdapat dalam amplop. Dengan seksama Riyanti membaca isi kertas tersebut, begitu juga dengan Alda. Sedetik kemudian, Alda serta Riyanti terkejut setelah membaca isi kertas itu. 

"Maksud kamu ini apa?" tanya Riyanti. 

"Aku hamil anak, mas Faris," jawab Sinta. Sontak Alda membekap mulutnya, rasanya tidak percaya, tapi surat itu sebagai buktinya. 

"Jangan bohong kamu, aku tidak percaya. Faris tidak mungkin melakukan hal seburuk itu," ungkap Riyanti, meski sudah ada bukti, tapi ia belum percaya sepenuhnya. 

"Kamu yakin, jika itu benar-benar anak, Mas Faris." Alda menatap wanita yang berdiri di hadapannya. 

"Ini buktinya, bukti kalau aku hamil anak, Mas Faris." Sinta menunjuk surat kehamilan tersebut. 

"Tapi aku tidak yakin." Alda menggelengkan kepalanya. 

"Terserah, Mas Faris akan menceraikan kamu. Dan aku yang akan memiliki, Mas Faris seutuhnya," ujar Sinta dengan penuh percaya diri. 

"Buah jatuh memang tidak akan jauh dari pohonnya," ucap Alda, hal itu membuat Sinta mengerutkan keningnya. 

"Maksud kamu apa bicara seperti itu." Sinta menatap tajam Alda. 

"Pelakor yang dilahirkan dari seorang pelakor," ucap Alda, seketika Sinta emosi mendengar hal tersebut. 

"Jaga mulut kamu ya, aku bukan .... "

"Diam kamu anak pelakor! Perempuan murah*n yang lahir dari perempuan murah*n juga. Apa kamu bangga, mempunyai ayah dari hasil merampas ayah orang lain. Apa ibumu bangga, mempunyai suami hasil merampas suami orang lain. Di mana harga diri kalian, di mana." Alda memotong ucapan Sinta. 

"Dan kamu, apa kamu bangga bisa merebut suami orang lain, kamu bangga memiliki orang yang telah menjadi milik orang lain!" teriaknya. Riyanti nampak terkejut mendengar menantunya itu berteriak seperti saat ini. Namun apa yang Alda lakukan wajar, istri mana yang rela suaminya dirampas oleh wanita lain. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status