Home / Romansa / Rahasia Cinta / Bertemu Harshad

Share

Bertemu Harshad

last update Last Updated: 2021-11-05 22:17:32

“Mampus gue, lari Anya! Lari cepetan!” gumam Anya merasa ada yang tidak beres dengan dua orang laki-laki yang memanggilnya. Sudah cukup orang-orang sekelilingnya menatap heran baju handuknya, jangan tambah lagi adegan kejar-kejaran ini.

Anya berlari meninggalkan mesin kopi yang dia jadikan tempat berpikir tadi. Melewati beberapa orang yang berjalan tak beraturan membuat lari Anya sedikit terganggu. Dia menabrak seseorang hingga hampir terjatuh.

“Oh, i’m sorry, i’m sorry,” ucap Anya sembari mengatupkan kedua tangannya. Orang yang dia tabrak tak mengatakan banyak hal, hanya sedikit sinis menatapnya.

Tak membuang waktu, Anya kembali berlari. Bodoamat lah urusan perempuan yang dia tabrak tadi, toh dia juga sudah meminta maaf. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menyelamatkan diri dari dua orang yang sedang gencar-gencarnya mengejar dia.

Dia tidak tau ada urusan apa sebenarnya laki-laki yang dipanggil tuan itu dengan dirinya. Dia saja tidak mengenal mereka, tidak terkecuali. Dia bisa bela diri, tapi kalau musuhnya banyak dan laki-laki semua yah dia bisa pingsan di tempat.

“Gilak, aku salah apa, Oh Tuhan?” gumam Anya berbisik, dia mengatur nafas lagi setelah menemukan tempat untuk bersembunyi. Dia duduk di samping sebuah toko pakaian, tempat yang nyaman untuk bersembunyi.

Anya mendongak sebentar lalu melihat barang yang sejak tadi sudah ada di tangannya. Sikat gigi, benda itu menjadi saksi bisu atas semua kejadian hari ini.

“Kenapa dari tadi pagi kerjaan gue cuma dikejar-kejar orang mulu? Tadi pagi anak buahnya Harshad, sekarang orang-orang gila itu,” batinnya berbicara. “Tapi setidaknya anak buah Harshad nggak gila kek mereka, apa gue langsung ke kantor polisi aja ya? Laporin mereka?”

Oke, itu ide bagus Anya. Otakmu memang tidak pernah mengecewakan. Semangat. Suara hati Anya bergembira, dia tersenyum lagi sebelum beranjak dari tempatnya bersembunyi.

“Ahhh,” pekik Anya, tangannya ditarik paksa oleh kedua orang yang tadi mengejarnya. Ternyata mereka tau kalau Anya bersembunyi di sana, tapi mereka tak langsung menangkapnya. “I don’t have problem with you,” ucap Anya.

“Iya benar, nona. Sebenarnya kita juga tidak punya masalah dengan anda, tapi karena anda kabur semalam, maka sekarang anda punya masalah dengan kami,” jawab salah satu dari mereka.

"Weh, apa aku salah? Kalian mau melecehkan aku, normalnya aku harus melindungi diri dong,” kata Anya menjadi menuntut. Ini bukan seperti sebuah penculikan, kenapa gadis itu tidak ada takut-takutnya, malah seolah seperti sedang tawar-menawar.

“Silahkan jelaskan pada tuan kami,” jawab mereka lagi.

“Enggak, aku nggak mau!” kata Anya menendang kaki mereka satu persatu bergantian dan memilih lari lagi.

“What the fu*k, kapan sih capeknya?” umpat seseorang.

Ini memang sebuah masalah, seharusnya dia tidak kabur, tapi diakan hanya berusaha melindungi diri, apa yang salah dengan melindungi diri?

“Oh God, Anya belum sarapan Tuhan, masa udah suruh lari-lari gini?” Anya menoleh melihat musuhnya. Setidaknya di sini lebih ramai dari pada tempat tadi. Kemungkinan menemukan dirinya jadi semakin kecil.

“Sini!” tangan Anya ditarik seseorang sambil mulutnya dibungkam.

***

Ketika bukan weekend, mayoritas taman hiburan dan pusat perbelanjaan akan sepi. Sama juga di sini, Harshad selalu meminta hari libur yang tidak sama dengan orang lain agar bisa menikmati semuanya sendirian.

Dia meminta kunci mobil pada Bryan, dan meminta Bryan menggantikan semua tugasnya hari ini. Ini bukan hari libur Harshad, tapi dia ingin mengosongkan pikirannya. Bahkan saat dia berada di taman, dia hanya duduk sambil meminum kopi yang dia beli di kantor tadi.

Tapi ada hal yang mengganggu penglihatannya saat pulang. Dia melihat seseorang yang dia kenal, Harshad menghentikan mobilnya di tepi jalan dan menyebrang untuk menghampiri perempuan tersebut.

“Sini!” Harshad menarik tangan perempuan yang tadi malam tidur di ranjangnya. Dia membungkam mulut gadis itu agar tidak berteriak, Harshad sudah mengira kalau perempuan itu akan berteriak karena dia paksa.

“Kenapa lo lagi sih? Elo kan yang nyuruh mereka?” ucap Anya. Dia menunjuk wajah Harshad. Laki-laki yang mengenakan kacamata hitam tersebut melepas kasar kacamatanya.

“Elo tuh anak siapa sih? Kenapa pikiran lo isinya cuma hal buruk, hah?” jawab Harshad setelah tersenyum sinis. Dia ingat kata dokter tadi malam. Kalau Anya tidak hanya terpengaruh alkohol, tetapi juga obat tidur. Apalagi setelah dia mendengar kabar dari Bryan kalau perempuan ini kabur dari Arnold, pasti ada yang tidak beres.

“Anaknya emak gue lah, masa anak lo,” balas Anya. Dia berjalan meninggalkan Harshad. Alis Harshad menyatu, bingung menatap perempuan di depannya ini.

“Heh, mau kemana lo?”

“Serah gue dong, kenapa? Lo mau ikut?”

“Dasar cewek gila, elu tau nggak, kalau lu dikejar anak buahnya Arnold?” tanya Harshad sedikit frustasi, dia menarik tangan Anya agar berhenti berjalan dan menatapnya.

“Gue tau makanya gue lari, gue kabur.” Jawaban Anya membuat Harshad mengusap pelan wajahnya. Jawaban yang asal bagi Anya, dia tidak tau siapa itu Arnold, tapi ya sudahlah. Daripada dia bersama Harshad. 

“Gobloknya elu, sekarang ngapain coba lu kabur dari apartemen gue? Hah?” ucap Harshad sedikit teriak, Anya menatapnya bingung. “Kalo lu sekarang ada disana, kaga mungkin tuh mereka nemuin elu,” lanjut Harshad. Kening Anya berkerut.

“Lah kenapa elu yang sewot sekarang?” dan untuk kesekian kalinya, Harshad benar-benar ingin menelan hidup-hidup perempuan di depannya ini. “Ish, ya gue takut lah, gue kaga kenal elu juga,” tambah Anya sedikit berbisik.

“Lu ya.” Harshad tak jadi meneruskan ucapannya karena mendengar nama Anya dipanggil seseorang. Alisnya bertaut, nalurinya sebagai laki-laki keluar, memasang tubuhnya untuk menutupi Anya, berpura-pura menciumnya.

Awalnya Anya ingin menjitak kepala Harshad, tapi telinganya mendengar sesuatu yang tidak beres. Akhirnya dia diam dan menurut pada apa yang dilakukan Harshad. Mata Anya menatap  Harshad sebentar, laki-laki yang mengenakan jas navy itu tak menatapnya sama sekali, memang jika orang lain melihat mereka, pasti mengira kalau mereka sedang berciuman.

Tapi sebenarnya Harshad menggunakan ibu jarinya sebagai batasan antara bibirnya dan Anya. Jiwa sehat Anya memberontak, dia ingin menendang Harshad kalau saja keselamatan dia bukan ada di tangan Harshad sekarang.

“Anya!” mata Harshad membulat setelah mengetahui siapa yang tadi memanggil Anya, dia segera menarik Anya menjauh dari tempat yang tadi dia anggap aman.

Harshad melepaskan jas dan memakaikan jas itu pada tubuh Anya, setidaknya ada sedikit penyamaran. Juga satu lagi, kacamata hitamnya juga dia berikan pada Anya.

Dia membukakan pintu mobil sembari menelisik keadaan sekitar, dia tau betul kalau musuh bebuyutannya itu sudah turun tangan, pasti sesuatu yang dia cari bukanlah orang sembarangan.

“Ish, pelan-pelan ngapa? Kaga ada alus-alusnya sama sekali deh,” gerutu Anya. Dia menatap Harshad yang memutari mobil menuju kursi kemudi. “Lama-lama gue gila, dari tadi ngomong sendiri mulu,” gumam Anya kemudian.

“Ngomong apa lu?” tanya Harshad mulai melajukan mobilnya meninggalkan area taman. “Kenapa lu bisa sampe sini sih?” dengus Harshad.

“Ya gue pengen bebas dong, ngapain coba gue di rumah lu, kenal elu aja kaga,” balas Anya sewot.

“Dih, ya kali gue mau nyimpen elu di rumah gue, elo boleh keluar dari rumah gue semau lu bego, tapi seenggaknya pakek baju lo!” tambah Harshad.

Anya langsung terdiam, pukulan telak oleh Harshad. Dia melirik Harshad sebentar sebelum akhirnya memilih fokus pada jalanan di depannya.

“Mana masih bawa sikat gigi gue lagi,” gumam Harshad. Anya hanya melotot pada Harshad, tapi tak mengucapkan apapun. Nah, ini baru sifat Harshad yang sebenarnya, pikir Anya tidak mungkin Harshad memperhatikannya. Pasti karena sesuatu, dan feelingnya benar, ini gara-gara dia membawa kabur sikat gigi dari rumahnya

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Cinta   Rencana Danu

    Beberapa mobil berhenti bersamaan di depan rumah almarhum Tuan Enrique. Banyak laki-laki mengenakan pakaian hitam dengan pistol kecil di saku atau di balik baju mereka. Rumah bernuansa bangunan kuno tersebut langsung ramai dan membuat orang-orang yang ada di rumah itu kalang kabut. Mereka juga berteriak dan mengancam. Tiga orang masuk paksa ke rumah itu, walaupun sudah dikunci oleh pemiliknya. Arnold baru saja turun dari mobilnya karena anak buahnya sudah ada yang berhasil masuk ke rumah tersebut. “Bagaimana?” tanya Arnold. Orang kepercayaannya hanya menggeleng. Lalu Arnold berjalan ke beberapa orang yang sudah didudukkan sambil berlutut. “Ke mana Nyonya Pemilik Rumah?”“Tidak tahu, Tuan. Dia tidak memberi tahu kami. Dia hanya pamit mau keluar dan dia juga minta ke kami agar menjaga rumah ini selama dia pergi.” Jawab seorang laki-laki yang terlihat paling tua di antara semuanya. Arnold berusaha berpikir, apakah ada yang salah? Atau memang ini sudah direncanaka

  • Rahasia Cinta   Pesan Tersembunyi

    Arose duduk sendiri di ruang meeting, menyandarkan punggungnya ke kursi kebesarannya yang ada di ruang meeting. Dia sedang tidak ingin di ruangannya. Ada banyak hal yang bisa membuatnya menyesal di ruang itu, dan juga nanti ada meeting, sekalian dia menyiapkan diri untuk meeting. Sekretaris Frans sedang mengurus berkas di ruangannya, sejatinya, pergi ke perusahaan hanyalah sebuah alasannya agar tidak terlalu memikirkan masalah yang terjadi beberapa hari lalu. “Huftttttt, udah Arose, fokus. Kamu harus fokus, tidak hanya Harshad yang terluka di sini, tapi juga Helen dan Anya,” gumam Arose mengingatkan dirinya sendiri saat mulai merasa down. Karena ketika ingat tiga orang tadi, semangatnya kembali muncul, ide tentang permintaan maaf juga seolah sudah antri di benaknya. “Mom’s,” panggil Harshad yang masih di luar pintu kaca, melihat ibunya menoleh dia langsung masuk ke ruang meeting. “Makan siang yuk, Mom’s,” tambah Harshad. Tidak ada yang bisa dijelaskan dari pe

  • Rahasia Cinta   Air Mancur di Rumah Arnold

    Air mancur di rumah Arnold terlihat lebih menyenangkan dari pada harus keluar rumah untuk bersenang-senang, itu bagi Arnold sendiri. Dia sedang memberi makan ikan-ikan yang dia pelihara di sana, anjing kecil kesayangan Arnold juga menemani di sekitar kakinya. Tak jauh dari air mancur, terlihat Gala sedang menikmati kopinya dengan camilan yang disediakan pelayan untuknya. Selama beberapa hari ini senyumnya tak hilang dari bibirnya. Arnold menoleh saat menyadari ada anak buahnya datang ke taman itu. Setidaknya ada empat orang yang menghampiri Arnold, dia berdiri setelah meletakkan kotak makanan ikan di pinggiran kolam ikan. Laki-laki yang mengenakan pakaian santai itu memastikan ayahnya tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi akhirnya dia tetap menyingkir dari taman. Dia beranjak pergi bersama dua anak buahnya, mencari tempat yang tidak bisa didengar ayahnya, sedangkan dua yang lain menemani Gala di kursi taman itu. “Ada apa?” tanya Arnold. Satu tangannya

  • Rahasia Cinta   Teman Berantem

    Bryan hanya diam di depan layar laptopnya, masih seperti biasa, dia berusaha menemukan kejanggalan atau petunjuk dari video pendek yang telah Danu kirimkan ke dirinya. Dia tidak keluar dari kamar sejak sarapan tadi, Bryan merasa kalau dia bisa menemukan petunjuk untuk kasus pembunuhan tuan besarnya. Juga hasil yang mungkin bisa membuat Harshad melupakan trauma yang sempat dia alami. Drrrt.. Drrrt.. Ponselnya bergetar dengan nada dering khusus milik Harshad. Ternyata pewaris tunggal itu mengirim pesan sekaligus meminta izinnya. Harshad Gue ke kantor, kalo ada apa-apa kabarin aja. “Serah lu, gue mah mending di rumah, bodo amat sama elu,” jawab Bryan menggunakan voice note, dan pastinya itu dusta. Dia langsung menghubungi Sekretaris Frans, orang yang bisa memantau apa saja yang terjadi di kantor dengan aman. “Iya, Tuan Bryan,” jawab Frans setelah menerima panggilan dari Bryan. “Harshad mau ke kantor, Tuan.” “Iya, Tuan. Saya yang mengatur hal

  • Rahasia Cinta   Baju Lucu yang Anya Pakai

    Anya menyusul Harshad yang sedang bermain dengan alat gym di lantai bawah. Dia melewati beberapa pelayan dan penjaga yang berdiri berjajar di jalanan menuju ke ruang olahraga. Dua orang pelayan sampai mendongak melihat apa yang menggantung di punggung Anya. “Astaga,” bisik pelayan itu pada pelayan lainnya. Melihat baju Anya yang memang ada boneka menggantung di belakangnya. Membuatnya seperti menggendong boneka, padahal boneka tersebut menempel di baju Anya. Mereka terkikik pelan, tapi Anya tidak menyadari sama sekali. Ditambah lagi, warna baju itu seperti pelangi, juga Anya yang mengenakan kaos kaki berwarna senada dan rambut yang dikuncir tinggi. Para pelayan tersenyum gemas, mereka langsung bubar setelah Anya masuk ke ruang gym, Bi Isah yang baru datang melihat ke tempat Anya masuk, lalu mengikuti pelayan untuk menata sarapan. “Harshad,” panggil Anya langsung melingkarkan tangan di pinggang Harshad. Harshad menoleh dan mengamati baju Anya, tersenyum lalu menyent

  • Rahasia Cinta   Setelan Jas Arose

    “Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” tanya perempuan itu. “Ahh, iya, Nyonya. Apa Anda adalah Nyonya Mia? Istri dari Tuan Enrique?” tanya Exel ganti.Mata perempuan tua itu terbelalak lebar, dia melambaikan tangannya pada beberapa orang yang ada di sana sebagai tanda mengusir mereka. Baru setelah beberapa orang itu pergi, perempuan yang bernama Mia itu mempersilahkan Exel duduk. “Anda siapa?” tanya Mia. Wajahnya benar-benar menunjukkan raut takut, tangannya juga saling meremas di pangkuannya. “Apa Anda juga salah satu orang yang akan menagih hutang suami saya?”“Hutang?” “Iya, Tuan. Suami saya meninggal dan meninggalkan beberapa hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Dan saya harus membayar itu semua,” jawabnya. “Ohh, bukan, Nyonya. Saya hanya ingin tahu, apakah benar mobil itu pernah dinaiki oleh Tuan Enrique dan ditinggal di daerah pertambangan?” tanya Exel to the point. Mia lebih terkejut lagi, dia terdiam dan berusaha mengangguk.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status