Share

Bab 20

Kata-kata yang keluar dari mulut Baron berhasil membuatku melayang. Sejenak bisa kulupakan tentang ketakutan. Aku berhak merasakan kebahagiaan. Semoga tak sekedar harapan. Rasa ini harus mendapat sambutan. Aku tak mau bertepuk sebelah tangan. Diri ini memang lemah, mudah jatuh cinta tak peduli orang itu siapa. 

Kupikir Baron akan satu angkot denganku. Ia hanya mengantar. Arah rumah kami berbeda. Ia akan menaiki angkot ke arah Barat. Rasa canggung pun kurasakan. Sedikit kesepian. 

"Naiklah, hari sudah sore," ujar Baron saat sebuah angkot berhenti di hadapan kami. 

"Terima kasih traktirannya, Baron."

"Jangan sungkan, Nur."

Berat rasanya meninggalkan Baron sendirian menunggu angkot menuju tempat tinggalnya. Ia memandangi angkot yang kunaiki hingga mencapai pengkolan. Ia tak lagi nampak. Namun rasa itu masih pekat. Rasa senang atas pujian. Rasa nyaman saat berduaan. Ya, Tuhan. Aku telah dimabuk asmara. 

***

"Nur, apa k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status