_"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_
~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.
Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.
Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.
Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se
_"Disekitar kita, tidak hanya sekedar manusia baik. Tapi ada juga manusia iri yang selalu senang mencari masalah."_ ~~~ Sekolah SMA Garuda, dikenal sebagai salah satu sekolah elit di Jakarta. Tidak jarang siswa-siswi di sini saling memperlihatkan kekayaannya. Seperti pagi hari ini, banyak siswa-siswi yang membawa mobil pribadinya, karna hujan deras sejak semalam. Salah satunya gadis berambut hitam panjang yang tergerai dengan indah itu, juga di antar oleh supirnya. Senja Putri Aira, termasuk siswi berprestasi. Gadis itu selalu terlihat kuat, karena masa lalu yang tidak menyenangkan. Koridor pagi itu terlihat sepi. Hanya segelintir siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada yang bajunya setengah basah, ada jug
_"Kehadirannya, entah menambah masalah baru atau merubah suatu hal."_ ~~~ Semua tatap mata memandang laki-laki yang berdiri di sebelah wali kelas MIPA 2. "Silakan Gafi," ujarnya. Senja tidak mengubris kedatangan siswa baru itu, sedangkan Asta gadis itu sudah berbinar-binar. "Liat deh, Nja. Tuh cowok ganteng banget.. pengen deh gua duduk sama dia," celoteh Asta. Senja hanya melirik sekilas laki-laki itu, memastikan ucapan Asta yang lebay atau memang kenyataan. Tatapan mereka saling bertemu, Senja langsung memutus kontak mata keduanya. "Salam kenal semuanya. Saya Daniyal Haidar Gafi. Kalian bisa panggil saya Gafi."&nbs
_"Padahal mereka hanya mendengar dari katanya, dan bukan nyatanya. Tapi, mereka seakan memahami bahwa hal itu benar adanya."_ ~~~ Setelah berdebat panjang dengan laki-laki bernama Daniyal Haidar Gafi. Membuat Senja naik darah. Meskipun, laki-laki itu sudah mengakui kesalahannya. Tetap saja kelakuan Gafi jika, diingat terlalu sesuka hati. "Ke kantin, yuk?" Ajak Asta yang sudah merapihkan bajunya. Senja menganggukkan kepalanya. Kelas 10 MIPA 2 sudah terlihat sepi. Keduanya berjalan meninggalkan kelas. Di sepanjang koridor, tatapan mata semua siswa-siswi tertuju padanya. "Itu kan si Senja, yang jadi PHO kan?Katanya juga dari keluarga broken home, baru tau gua. Ternyata keluarganya udah ga u
_"Saat kita sudah terlihat buruk dimata orang lain. Di saat itu pula, kita harus siap mendengar ucapan yang menyakitkan dan tatapan yang tidak menyenangkan."_ ~~~ Senja berjalan terus menuju kamar mandi, untuk membasuh wajahnya yang terasa memanas. "Senja!!!" Teriakan itu membuat Senja menghentikan langkahnya. Menatap Asta yang berkeringat. Sepertinya gadis itu dari tadi mencarinya. "Lu kemana aja? Malah narik Gafi. Terus gua ditinggal. Untung tadi ketemu Gafi. Jadi, gua tanya sama tuh cowok," cerocos Asta tanpa henti. Senja tidak menyahuti ocehan Asta. Gadis itu memilih memasuki toilet yang tanpa sadar diikuti oleh Asta, masih dengan ocehannya. Toilet bercat abu itu terlihat elegan. Terdapat tiga bilik yang terbuat dari k
_"Sikapnya terkadang menyebalkan. Tapi, dia mau membela orang yang terbully."_ ~~~ Senja sudah berjalan keluar koridor. Gadis itu sudah melepas kuncirannya. Menaruh kunciran di lengannya. Banyak mata yang menatap gadis itu sinis. Tapi, Senja sebisa mungkin tidak emosi. Gadis berambut bergelombang sebahu itu berjalan sendirian. Karena, sahabatnya sudah keluar terlebih dahulu. Rangkulan di pundak Senja membuatnya terkejut dan menatap laki-laki tinggi itu, yang tersenyum ke arahnya. "Kenapa?" Tanyanya. Gadis itu tersenyum tipis. Menampilkan lesung pipinya meski hanya sedikit. "Gapapa. Mau kemana?" Tanya balik Senja. Kin
_"Masalah datang tanpa diduga."_~~~ Sesampainya di atas. Terlihat begitu simple. Kursi tertata sedemikian rupa. Dengan meja bulat berisi kursi untuk empat orang. Karena, hari ini kafe itu lumayan ramai. Mereka berempat akhirnya memilih tempat yang ada paling ujung. Gaya modern kekinian begitu terasa di kafe kenangan itu. Untuk bagian lantai dua merupakan kafe outdoor. Lebih terlihat alami. Dinding-dinding kafe terlihat seperti batu bata asli. Padahal, itu hanya wallpaper biasa. Di dinding itu juga terpasang bingkai tulisan motivasi dan sejenisnya. "Urang teh, henteu resep sebenernya. Kalo harus kerja kelompok di dieu," ujar Gafi yang sudah menatap Senja intens. Setelah mereka berempat duduk di bangku paling pojok. Kerutan di dahi Senja terl
_"Terkadang, apa yang kita harapkan tidak berjalan dengan baik."_~~~ Kepulan asap berbau tembakau itu, menari mengerumuni beberapa orang yang sedang duduk santai di atas meja tak terpakai. Bangunan yang sudah terbengkalai di belakang sekolah, terlihat begitu berantakan. Kursi yang sudah rusak tergeletak begitu saja. Tembok di sekeliling bangunan terlihat penuh dengan coretan. Wajah dingin terlihat jelas, rahang tegasnya menampilkan amarah yang tertahan. Laki-laki dengan penampilan acak-acakan itu sedang asik menyesap rokoknya. Sedangkan beberapa orang lainnya saling bercengkraman. "Eh, Van. Muka lu napa ditekuk gitu?" Tanya laki-laki botak itu sambil merangkul leher lawan bicaranya. "Kita harus pantau terus, pelaku yang nyebarin berita
_"Terkadang membahagiakan seseorang yang kita sayang, bisa dengan cara sederhana."_~~~"Nja," panggilan itu memotong ucapan Senja. Keduanya menatap sumber suara. Yang ternyata laki-laki dengan baju basketnya. Siapa lagi kalau bukan Aldi.Tatapan tajam dari Gafi terarah ke laki-laki yang berada tepat di belakang Senja. Rasa kesalnya masih terasa sampai saat ini."Aldi? Kok kamu tau aku di sini?" Tanya Senja. Ucapan gadis itu terdengar oleh pendengaran Gafi. Membuatnya berdecak kesal.Aldi tersenyum membuat matanya semakin menyipit. "Dari Asta. Aku tanya soal kamu ke dia. Yuk pulang," ujar Aldi sambil menyentuh jari-jemari Senja dengan lembut.Senja memikirkan ucapan laki-laki bermata sipit itu. Mana mungkin Asta