MasukPerselisihan antara seorang pengusaha asing asal Amerika dengan pengusaha nasional ternama telah menyeret Widya, seorang wanita penghibur bertarif mahal. Widya hanya bersedia melayani siapa pun pengguna jasa dirinya jika berani membayar senilai harga minivan untuk satu hari saja. Seorang pengusaha nasional meminta Widya untuk menemani mitranya dari Amerika. Setelah bersepakat dengan bayarannya, Widya segera bergegas menemui pengusaha Amerika di hotel bintang lima tempatnya menginap di bilangan kawasan elite Mega Kuningan, Jakarta Pusat. Di kamar mewah bintang lima itulah, dini hari yang menyebalkan sekaligus menakutkan harus dihadapi Widya. Seorang lelaki tak dikenal menelepon Widya ke nomor pribadinya. Penelepon itu mengabarkan bahwa orang Amerika yang bersama Widya dalam kamar sudah tak bernyawa. Sempat bersitegang dengan si penelepon karena tak semudah itu dirinya percaya, namun pada akhirnya Widya menuruti anjuran si penelepon untuk segera keluar dari kamar hotel dan bersedia menemui si penelepon yang telah berjanji akan membantu melindungi Widya dari tuduhan pembunuhan. Widya pun, diburu.
Lihat lebih banyakArnita menundukkan kepalanya menatap lantai marmer yang ia pijak. Biasanya seorang pengantin akan merasa sangat senang di hari pernikahan mereka tiba. Tapi Arnita tidak merasakannya. Lima belas jam yang lalu ia telah resmi menjadi nyonya Sebastian. Dan lima belas menit yang lalu mereka telah selesai merampungkan acara resepsi pernikahan. Malam ini Arnita terlihat sangat cantik seperti putri raja. Jujur saja ini adalah pesta pernikahan impiannya, tapi ia tidak tahu kenapa ia merasa tidak senang.
Apa karena ia harus terpaksa menikah dengan Arman? Apa itu alasannya ia tidak merasa senang di hari pernikahannya. Arman sosok pria yang baik walaupun sedikit cuek. Mengingat dua minggu yang lalu dimana Arman mendatangi tempat Arnita bekerja dan tiba-tiba saja laki-laki itu melamar Arnita. Arnita tidak mengenalnya, yang Arnita tahu Arman hanyalah pelanggan tetap di toko bunga tempat ia bekerja. Tidak sampai disitu, Arman seperti melakukan segala cara untuk menjadikan Arnita sebagai istrinya. Arman bahkan melunasi semua hutang-hutang keluarganya agar ayah Arnita tidak masuk penjara. Dan karena rasa berterima kasihlah Arnita akhirnya menerima pinangan Arman. Kalian tahu apa yang Arman jawab saat Arnita bertanya kenapa laki-laki itu keras kepala ingin melamarnya?"Karena kamu baik, saya yakin kamu bisa menjadi istri yang baik untuk saya." Mereka menikah bukan karena cinta, tapi lebih kepada membutuhkan dan rasa berterima kasih. Arman tidak mencintainya, itu yang Arman katakan kepadanya dimalam setelah laki-laki itu melamarnya."Setelah menikah kita akan seperti suami istri pada umumnya." ujar Arman sambil menatap langit dari teras kecil rumah Arnita."Kenapa kamu ingin sekali menikahiku? Apa kamu menyukaiku?" Arnita memberanikan dirinya untuk bertanya mengenai perasaan laki-laki itu kepadanya.Hening beberapa detik. Sepertinya Arman sedang merangkai kata-kata untuk membalas pertanyaan yang Arnita berikan. Atau mungkin Arman bingung untuk menjawabnya."Apa jika saya mengatakan saya tidak mencintai kamu, apa kamu akan menyesal telah menerima lamaran saya?" Arman bertanya balik. Kali ini ia menatap wajah Arnita agar ia tahu bagaimana reaksi perempuan itu saat ia mengatakan yang sejujurnya. Arnita menggelengkan kepalanya pelan. "Apa aku punya pilihan? Kamu bahkan tidak memberiku pilihan." Arnita tahu Arman pasti memiliki alasan kenapa menjadikannya istri laki-laki itu. Suatu hari nanti Arnita akan tahu apa alasan dibalik pernikahan ini. CeklekSuara pintu kamar yang dibuka membuyarkan lamunan Arnita. Arnita mendongakkan kepalanya menatap Arman yang baru saja masuk ke dalam kamar. "Kau belum mengganti pakaianmu?" Arman mengernyitkan dahinya melihat Arnita yang masih memakai gaun pesta tadi. Arman pikir saat ia masuk ke dalam kamar Arnita sudah tertidur."Aku lupa tidak membawa pakaian ganti." cicit Arnita dengan wajah malu-malu. Jujur ini pertama kalinya ia berada di kamar dengan seorang laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya.Arman menggaruk kepalanya mendengar ucapan polos Arnita. "Kau bisa memakai kaos ku untuk sementara. Aku akan menyuruh bi Ami membawakan pakaian untukmu." Arman memberikan kaosnya kepada Arnita sebelum laki-laki itu kembali hilang di balik pintu kamar.Pintu kamar kembali tertutup dan kembali menyisakan kesunyian. Arnita memandang kaos putih yang Arman berikan. Kaos ini bahkan bisa sampai lututnya jika Arnita pakai. Arnita juga kenapa bisa-bisanya melupakan pakaian gantinya. Padahal ia sudah menyiapkannya sebelum pergi ke hotel tempat pernikahan mereka. Bunyi pintu kamar yang akan dibuka membuat Arnita langsung meloncat ke atas tempat tidur. Segera ia tarik selimut tebal itu sampai menutupi setengah bagiannya. Tanpa sepatah kata Arman melewatinya begitu saja menuju kamar mandi. "Kau masih belum tidur?" setengah jam kemudian Arman keluar dari kamar mandi.Arnita menggelengkan kepalanya membalas pertanyaan Arman. Arnita menggigit bibirnya melihat wajah Arman yang terlihat lebih segar dari sebelumnya. Arman mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. "Maaf sudah memaksamu untuk menikah denganku." Tiba-tiba suasana bertambah canggung saat Arman mulai membahas masalah itu lagi. Arnita hanya diam mendengarkan Arman sampai laki-laki itu menyelesaikan ucapannya."Jika kau butuh sesuatu, ku bisa beritahu aku. Dan kau bisa gunakan kartu ini untuk membeli semua yang kau butuhkan." Arman mengeluarkan salah satu kartu kreditnya."Sudah malam, tidurlah." Arman mengambil tempat di samping Arnita dan ikut menarik selimut hingga menutupi kakinya. Arnita ikut memejamkan matanya. Mulai besok ia akan mulai memainkan perannya sebagai seorang istri dan menantu.***Saat menikmati cerutu ditengah pikirannya mencari-cari siasat apa yang harus dilakukannya ketika berhadapan dengan Sam, Dance dikejutkan oleh ketukan dari balik pintu ruangan pribadinya. "Siapa!?" Hardik Dance. "Aku, Tyo." "Ada apa lagi, Tyo!? Suara Dance meninggi. "Ibunya Widya mulai membuat kita repot, Bos." "Masuk!" Tyo masuk dengan tongkatnya yang setia. "Bikin repot bagaimana?" Tanya Dance sebelum Tyo duduk di hadapannya. "Terus-terusan menanyakan anaknya." jawab Tyo setelah duduk. "Menjawab orang dalam gangguan jiwa-pun kamu tak becus mengatasinya, Tyo?" "Justeru karena bukan orang normal, aku sulit memberinya pengertian, berbagai alasan sudah aku sampaikan bahwa anaknya akan segera datang menemuinya." "Kalau kamu bisa membujuknya membawa dia dari tempatnya dirawat, mustinya kamu bisa atasi ini semua, Tyo. Kamu sendirikan yang mengusulkan rencana ini? Demi keinginanmu bertemu Widya?" "Ya. Aku kira tidak bakal serepot ini ibunya rewel karena anaknya tak kunjung datang
Landcruser memasuki pekarangan rumah yang cukup besar terletak di kawasan pemukiman mewah di bilangan Jakarta Timur. Sam mengajak Widya lekas turun ketika ia mematikan mesin Landcruser di muka garasi. Waktu menjelang sore saat mereka tiba setelah menempuh perjalanan jauh. "Aku akan bertemu ibumu, Sam?" Tanya Widya merasa kurang percaya diri harus bertemu dengan orangtua Sam. "Mungkinkah kamu bisa menghindarkan diri dari ibuku jika kamu tinggal sementara di rumahku?" "Aku..." "Ibuku tidak akan membuatmu tak betah sebagai tamuku. Ayolah!" "Itukah ibumu, Sam?" Mata Widya tertuju ke pintu utama rumah yang terbuka dan muncul perempuan paruh baya dengan tampilan sederhana namun nampak berkulit bersih serta wajah ceria menebar aura keramahan. Sam menoleh mengikuti arah pandang Widya, didapatinya ibunya menghampiri melintasi teras rumah yang luas menyambut kedatangan anaknya. "Sam, bersama siapa itu?" Sapa ibu Sam yang oleh tetangga dikenal ibu Sri. "Calon mantu ibu." Sahut Sam sekena
Dance duduk di kursi kerja yang mahal dengan sikap angkuh. Di ruangan pribadi Dance yang dianggapnya ruang kerja itu, Tyo duduk di kursi kerja lainnya yang tak seistimewa kursi Dance. Mereka hanya berdua di ruangan itu duduk berhadapan terbatasi meja. Keduanya baru saja memulai percakapan. "Jadi Tyo, menurutmu bagaimana mengenai kotak itu? kotak yang dibawa Widya?" "Bagaimana, bagaimana maksudnya, Bos?" "Kamu yakin, kotak itu bukan milik Widya yang selalu dibawa ke manapun ia pergi? Apa benar kotak itu diketemukan Sam di gedung aneh itu?" "Dua tahun aku bekerja pada Widya. Belum pernah aku lihat Widya membawa kotak semacam itu? Bentuknya saja tak begitu menarik." "Jadi kamu yakin kotak itu ditemukan Sam dari gedung itu?" Dance mencondongkan tubuh ke muka serta tatapannya menyelidik ke mata Tyo. "Ya." "Burhan dan dua temannya sempat melihat kotak itu?" Tyo mengingat-ingat, "kukira Burhan tidak. Burhan sedang pingsan saat Sam dan Widya keluar dari ruang bawah tanah gedung saat m
Sudah satu jam Sam meninggalkan hotel ketika ponselnya bergetar menerima pesan . Seraya mengemudi Sam perhatikan layar ponselnya dan ia mengenali siapa si pengirim pesan. Awalnya Sam enggan membuka pesan setelah tahu itu pesan dari Dance. Namun Sam terpancing penasaran oleh bentuk pesan bertandakan sebuah gambar yang tidak bisa ia ketahui jika tak membuka pesan Dance. Akhirnya Sam membuka pesan dari Dance. Sam tercenung sesaat setelah melihat gambar di ponselnya menampilkan wajah seorang perempuan yang ditaksirnya seumuran dengan ibunya. Baru setelah membaca beberapa kalimat yang menyertai gambar itu, wajah Sam berubah antara marah dan bingung. Marah karena Dance sudah dianggapnya keterlaluan, bingung bagaimana cara menyampaikan kabar buruk itu kepada Widya yang duduk di sebelahnya tengah memperhatikan jalan di muka untuk membantu kesiagaan Sam yang perhatiannya terbagi antara kemudi dan ponsel. "Ada apa?" Tanya Widya ketika wajah Sam nampak mengeras saat menaruh ponselnya di atas da












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ulasan-ulasanLebih banyak