Vera merebahkan tubuhnya diatas sofa panjang lalu menerawang atap kamarnya yang berwarna pink muda, ... gadis itu menghela panjang dan mengerling ke arah pintu kamar yang agak terbuka karena kedatangan sang mama, gadis itu tersenyum seraya melangkahkan kakinya untuk memeluk sang mama. Mama yang terkejut, hanya mengusap pelan surai anak perempuan satu-satunya. "Kamu kenapa? Gak biasanya kaya gini?"
"Mama pernah gak sih kaya aku gini?"
"Maksudnya?" Vera memandang lekat sang mama yang melonggarkan pelukannya dan berharap mamanya bisa mengerti apa yang sedang ia rasakan, ... bahkan gadis itu bingung dengan hubungan persahabatannya di masa depan. Vera menceritakan apa yang menjadi kegelisahannya lalu menunduk memandangi bingkai foto yang sudah sejak lama dirinya taruh di dekat meja nakas, gadis itu menghela panjang. Mamanya yang telah mendengarkan penjelasan singkat namun panjang itu akhirnya hanya mengulas senyum tipis
Sepanjang hari ini Badra hanya bisa mengeluh sebab sang ayah tak ada hentinya meminta lelaki itu datang ke perusahaannya, ... walaupun malas namun lelaki itu tak ada yang bisa dilakukan selain menurut terkadang ilmu bengkelnya berguna juga dalam bidang tehnik seperti, sang ayah hanya memerhatikan dan menepuk tangannya bangga. Pemuda itu menghela panjang setelah selesai ia langsung bergegas ke tempat janjiannya dengan Oza, pemuda itu bahkan belum mengabari apa saja kegiatannya seharian ini pada kekasih tercintanya tersebut. Saat dijalan tak sengaja ia bertemu dengan Nida sahabat dari gadisnya, karena kasihan pemuda itu tanpa enggan memiliki niat jelekpun langsung menawarinya tumpangan. Nida yang agak tersentak agak mengulas senyum canggung pada Badra, ... bahkan lelaki itu tak berpikir dua kali saat menawarinya tumpangan. "Gue gak bisa anter loe sampe rumah, ... soalnya harus ke tempat cewek gue." Nida mengangguk seraya meneguk salivahnya kasar, gadis itu tersenyum saja me
Saat ini Oza tengah berdiri di depan papan mading karena yang lain belum datang gadis it terpaksa jalan sedikit sembari menunggu teman-temannya datang, ... Oza melihat beberapa anal lain sedang berkumpul diruang PD ada juga yang sedang memerhatikan kakak kelas secara terang-terangan. Ah, ... Rasanya is jadi teringat akan masa-masa menganggumi Bahrain. Bahkan dia tak melupakan lelaki itu sepenuhnya! Gadis itu berhenti saat mendengar sebuah pertengkaran dari tempat yang tak jauh, ... Oza bahkan bisa mengenali suaranya hanya dengan sekali mendengar saja. Karena terlalu penasaran gadis itu berjalan mendekati sisi pilar dan menyandarkan tubuhnya agar bisa mendengar semua percakapan itu, ... Perempuan itu terkejut dengan apa yang ia dengar. Dengan segera gadis itu pergi menjauh darisana, Oza merenung ketika mengingat saat beberapa jam lalu. "Gue, ... Ke toilet dulu!" Serunya yang meninggalkan Puri dan gadis tersebut tak mengatakan apapun.&
Puri mengangguk saja saat teman-temannya mengoceh tentang alasan suka ini dan itu, perempuan itu tersenyum menyebalkan dan melangkah menuju dapur rumah Vera yang masih sangat sepi dari penghuni rumahnya. Vera mendelik lalu mendengus dan menatap wajah temannya dengan kesal, ah, ya, ... Oza diantar oleh kekasihnya saat berada di depan halte bus tadi. Hari ini Nida sengaja tak bisa ikut dengan mereka karena mendadak ada urusan penting sama keluarganya, gadis tersebut tak menjelaskan urusan apa yang dianggap paling penting itu dari temannya. Vera agak merasa aneh, tak biasa anak itu mengikuti perjamuan orang tuanya, Nida akan mengeluh karena terlalu membosankan dan banyak hal lainnya. Namun gadis itu tak mengatakan alasan mengapa ia mau diajak oleh sang ayah datang ke perjamuan makan malam itu, ... Sedaritadi juga Puri mencoba menelpon temannya yang tak hadir itu, "si Nida mana dah! Tumbenan amat gak ikut?""Kan loe tau dia ada acara!?" Seru Oza
Oza mendengkus kecil ketika melihat Badra yang tampak bermalas-malasan di atas ranjangnya, lelaki itu bahkan tak mau turun dari atas sana hanya karena makan saja. Gadis itu membuang nafas kasar lalu melangkah seraya membawa sapu ditangannya dan mengarahkan sapu tersebut pada bagian belakang Badra. Buagh! Buagh! “Turun dari kasur gue!” Serunya yang meneriaki pemuda itu, tak mau turun lelaki tersebut malah seperti sengaja melakukan hal itu.“Ini kan bakal jadi kamar gue juga,” gadis itu melotot dan segera melayangkan sapu lagi akan tetapi pemuda tersebut dengan cepat menahan benda tersebut, lelaki itu menatapnya dalam dan menaruh benda itu.Oza menghela pendek dari tempatnya berdiri perempuan yang kini mulai menurunkan bahunya itu mendudukkan tubuhnya pada kursi meja belajarnya, gadis itu ingin sekali menanyakan pemuda yang lagi asik dengan gamenya itu, ... Namun mulutnya kelu lalu tak bisa bergerak sepert
Bahrain seharian selama mereka sekolah hanya menemaninya dan menghibur dirinya yang terus saja melamunkan hal yang bahkan pemuda itu tak mengerti, ... Lelaki itu menggoda gadis yang tengah tertawa terbahak-bahak dan memukul lengannya dengan sikap yang penuh canda. Puri ikut tersenyum melihat senyum tipis terukir disudut bibir ranum Oza, pemuda itu sepertinya benar-benar tak merasa jengkel ketika mendengar segala cerita yang gadis itu lontarkan tentang Badra. Gadis itu merenggang tubuhnya pada saat Bahrain mencoba mengerti bagaimana situasi kala itu, yang perlu lelaki itu lakukan adalah menenangkan pikirannya yang terus-menerus menyangkal mengenai asmaranya sendiri. Ah, pemuda itu bukan tak mungkin untuk jatuh hati pada perempuan seperti Oza, siapa yang tak menjatuhkan pilihan pada gadis seperti cewek disampingnya, hanya saja penyesalan yang terlambat datang ke dirinya sendiri yang membuat sang pemuda tersebut tak mau terlupakan. Bahrain Dinar tak bisa bergerak seperti
Oza tengah menikmati waktu setengah harinya di dalam kamar sesaat ia lupa jika ia memiliki janji dengan sang pacar dan lebih memilih menikmati waktu luangnya seperti ini, gadis itu mengulum bibirnya senyum tipis saat dibelakangnya ada sang sahabat baiknya yang sedang duduk bersandar memandang wajahnya lurus. Puri mengangguk sambil menunggu balasan dari gadis yang tengah menunduk karena merasa abaikan oleh sang kekasih, tepatnya sudah seminggu mereka tidak saling mengirimkan pesan satu sama lain, dan sudah lebih dari satu Minggu pula mereka tak pernah bertemu, hari-harinya hanya dilalui dengan bermain sama anak-anak saja. “Lagi apa ya, dia sekarang, ...” Gumamnya sambil memandang langit yang merubah wajahnya menjadi Mega mendung.Vera agak sedikit merasa ada yang aneh dengan sikap Nida, pasalnya sedaritadi gadis itu tersenyum kecil dan menahan malu saja. “Kenapa loe?” Nida menoleh dan menggeleng kepalanya cepat lalu meletakkan ponselnya agak sedikit berbunyi, .
Tak terasa liburan sudah hampir mencapai batasnya, gadis itu saat lagi berada disebuah tempat yang ia sendiri sebenarnya tidak ingin ikut. Namun lelaki yang saat ini bersamanya terus saja memaksanya melakukan hal yang sama sekali tidak pernah ada di dalam benaknya itu, ... Badra tak ada niatan untuk menjelaskan ke mana ia pergi selama ini, pemuda itu selalu menjadikan kesibukannya sebagai alasan yang paling masuk akal bagi Oza. Gadis itu sebelum tidur hendak mencari informasi terkait ke mana saja pemuda itu pergi namun tak ada satu recently chat yang bisa ia cari tahu. Badra membeliak saat melihat gadis itu tengah membuka ponselnya dan membaca satu persatu isi pesannya. “LOE NGAPAIN?!!” murka pemuda itu yang membuat sang gadis terkejut.“G-gue gak ngapa-ngapain, Cuma mau liat ponsel loe ajh.” Badra hampir melayangkan tamparan keras ke arah wajah Oza namun itu ia hentikan ketika keduanya sama-sama terkejut akan hal yang tak terduga itu. &l
Dicafe Bahrain terus menatap wajah Oza yang sedang melahap makanannya, gadis itu mengulum bibirnya masam saat ingat semalam ia kembali bertengkar dengan pasangannya itu. Hatinya terlalu suntuk untuk sekadar membahas perihal Badra saja, apalagi laki-laki itu terus membela Nida yang sudah jelas salah telah mengambil miliknya. Bahrain yang memerhatikan itu, mendengkus geli ketika mendengar kata-kata omelan yang tak ada berhentinya sama sekali. Gadis itu tersedak karena melihat pemandangan yang tak biasa, ah, itu semakin membuat hubungan mereka berdua makin renggang. Tangan Bahrain mengepal kuat sembari beranjak dari duduknya dan menarik lengan gadis itu yang tak kuasa menahan isak tangisnya, Badra membeku ketika melihat sosok Oza yang menangis dipelukan pemuda lain. Pemuda itu dengan dinginnya melepaskan pelukan tersebut dan menyengkeram lengan Oza, Badra tak terima jika ia dipermainkan seperti ini. Hey! Apakah itu tak salah? Bukankah seharusnya gadis itu yang merasa diru