Share

Bab 3

Author: Ahong
last update Huling Na-update: 2025-07-29 12:27:00

Tampak wanita paruh baya yang penampilannya 10 tahun lebih muda dari umurnya yang sebenarnya. Dia berjalan tenang, penuh percaya diri dan elegan ke arah ruang tamu. Ditambah aura arogannya begitu tak terbantahkan.

Tubuhnya masih kencang, dadanya besar dan proporsional seperti wanita yang tahu betul cara merawat diri.

Mendengar apa yang barusan wanita itu katakan, mulut Davina sudah akan terbuka seperti hendak mengatakan sesuatu sebelum kemudian terkatup rapat lagi.

Sebenarnya, ia ingin membenarkan apa yang barusan Ibu tirinya itu katakan. Ya, wanita itu adalah istri kedua sang Ayah yang dinikahinya setelah Ibu kandungnya meninggal.

Sebabnya hubungan keduanya yang tidak baik, membuat Davina mengurungkan niatnya. Sampai kapan pun ia tak akan pernah sependapat dengan Ibu tirinya!

Dengan tangan terlipat di depan dada, wanita itu memandang Topan dengan tatapan merendahkan. "Pria ini sepertinya tak sehebat yang kamu ceritakan itu, sayang. Terlihat biasa, bahkan kampungan!"

Gunawan mendengus. "Jangan asal bicara kamu, Indira!" seru Gunawan dengan gigi gemeretak. "Topan adalah orang hebat!"

Kemudian, Gunawan beralih menghadap Topan kembali. "Perkenalkan. Dia istriku, Nak Topan. Calon Ibu mertuamu," Gunawan berkata dengan suara melembut sedikit.

Davina, dengan wajah masam menyeletuk. "Lebih tepatnya istri kedua, Ayah. Ibu tiriku!"

Gunawan menghela napas panjang, berusaha mengontrol emosinya. "Tidak bisakah kamu bersikap lembut kepada Ibumu, Davina?!"

Akan tetapi, Davina hanya melengos tanpa mengatakan apa-apa.

Sementara itu, Topan telah menyadari situasinya. Davina tidak menyukai Ibu tirinya!

Indira mencoba membantah. "Tapi, sayang–"

Namun, kalimat Indira tak sampai selesai ketika Gunawan langsung memotong perkataannya. "Keputusanku sudah bulat! Tak ada satu pun diantara kalian yang bisa mengubah keputusanku. Termasuk kamu Indira. Aku akan tetap menikahkan Davina dengan Topan, aku mempercayai Tuan Besar Armand lebih dari apa pun!"

Tanpa memedulikan sang istri yang masih ingin protes, Gunawan beralih menatap Topan dan Davina secara bergantian.

"Kalian berdua, pergi lah sekarang. Tak usah hiraukan Ibu kalian!"

Topan dan Davina pun menurut dan melangkah keluar.

Seraya berjalan ke arah mobil, Topan berujar, "Sepertinya kita memang berjodoh, Nona. Ditakdirkan bersama. Buktinya, kita bertemu lagi."

Davina mendelik. Lalu, ia menunjuk Topan dan berkata, "Jangan harap aku akan mencintaimu, Topan! Aku menerima perjodohan ini karena terpaksa!"

Namun, Topan sama sekali tidak mempedulikannya.

Sesaat ia berpikir sebelum kemudian berkata, "Itu malah bagus!"

Mendengar hal tersebut, Davina menautkan alis. "Kenapa malah bagus?"

"Karena menjadi tantangan bagiku untuk dapat menaklukan hati calon istriku." Senyum jahil tersungging di bibirnya.

Topan lanjut berkata, "Apalagi, kita telah berkenalan di ranjang sebelumnya. Pasti, kejadian tadi malam tak akan hilang dari ingatanmu begitu saja, bukan?"

"Kamu...!" ucap Davina geram. "Itu juga karena terpaksa! Mendesak! Kalau tidak, mana mungkin aku mau. Dan perlu kau tau, Topan, kalau kejadian tadi malam itu sudah kulupakan. Tak meninggalkan kesan berarti bagiku!" Tapi, wajah Davina sedikit bersemu merah saat mengatakan hal itu.

Tidak mau mendapat amukan dari tunangannya, Topan langsung bergegas dan lalu membukakan pintu mobil.

"Silahkan masuk calon istriku," ucap Topan dengan suara menggoda.

Davina mendesis, dengan tatapan jijik.

Ternyata pria itu jauh lebih mengesalkan dari yang ia kira!

Tanpa menjawab sepatah kata pun, Davina masuk ke dalam mobil. Lalu, Topan masuk setelahnya. Ia yang akan menyetir.

Dalam perjalanan, keduanya sibuk dengan diri masing-masing. Davina tak sudi mengobrol seperti saran dari Ayahnya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk keduanya sampai di kantor sipil.

Begitu prosedur akta nikah selesai, keduanya beranjak pulang.

Namun, di tengah perjalanan, Topan merasa mobilnya diikuti.

Topan pun segera berbelok, lewat jalan pintas, untuk mengetes apakah mobilnya benar-benar sedang diikuti atau tidak.

Ternyata mobil itu ikutan berbelolak, sesekali akan memelankan lajunya.

Topan, dengan menghela napas berucap, "Kita sedang diikuti, Nona."

Davina mengerjap, buru-buru menoleh ke belakang. "Benarkah?"

"Lalu, bagaimana ini?" tanya Davina panik.

Topan mengangkat bahu, ekspresinya begitu tenang. "Tidak bagaimana-mana."

Respon yang ditunjukan Topan membuat Davina mendecak.

"Kau masih bisa bersikap santai dan tenang seperti ini? Kita dalam bahaya, Topan!"

Topan tersenyum. "Aku adalah tunanganmu, Nona. Calon suamimu. Tentu, aku akan melindungimu."

Mendengar hal tersebut, Davina mengerutkan kening. Lalu, dengan tangan terlipat di depan dada ia berkata, "Tapi kenapa aku tak yakin kalau kamu bisa melindungiku?"

Tiba-tiba...

Citt!!! Topan mengerem mendadak.

Sontak, Topan dan Davina tersentak ke depan.

"Sudah gila kau–"

"Ada mobil menghadang kita di depan, Nona!" potong Topan menyela perkataan Davina.

Mobil yang mengikuti keduanya di belakang juga ikutan berhenti.

Davina segera mengalihkan pandangan ke depan.

Jarak mobilnya dengan mobil itu kira-kira sekitar dua meter.

Lalu, tiga orang turun dari mobil itu. Salah satu diantara mereka langsung membukakan pintu dan seseorang berjas rapi turun dari mobil.

Seketika Davina terhenyak kala mengenali sosok pria itu!

"Itu Elias!" seru Davina seraya menunjuk ke arah pria yang dimaksud. "Investor yang aku temui tadi malam di bar dan yang memasukan obat perangsang ke dalam minumanku dan hendak memperkosaku!"

Seketika pandangan Topan mengikuti ke arah jari telunjuk Davina.

Detik berikutnya, wajah Topan berubah.

Tentu saja ia marah sekaligus tidak terima!

Selagi keduanya terdiam kaget di dalam mobil, dua orang bertampang preman yang turun dari mobil di belakangnya menghampiri mobil mereka.

Di saat bersamaan, pria bernama Elias juga melakukan hal yang sama bersama ketiga anak buahnya.

"Keluar kalian!" titah salah satu dari mereka seraya mengetuk kaca mobil.

Dengan geram, Topan keluar diikuti Davina yang panik.

Begitu melihat sosok Davina, Elias segera menghampiri dengan seringaian lebar menghiasi wajahnya.

"Nona Davina begitu tidak sopan! Main pergi saja tadi malam. Padahal, saya belum tanda tangan–"

"Tidak perlu! Perusahaan kami tak membutuhkan investor mesum seperti anda!" ujar Davina dengan gigi gemeretak. "Bagaimana mungkin saya tidak kabur? Anda mencoba memperkosa saya, Pak Elias!"

Mendapati sikap Davina seperti itu, Elias mendesis dan berkata, "Bukankah hal itu wajar terjadi pada dirimu, Nona?"

Selagi wajah Davina mengernyit mendengar kata-kata pria itu, Elias menyentuh dagu Davina. Di saat yang sama, matanya liar mengamati belahan dada wanita itu yang begitu ia dambakan.

Tiba-tiba, tangan Elias digenggam erat oleh Topan. "Berani kau menyentuhnya! Aku akan mematahkan tanganmu!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
terlalu sombong dan jumawa
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 94

    Bibir mereka kini sudah saling bertaut, bergerak semakin panas, hingga desahan lirih Davina tidak bisa ditahan lagi, bercampur dengan hembusan napas Topan yang jelas ikut terbakar suasana. Sudah tidak ada penolakan, pun tidak ada keraguan! Dalam kehangatan itu, tangan Davina bergerak lincah, menelusuri leher suaminya yang tegang karena menahan desakan hasrat. Jemarinya lalu naik menyusuri rahang Topan yang kokoh, mengusap pipi sang suami dengan sentuhan lembut namun penuh rasa memiliki. Topan akhirnya mendesah pelan disela ciuman, tubuhnya merinding dengan setiap belaian. Sentuhan itu membuatnya semakin tidak berdaya di bawah kendali istrinya, seolah seluruh dirinya dipenjara oleh rasa cinta dan hasrat sekaligus. Bibir mereka terus berpaut, masih tidak ada jeda, hanya sesekali terpisah untuk menarik napas, sebelum kembali melumat satu sama lain. Genggaman tangan Davina di wajah Topan memberi sinyal jelas—malam ini, ia tidak hanya ingin dicintai, tapi juga ingin menunjukkan ba

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 93

    "Kenapa kamu masih berdiri di situ sayang?" Perkataan Davina membuat Topan tersadar dari keterkejutannya. Davina menambahkan dengan tatapan dan senyum nakal. "Kemari lah, sayang. Aku ... " Davina melirik dirinya yang tengah berpose menggoda, hanya sekadar ingin memperlihatkan apa yang tengah ia lakukan kepada sang suami. "Bukannya langsung kemari dan menerkamku saat melihatku dalam keadaan seperti ini." Tepat Davina menyelesaikan kalimatnya, Topan buru-buru menarik kaos yang melekat di tubuhnya. Gerakannya cepat, hampir tergesa, hingga kaos itu terlepas begitu saja dan terlempar ke sisi ranjang. Setelah itu, ia bergegas menuju ke arah ranjang dengan rasa bahagia membumbung tinggi dan hasrat yang telah memuncak. Apalagi saat mendapati istrinya telah terbuka sepenuhnya. Baik hati mau pun tubuhnya. Tentu saja kali ini Topan tidak lagi menahan diri seperti sebelumnya. Pun sudah tidak ada keraguan sedikit pun. Di hadapan sang istri, perut bidang dengan otot-otot sispack yang

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 92

    Davina menelan ludah, tubuhnya tiba-tiba menegang begitu merasakan bisikan Topan yang sangat dekat di telinganya. Panas merambat di wajahnya seketika. Di titik ini, ia teringat perkataannya tadi tentang hal itu dan kini membuatnya malu bukan main. Akhirnya, setelah berhasil menguasai diri, Davina menganggukan kepalanya pelan. Setelah itu, ia langsung memalingkan muka sebab tidak tahan bertatapan dengan sang suami. Meski hanya lewat anggukan kepala, itu sudah membuat senyum tersungging lebar di bibir Topan. Seketika hatinya langsung berbunga-bunga. Sementara itu, Davina menahan napas, hatinya tengah berdegup kencang. Selama ini ia selalu menolak, galak, bahkan jutek pada Topan. Tapi sekarang, entah mengapa, ia merasa ingin menyerah pada dekapannya. Dengan perasaan senang, Topan kembali mendekat perlahan, penasaran apakah Davina akan menggeser tubuhnya atau tidak. Tapi ternyata tidak, Davina tetap bergeming meski Topan menyadari sang istri gugup. Untuk menutupinya, Davina men

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 91

    Setelah beberapa saat Davina terdiam agak lama dengan napas naik-turun, ia memejamkan mata, tengah mencerna semuanya. Akhirnya, dengan berat hati, ia membuka mata. Davina, dengan nada getir berkata lirih, "Baiklah, aku percaya kali ini." Mendengar itu, Topan terperanjat. Sedangkan Indira terkejut. Tanpa mempedulikan reaksi keduanya, Davina menatap dalam mata Topan. "Karena aku tahu kamu bukan tipe pria yang memaksakan diri. Dan... karena aku juga tahu Indira terlalu membencimu untuk mau benar-benar bersama denganmu." Seketika wajah Topan dipenuhi haru sekaligus lega. "Terima kasih sayang. Terima kasih karena kamu sudah mau percaya." Balas Topan dengan bibir dan suara bergetar seraya menggenggam tangan sang istri. Indira yang melihat pemandangan itu jadi kesal. Rasa cemburu kembali membakar dirinya. Entah kenapa, setiap kali melihat keduanya memamerkan kemesraan di hadapannya, hatinya memanas. Namun kali ini ia mencoba menekan perasaan itu sebab posisisnya yang tengah terancam.

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 90

    Tanpa diminta, Topan lanjut menjelaskan kejadian tadi di dalam kamar mandi, tentu saja tidak menyertakan apa yang dilakukan dengan sengaja oleh Indira kepadanya. Begitu mendengar penjelasan Topan, Davina tercekat. Kata-kata itu membuatnya terdiam sejenak, meski rasa sakit di hatinya belum berkurang. Sedangkan Indira tercengang, tapi ia segera sadar bahwa pria tampan itu sedang menutup mulutnya rapat-rapat tentang apa yang sebenarnya terjadi. Demikian, ia juga terpaksa harus melakukannya. Tanpa menoleh ke belakang, Davina angkat bicara. "Kau pikir aku percaya begitu saja?!" suara Davina meninggi, penuh dengan luka yang tak terbendung. Didengar dari nada bicaranya, kentara masih marah. Topan memasang wajah tidak berdaya, tapi ia tetap berusaha meyakinkan sang istri. "Kamu mau percaya atau tidak, tapi itu yang terjadi, sayang. Aku tidak bohong. Aku bersumpah, sayang. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Ibu di dalam kamar mandi. Aku tidak pernah sekalipun berniat mengkhianatimu, apa

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 89

    Davina melangkah mundur, dadanya tengah naik turun menahan gejolak. Wajahnya seketika pucat. Jantungnya berdentum keras, seakan tidak mampu menerima apa yang baru saja disaksikan. Ada panas yang menjalar di matanya, bercampur antara kemarahan dan rasa sakit yang menikam. "Aku baru saja pulang dan mendapati Ibu tiriku ada di dalam kamarku dengan hanya mengenakan handuk saja di tubuhnya dan lalu kau muncul dari dalam sana juga!" seru Davina parau, seperti pisau yang tergores di tenggorokan. "Berarti, sebelumnya kalian berdua berada di dalam, bukan? Apa aku terlihat sebodoh itu untuk tidak mengerti?!" Lanjut Davina dengan suara meninggi sekaligus bergetar. Sebab kini ia langsung berpikir yang tidak-tidak, langsung berpikir kalau keduanya berbuat hal mesum di dalam kamar mandi! Indira sendiri memilih menunduk, wajahnya juga pucat, pura-pura tidak berdaya, membiarkan keduanya salah paham. Meski ia masih takut dengan sosok Topan, tapi ia menikmati situasi ini, menyaksikan Davina run

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status