Topan Sanjaya kembali sebagai Raja Gangster Valdoria—pria yang dulu dibuang dalam koper, kini menjadi sumber ketakutan dan hasrat. Ditolak mentah-mentah oleh tunangan dan mertuanya yang menganggapnya tak berguna, ia bangkit sebagai sosok yang paling berkuasa. Ketika identitasnya terungkap, sang tunangan mulai tergoda oleh tubuh dan dominasi Topan, sementara sang mertua rela menanggalkan martabat demi satu hal: benih sang Raja. Kini, mereka berdua saling berebut pria yang dulu mereka buang, demi keturunan yang bisa mengubah segalanya. “Kalian menolak tubuhku saat lemah. Sekarang kalian menginginkannya saat dunia tunduk padaku.”
View MoreTopan Sanjaya tersentak mendapati dirinya memeluk seorang wanita tanpa sehelai benang pun.
Wajahnya yang putih dan mulus, memancarkan aura kecantikan luar biasa yang membuat Topan terkesima. Dadanya yang besar dan ranum serta tubuhnya yang begitu berisi, menonjolkan keseksian tiada tara. Selagi Topan terdiam kaget, ia menyadari kalau tangan satunya tengah memegang bokong wanita tersebut. Ia pun refleks meremasnya. Ditambah dua dada wanita itu yang kini tengah menempel di tubuhnya. Hal tersebut membuat gairah Topan perlahan bangkit. Namun, buru-buru ia memejamkan mata untuk meredakan gairahnya ketika kejadian tadi malam terlintas di benaknya. Kala teringat hal itu, Topan langsung merutuki diri sebab ia sudah memiliki lima tunangan, tapi tidur dengan wanita lain! Lebih parahnya, ia telah merenggut kesucian wanita ini. Ada bercak darah yang tercetak di seprai ketika pergumulan tadi malam usai. Di tengah rasa bersalah juga bingung, sebuah teriakan mendadak terdengar. "Kurang ajar! Berani-beraninya kau memelukku?!" Di saat yang sama, tubuhnya didorong menjauh. Wanita itu telah bangun, saat mendapati dirinya telanjang, ia berteriak sebelum kemudian segera menarik selimut untuk menutupi asetnya yang berharga. Kemudian, ia memukul-mukul Topan menggunakan tangan satunya dengan bantal saat melanjutkan. "Kenapa kau tidak langsung pergi tadi malam dan malah tidur denganku?!" Topan menjelaskan seraya melindungi diri dengan kedua tangannya. "Kita langsung terlelap sehabis melakukan itu, Nona. Nona juga tidak menyuruhku pergi. Bahkan, Nona sendiri yang meminta ditemani sampai pagi karena takut pria yang akan memperkosa. Nona tadi malam akan mencari Nona!" Mendengar penjelasan Topan, wanita itu berhenti. Dengan pandangan memicing, ia berkata, "Benar kah?" Dia kemudian menggeleng tak percaya. "Tidak mungkin... " Sebelumnya, Topan melihat wanita tersebut tengah disekap oleh dua orang di bar. Setelah berhasil mengalahkan dua orang itu, Topan membawanya ke hotel terdekat. Akan tetapi, Topan malah terjebak bersama wanita itu yang terpengaruh obat perangsang dan alkohol. Topan juga tahu cara melepaskan pengaruh obat itu dengan menggunakan tubuhnya. Awalnya, ia menolak dengan alasan telah memiliki tunangan. Namun, Davina, nama wanita itu terus memohon dan bahkan berusaha menggodanya yang membuatnya tak kuasa menahan gairah. Alhasil, kedua tubuh mereka berdua akhirnya menyatu. "Tapi kamu telah merenggut keprawananku dan aku tidak terima!" Davina lanjut memukul-mukul Topan dengan bantal. "Dan berani-beraninya kau telanjang di depanku?!" Kala melihat bagian tubuh Topan yang tak seharusnya ia lihat, Davina segera balik badan. "Cepat kenakan pakaianmu kembali! Dasar berengsek!" Topan sendiri baru sadar jika ia dalam keadaan telanjang, buru-buru ia meraih pakaiannya dan mengenakannya. "Seharusnya, Nona berterima kasih padaku! Kalau tidak, Nona pasti sudah berakhir tidur dengan pria yang tak Nona kehendaki tadi malam!" Topan tentu merasa kesal dengan tingkah Davina yang menurutnya tidak tahu berterima kasih. Mendengar itu, Davina memutar bola matanya, memang benar kalau Topan telah menyelamatkan dan menggagalkan dirinya yang hendak dinodai oleh pria beristri yang merupakan investor. Namun, fakta bahwa pria itu telah merenggut kesuciannya, membuatnya marah. Setelah berhasil mengondisikan diri, ia menatap Topan tajam. "Kalau begitu, anggap saja apa yang terjadi diantara kita tadi malam tidak pernah terjadi!" Ia menambahkan seraya menunjuk pria itu. "Dan jangan pernah kau menampakan diri di depanku lagi! Mengerti?!" Alis Topan bertaut mendengarnya. Wanita ini tidak menginginkan dirinya bertanggung jawab, bukan kah itu bagus? "Jadi, aku tak perlu bertanggung jawab, Nona?" tanya Topan hendak memastikan. Wanita itu mendelik. "Untuk apa aku meminta pertanggung jawaban darimu?" Kemudian, dia mengamati penampilan Topan dari atas sampai bawah. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis. "Sepertinya kau hanya pria biasa. Bukan pria kaya dan berasal dari keluarga berpengaruh! Kau tak pantas bersanding denganku!" Topan kesal mendengar kata-kata Davina ini, tapi ia memilih tidak mengatakan apa-apa lagi. "Kenapa kau masih berdiri di situ?!" bentak Davina yang membuat lamunan Topan terbuyar. "Cepat pergi!" Karena telah diusir, Topan pun hanya bisa menghela napas berat dan melangkah pergi. *** Siang hari, setibanya Topan di markas mafia Naga Sakti yang dibuat khusus untuk mengurus segala keperluannya selama ia berada di kota Marendale, ia langsung dibawa dua tukang pukul yang tadi menjemputnya ke salah satu ruangan. Sesampainya di sana, Topan disambut puluhan tukang pukul yang langsung membungkuk hormat padanya. Dimas, yang merupakan assistant pribadinya terkejut, buru-buru menghampiri. "Raja gangster Valdoria, selamat datang kembali di kota kelahiran anda..." ucap Dimas sambil membungkuk hormat. Dimas menegapkan tubuhnya dan menambahkan. "Dan saya punya kabar yang sangat penting untuk anda bahwa keluarga Maheswara telah ditemukan!" Sontak, Topan terkesiap. Detik berikutnya, wajahnya menggelap, aura bengis tak terkira terpancar seketika. Mendapati hal itu, semua orang ketakutan. Lima tahun yang lalu, kedua orang tuanya Topan dibunuh oleh anggota keluarga konglomerat sekaligus mafia ; keluarga Maheswara! Tidak hanya itu, adiknya juga diperkosa oleh putra ke tiga keluarga itu. Adiknya yang merasa hidupnya sudah tak berarti, memilih bunuh diri. Mengetahui ini, Topan marah besar. Ia pun langsung pergi ke kediaman keluarga Maheswara. Namun, ia yang kala itu hanya seorang pemuda miskin yang lemah, berakhir dipukuli oleh para pengawal keluarga itu. Tubuhnya yang babak belur nyaris mati diikat, lalu dimasukan ke dalam koper dan dibuang ke sungai. Namun, ia diselamatkan oleh pimpinan organisasi bawah tanah bernama Armand Prakoso. Organisasi mafia itu bernama Naga Sakti ; organisasi terbesar dan paling ditakuti seantero Valdoria! Selama lima tahun ia tinggal di markas besar Naga Sakti, ia dilatih berbagai macam hal seperti ilmu bela diri, akademik, bisnis dan obat-obatan. Sebab perkembangannya yang begitu pesat serta keberhasilannya dalam setiap misi, menjadikannya sebagai tukang pukul terbaik dan paling ditakuti. Berbagai macam orang-orang berpengaruh, baik di dunia bawah tanah mau pun di dunia bisnis tunduk padanya. Karena hal itu, ia pun menyandang gelar raja gangster Valdoria! Dan kini, Topan telah berada di kota Marendale, kota kelahirannya. Pertama, untuk membalaskan dendam atas kematian kedua orang tua dan adiknya. Kedua, untuk menemui ke lima tunangannya dan menikahinya. Wajah Topan merah padam juga kedua tangannya terkepal kuat. Tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan sebuah aura membunuh yang begitu mengintimidasi. Beberapa orang di sana bahkan sampai pingsan, sementara yang lain merinding ketakutan. Selagi semua tukang pukul gemetar melihat Topan, salah satu diantara mereka berujar pelan. "Betapa tidak beruntungnya keluarga Maheswara, keturunannya harus punah di tangan raja gangster Valdoria…”"Kenapa kamu masih berdiri di situ sayang?" Perkataan Davina membuat Topan tersadar dari keterkejutannya. Davina menambahkan dengan tatapan dan senyum nakal. "Kemari lah, sayang. Aku ... " Davina melirik dirinya yang tengah berpose menggoda, hanya sekadar ingin memperlihatkan apa yang tengah ia lakukan kepada sang suami. "Bukannya langsung kemari dan menerkamku saat melihatku dalam keadaan seperti ini." Tepat Davina menyelesaikan kalimatnya, Topan buru-buru menarik kaos yang melekat di tubuhnya. Gerakannya cepat, hampir tergesa, hingga kaos itu terlepas begitu saja dan terlempar ke sisi ranjang. Setelah itu, ia bergegas menuju ke arah ranjang dengan rasa bahagia membumbung tinggi dan hasrat yang telah memuncak. Apalagi saat mendapati istrinya telah terbuka sepenuhnya. Baik hati mau pun tubuhnya. Tentu saja kali ini Topan tidak lagi menahan diri seperti sebelumnya. Pun sudah tidak ada keraguan sedikit pun. Di hadapan sang istri, perut bidang dengan otot-otot sispack yang
Davina menelan ludah, tubuhnya tiba-tiba menegang begitu merasakan bisikan Topan yang sangat dekat di telinganya. Panas merambat di wajahnya seketika. Di titik ini, ia teringat perkataannya tadi tentang hal itu dan kini membuatnya malu bukan main. Akhirnya, setelah berhasil menguasai diri, Davina menganggukan kepalanya pelan. Setelah itu, ia langsung memalingkan muka sebab tidak tahan bertatapan dengan sang suami. Meski hanya lewat anggukan kepala, itu sudah membuat senyum tersungging lebar di bibir Topan. Seketika hatinya langsung berbunga-bunga. Sementara itu, Davina menahan napas, hatinya tengah berdegup kencang. Selama ini ia selalu menolak, galak, bahkan jutek pada Topan. Tapi sekarang, entah mengapa, ia merasa ingin menyerah pada dekapannya. Dengan perasaan senang, Topan kembali mendekat perlahan, penasaran apakah Davina akan menggeser tubuhnya atau tidak. Tapi ternyata tidak, Davina tetap bergeming meski Topan menyadari sang istri gugup. Untuk menutupinya, Davina men
Setelah beberapa saat Davina terdiam agak lama dengan napas naik-turun, ia memejamkan mata, tengah mencerna semuanya. Akhirnya, dengan berat hati, ia membuka mata. Davina, dengan nada getir berkata lirih, "Baiklah, aku percaya kali ini." Mendengar itu, Topan terperanjat. Sedangkan Indira terkejut. Tanpa mempedulikan reaksi keduanya, Davina menatap dalam mata Topan. "Karena aku tahu kamu bukan tipe pria yang memaksakan diri. Dan... karena aku juga tahu Indira terlalu membencimu untuk mau benar-benar bersama denganmu." Seketika wajah Topan dipenuhi haru sekaligus lega. "Terima kasih sayang. Terima kasih karena kamu sudah mau percaya." Balas Topan dengan bibir dan suara bergetar seraya menggenggam tangan sang istri. Indira yang melihat pemandangan itu jadi kesal. Rasa cemburu kembali membakar dirinya. Entah kenapa, setiap kali melihat keduanya memamerkan kemesraan di hadapannya, hatinya memanas. Namun kali ini ia mencoba menekan perasaan itu sebab posisisnya yang tengah terancam.
Tanpa diminta, Topan lanjut menjelaskan kejadian tadi di dalam kamar mandi, tentu saja tidak menyertakan apa yang dilakukan dengan sengaja oleh Indira kepadanya. Begitu mendengar penjelasan Topan, Davina tercekat. Kata-kata itu membuatnya terdiam sejenak, meski rasa sakit di hatinya belum berkurang. Sedangkan Indira tercengang, tapi ia segera sadar bahwa pria tampan itu sedang menutup mulutnya rapat-rapat tentang apa yang sebenarnya terjadi. Demikian, ia juga terpaksa harus melakukannya. Tanpa menoleh ke belakang, Davina angkat bicara. "Kau pikir aku percaya begitu saja?!" suara Davina meninggi, penuh dengan luka yang tak terbendung. Didengar dari nada bicaranya, kentara masih marah. Topan memasang wajah tidak berdaya, tapi ia tetap berusaha meyakinkan sang istri. "Kamu mau percaya atau tidak, tapi itu yang terjadi, sayang. Aku tidak bohong. Aku bersumpah, sayang. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Ibu di dalam kamar mandi. Aku tidak pernah sekalipun berniat mengkhianatimu, apa
Davina melangkah mundur, dadanya tengah naik turun menahan gejolak. Wajahnya seketika pucat. Jantungnya berdentum keras, seakan tidak mampu menerima apa yang baru saja disaksikan. Ada panas yang menjalar di matanya, bercampur antara kemarahan dan rasa sakit yang menikam. "Aku baru saja pulang dan mendapati Ibu tiriku ada di dalam kamarku dengan hanya mengenakan handuk saja di tubuhnya dan lalu kau muncul dari dalam sana juga!" seru Davina parau, seperti pisau yang tergores di tenggorokan. "Berarti, sebelumnya kalian berdua berada di dalam, bukan? Apa aku terlihat sebodoh itu untuk tidak mengerti?!" Lanjut Davina dengan suara meninggi sekaligus bergetar. Sebab kini ia langsung berpikir yang tidak-tidak, langsung berpikir kalau keduanya berbuat hal mesum di dalam kamar mandi! Indira sendiri memilih menunduk, wajahnya juga pucat, pura-pura tidak berdaya, membiarkan keduanya salah paham. Meski ia masih takut dengan sosok Topan, tapi ia menikmati situasi ini, menyaksikan Davina run
Namun, begitu bayangan tatapan tajam Topan kembali terlintas, ide itu seketika gugur. Aura dingin dan mengerikan yang sempat membuat tubuhnya bergetar masih membekas. Ancaman Topan seolah bergema kembali di telinganya: 'Kalau aku tahu kau bermain di belakang Ayah Gunawan, aku sendiri yang akan mengadukannya.' Kala teringat hal itu, ketakutan langsung melanda diri Indira. Indira menggigit bibir bawahnya, lalu buru-buru menepis pikiran busuk itu. Ia sadar, mencoba menjebak Topan hanya akan menjadi bumerang besar untuk dirinya sendiri. Akhirnya, setelah terdiam sesaat, Indira kembali menatap Davina. Ia menghembuskan napas berat dan berkata, "Sungguh, Davina. Aku hanya mau mandi saja di dalam kamar mandimu karena shower di kamar mandiku rusak. Hanya itu saja dan ini aku sudah selesai mandi dan sebenarnya mau langsung pergi tapi kau keburu datang!" Indira mengulangi penjelasannya, berusaha meyakinkan Davina. Sedangkan Davina memicingkan pandangan mendengar hal itu, mencerna penjela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments