Home / Fantasi / Raja Yang Sebenarnya / Bab. 4 Ilmu Batin

Share

Bab. 4 Ilmu Batin

Author: Him
last update Huling Na-update: 2022-12-25 10:57:03

Tempat yang penuh keramaian. Orang-orang memiliki kesibukan sendiri. Berjualan, mendagangkan dagangannya. Ya, itu adalah sebuah pasar kecil. Pasar kecil yang terletak di sebuah Desa. Yohan yang sedari tadi berjalan, masih belum mengenali tempat di mana dia berada.

'Ini memang bukan Kota Tebing Tinggi.'

'Bahkan pakaian dan logat bicara mereka sangat aneh'.

Yohan terus berjalan memperhatikan sekeliling pasar. Mencari-cari petunjuk yang bisa membantunya. Tak jauh dari posisi Yohan ada dua orang pria ribut yang menarik perhatian orang-orang sekitar.

"Bhaha! Subin! Berani sekali kau menantangku lagi. Apa kau tidak jera kalah dariku kemarin!" hardik seorang pria dewasa bertubuh tinggi. Rambutnya gondong halus. Ada bekas luka yang cukup besar di matanya. Luka itu menjelaskan kalau orang ini sudah banyak mengalami pertarungan.

"Apa kau bodoh, Raven! Aku sekarang akan membalasmu! Kemampuan batinku sudah mencapai tingkat level 2. Sekarang akan kuberi pelajaran mulut sombongmu itu sialan!"

Seorang pria berotot bernama Subin, rambut acak-acakan, memakai kaos kutang dan celana panjang warna hitam membalas ucapan raven sembaring tersenyum.

"Bhaha! Hanya karena kau sudah mencapai level 2, kau pikir sudah bisa mengalahkanku?!" Raven mengambil ancang-ancang posisi siap bertarung.

"Lihat saja sialan!"

Subin maju dengan cepat, melancarkan pukulan tangan kanannya ke arah wajah Raven. Tap! Raven menangkis serangan itu dengan telapak tangan kirinya. Benturan aura energi terjadi antara kedua tangan itu. Raven melancarkan pukulan tangan kanannya.

'Bugh'

Subin menepis pukulan dengan menyilang tangannya. Terjadi lagi benturan aura energi. Setiap kali mereka berbenturan, selalu menimbulkan suara yang menakjubkan. Terutama karena aura energi.

Melepas pertahanannya, Subin mengangkat tangan kanannya untuk menyerang kembali. Tapi Raven melakukan putaran badan, dan menendang perut Subin menggunakan kaki kanan. Bugh! Suara terdengar dari tendangan Raven, membuat Subin mundur beberapa langkah karenanya.

"Whooaah!"

Teriak para penonton. Ternyata tanpa di sengaja orang-orang mulai berkerumun menonton mereka. Menikmati pertarungan kedua orang tersebut. Termasuk Yohan, ikut menonton pertarungan itu. Ia tertegun, melihat sesuatu yang baru pertama kali di lihatnya.

Raven melihat telapak kirinya yang terasa berdenyut.

"Bhaha, oi sialan! Ini bukan kemampuan level 2 biasa!" ucapnya tersenyum melihat Subin, sambil memegangi tangan kirinya.

"Hoo, tentu saja. Karena aku sudah mencapai level 3,"

Subin memasang ekspresi dengan penuh kesombongan. Ekspresi Raven terkejut mendengar pernyataan Subin. Mengetahui lawan bertarungnya sudah di atas levelnya.

"Sialan, dari siapa kau belajar?"

"Hah? Tentu saja, kau tak perlu tahu sialan!" cetus Subin yang ekspresi wajahnya semakin menjadi semakin sombong. "Bagaimana, kejutan dariku?!"

"Bhaha! Kau pikir ini sudah cukup untuk mengalahkanku?!"

Raven maju bergerak cepat ke depan, bersiap melancarkan pukulan. Subin tersenyum, dia juga sudah bersiap melancarkan kepalan tangannya yang sudah terisi energi. Saat pukulan mereka hampir beradu. Raven melepas kepalan tangannya dan mengubah serangannya menangkap pergelangan tangan Subin. Subin terkejut tak menduga itu, dengan cepat tangannya ditarik dan lutut Raven mendarat di dagu Subin.

'Gawat'

Bugh! Subin yang terkena serangan di dagu, kehilangan keseimbangan dan jatuh terhempas ke tanah.

"Whoaaahh hebat!" Para penonton bersorak saat melihat pertarungan itu.

"Bhaha, Subin. Kau benar-benar berpikir kalau aku akan beradu tinju denganmu yang sudah level 3 dasar bodoh!" Raven tertawa cekikikan, melihat Subin yang jatuh di tanah. Air matanya hampir saja keluar.

"Sialan, dasar pecundang," Subin yang jatuh memegangi dagunya yang kesakitan. Ini adalah kekalahannya yang ke sekian kalinya.

"Bhaha!, Yang kalah tetaplah pecundang!"

Raven sembari mengulurkan tangan, membantu Subin bangkit. Orang-orang yang menonton mulai bubar satu per satu karena pertunjukan telah berakhir. Subin melemparkan sekantung beras ke arah Raven.

"Kau sampai berusaha untuk ke tahap level 3, apa kau ingin masuk ke barisan prajurit kerajaan?" tanya Raven sembari menangkap sekantung beras dari Subin. Namun Subin tak menggubris pertanyaan tersebut.

"Yah terserahmu apa yang ingin kau lakukan," Raven mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lain kali aku akan mengalahkanmu sialan!" ucap Subin sambil tersenyum.

"Bhaha, aku selalu siap menerima Subin!"

Subin melihat lawannya pergi menjauh, duduk di pinggiran jalan. Beristirahat karena habis bertarung. Yohan yang penasaran tanpa pikir panjang mendekati orang yang tak di kenalnya.

"Paman, tadi itu hebat sekali! bagaimana Paman melakukannya?" Yohan tak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Hah?! kau ini siapa?"

"Namaku Yohan Paman! " jawab Yohan dengan semangat. Ia masih menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan.

Melihat cara berpakaian Yohan dan logatnya yang aneh. Subin merasa memahami sesuatu.

"Sepertinya kamu ini bukan orang daerah sini ya,"

Yohan hanya mengangguk kepala. Meskipun ia merasa curiga terhadap anak itu. Tapi ia tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

"Itu tadi adalah aura energi, lebih tepatnya di sebut kemampuan batin,"

"Kemampuan batin?" tanya Yohan penasaran. Ia tak paham dengan jawaban yang di berikan Subin. Tapi yang pasti baginya itu adalah sesuatu yang terlihat keren.

"Apa aku juga bisa melakukannya Paman?"

"Haah?! Ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan Bocah. Butuh latihan dan konsentrasi penuh untuk bisa membuka wadah batin," ucap Subin menjelaskan lagi.

'kruyuk-kruyuk'

Itu suara perut Subin yang kelaparan.

"Ah sial, sehabis mengeluarkan banyak tenaga, Aku jadi lapar,"

Subin memegangi perutnya. Terik matahari siang itu membuatnya semakin lapar. Mengingat waktu di siang hari adalah hukumnya untuk waktu makan siang.

'kruyuk-kruyuk'

Perut Yohan juga mengeluarkan bunyi.

"Haah?! Kau juga lapar Bocah?" Yohan yang di tanya begitu hanya menunduk malu memegangi perutnya.

"Sial! Ayo Bocah, aku akan mentraktirmu makan!" Segera Subin sembari bangkit dari posisinya. Yohan mengangkat kepalanya menatap Subin dengan ceria dan mengikutinya berjalan.

***

Di sebuah kedai makan.

"Fuaah! Kenyangnya. Paman ini uangnya!" Teriakan Subin sampai kepada penjual mie.

"Bocah, itu sudah kubayar sekalian!" ucap Subin pada Yohan.

"Terima kasih Paman!" jawab Yohan sembaring menundukkan kepalanya sebagai bentuk terima kasih. Saat dia mengangkat kepalanya, Subin sudah menghilang dari pandangannya.

***

Subin kembali ke kediamannya, yaitu rumahnya. Kembali melakukan pekerjaannya. Mengkapak kayu. Itu adalah pekerjaannya setiap hari. Tak terasa waktu sudah sore. Sebelum matahari terbenam. Dia biasa menyempatkan diri untuk duduk bersila di atas batu besar dekat rumahnya melakukan meditasi. Keheningan di sekitar membuatnya semakin nyaman.

'Srrekk-srreek'

Subin membuka matanya. Telinganya mendengar sesuatu yang tak biasa. Dia merasa di semak-semak, ada sesuatu yang mengganjal. Dia mencoba mendekati semak itu.

'Gluduk-gluduk'

Langit mengeluarkan suara alamnya. Menunjukkan kalau sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Terlihat langit mulai gelap, awan gelap bergulung-gulung di langit dihembus angin begitu cepat. hawa dingin mulai menusuk ke tulang-tulang.

"Siapa disana?!"

Dia ingin memeriksa. Tapi mengurungkan niatnya karena berpikir mungkin itu hanya tupai hutan.

Malam hari tiba. Hujan mengguyur membasahi bumi. Katak dan jangkrik mengeluarkan suara khas mereka, membuat suasana malam yang sangat familiar. Subin di dalam rumah, melakukan meditasi karena tidak ada kegiatan.

'Sial betulan hujan. Jika saja tidak hujan, aku bisa keluar untuk minum-minum.'

'Srrek-srrek'

Subin lepas dari meditasinya. Dia mendengar suara itu lagi.

'Itu lagi! Aku yakin, aku tidak salah.'

Subin bergegas menuju pintu dan membukanya. Namun dia terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Kau..."

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 24 Jalan keluar

    Balon transparan di sekitar Yohan mulai menghilang. Telinganya yang tadinya peka kini bisa kembali mendengar. Ia terbengong dengan situasi tersebut. Ada bagian yang ia lewatkan di antara pembicaraan mereka. "Pergilah!" pinta Raja. "Terima kasih Yang Mulia," ucap Julia sembaring menunduk, "Ayo Yohan," Yohan bangkit berdiri beranjak mengikuti Julia di belakang. Tapi sebelum ia meninggalkan ruangan itu. Kepalanya menoleh ke belakang melihat kembali Raja, meskipun di balik tatapannya ada maksud yang sulit di jelaskan. Ia tidak terlalu menampakkannya. Raja juga menatapnya, mata mereka saling bertemu, waktu yang berlalu memisahkan kedua tatapan tersebut. Yohan menghilang dari balik pintu. Dan hanya tersisa raja yang masih diam mematung di singgasananya. Tampak dari wajahnya perasaan campur aduk. Bahkan ia sendiri bingung harus berekspresi seperti apa. Pintu itu terbuka. Samira yang sedari tadi gelisah berdiri dekat jendela, dengan langkah kaki yang

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 23 Ayahku adalah Raja?!(2)

    Suara derapan langkah kaki yang datang dari balik pintu mengalihkan pandangan mereka. Terdengar suara wanita yang begitu khas mencampuri pembicaraan mereka."Itulah yang juga ingin kuketahui, Yang Mulia..." ucap Julia sembari berjalan mendekati mereka."Apa maksudmu?"Langkah kakinya berhenti tepat di samping Yohan. Matanya tegak lurus dan terlihat sangat tajam. Ia hanya diam berdiri menghadap raja. Ada sesuatu makna yang tersirat dari tatapan matanya. Melihat itu, Jhontany mengerti. Ada sesuatu yang secara rahasia ingin dibicarakan oleh Julia. Iapun segera memerintahkan dua orang wanita di belakangnya untuk pergi.Setelah memastikan ruangan tersebut hanya mereka bertiga, raja kembali melontarkan pertanyaannya, "Apa maksud dari pembicaraanmu?""Siapa nama Ayahmu, Yohan?!"Pertanyaan Julia kali ini terdengar seperti bertanya, namun sebenarnya ia ingin menyuruh Yohan untuk menyebutkan jawaban itu sendiri. Yohan yang semakin di sudu

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 22 Ayahku adalah Raja?!

    Kembali ke ruangan tamu, Yohan kini duduk bersama Julia dan Samira. Perasaan asing meliputi mereka. Melihat itu, Julia memperkenalkan mereka agar saling mengenal."Yohan, ini Samira. Salah satu Jendral Kerajaan Silahi. Dia juga dari keluarga Silalahi," Dengan canggung Yohan memperkenalkan dirinya, "Namaku Yohan Silalahi, senang bertemu dengan anda."Melihat kecanggungan Yohan, Samira berpaling pada Julia, ia sedikit kaget dengan sesuatu yang baru saja ia dengar."Julia, apa muridmu keluarga Silalahi?! Siapa orang tuanya?"Pertanyaan Samira juga sedikit membuat Julia kaget. Ia juga kembali bertanya-tanya siapa orang tuanya Yohan. Terlebih lagi ia tahu Yohan telah melihat Jhontany. Entah apa yang akan di jawab Yohan, ia merasa penasaran dengan itu."Itu juga yang ingin aku ketahui. Yohan, setelah melihat Raja, apa Raja Jhontany adalah Ayahmu?" tanya Julia dengan nada serius.Tatkala Yohan ragu menjawab pertanyaan itu, Sam

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 21 Keputusan

    Mata itu terus memelototi raja yang di hadapannya. Tak sekalipun berkedip walaupun disapu angin. Mulutnya yang sedikit terbuka karena kaget seketika juga ikut membeku. Waktu saat itu seakan-akan berhenti baginya. Jauh di dalam matanya, ia melihat kilasan-kilasan sebuah ingatan yang menggambarkan tentang ayahnya. Sikap ayahnya yang selalu acuh padanya, kilasan perdebatan mereka, ayahnya yang terus berjudi, mabuk, dan semua perasaan yang ia rasakan sebagai anaknya. Bahkan perasaan saat ia memutuskan pergi meninggalkan ayahnya. Ini semua ia rasakan dengan perasaan asing.'Apa itu?''Perasaan macam apa ini?''Ingatan siapa ini?''Apa itu aku?'Namun kali ini ia tak kehilangan kesadaran seperti sebelumnya. Dan rasa sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba juga tidak terlalu sakit. Ia masih bisa menahannya. Sama halnya dengan yang sebelumnya. Yohan sedikit demi sedikit mulai merasa semua ini pasti ada kaitannya dengan kehadirannya di dunia ini.Raja yang melihat Yohan terbelengu rantai di h

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 20 Pengadilan

    Di sebuah ruang tamu yang di sediakan Kerajaan, Julia duduk sembari meminum teh yang di sediakan untuknya. Ia di kawal oleh dua prajurit yang menunggunya di dekat pintu. Meski suasana tenang. Namun hawa yang dirasakan prajurit itu sungguh menegangkan. Bagi mereka, sangat sulit untuk bernafas seperti biasa. Terkadang, nafas mereka tertahan di kerongkongan. Jelas sangat bahwa Julia bukanlah orang sembarangan. Sehingga untuk di dekatnya saja sudah cukup untuk mendistorsi oksigen. Julia menyadari, kesulitan yang dirasakan prajurit tersebut. Namun dia enggan untuk berbicara pada mereka.Pintu terbuka, muncul seorang wanita cantik dari balik pintu. Seseorang yang memiliki kedudukan sehingga para prajurit memberi hormat padanya. Parasnya yang menawan di sambut Julia dengan senyuman manis."Samira..." ucap Julia sembari berdiri menyambut kedatangan orang yang di kenalnya."Julia... Apa kabar?!" tanya Samira menyambut Julia dengan pelukan. Pelukan hangat itu seakan melepas semua kerinduan mere

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 19 Bertemu Samuel(4)

    Yohan dan Leo masih berlarian di kejar para prajurit. Nafas mereka semakin berat karena terlalu banyak berlari. Langkah kaki yang tadi bisa berlari dengan cepat, kini lambat laun semakin melemah. Tubuh yang tadinya fit mulai terkuras dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan.Nafas mereka berdua sudah ngos-ngosan. Oksigen yang bisa di hirup semakin sedikit. Yohan memutar kepalanya ke belakang. Terlihat, para prajurit yang mengejar semakin bertambah. Bahkan diantara mereka bersenjata macam-macam dari pedang, tombak, dan juga panah. Tak di sangka, tampak para pemanah ternyata bersiap memanah mereka dari jauh. Mereka menarik busurnya sedalam mungkin, di ujung anak panah, terdapat elemental api yang di buat dari aura batin.Yohan menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap para prajurit. Tahu kalau teman berlarinya berhenti, Leo juga ikut berhenti."Kenapa berhenti?" tanyanya pada Yohan.Ia juga melihat kalau para prajurit yang mengejar semakin banyak. Dan pada dasarnya tahu kalau Yohan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status