Home / Fantasi / Raja Yang Sebenarnya / Bab 3. Alam Lain(2)

Share

Bab 3. Alam Lain(2)

Author: Him
last update Last Updated: 2022-12-25 10:55:01

Di bawah kaki Gunung, terdapat sebuah Gubuk kecil yang terlihat cukup nyaman untuk ditinggali. Di dalamnya, anak laki-laki yang terluka tadi berbaring di tempat tidur kasar yang terbuat dari bambu.

Kedua bola matanya sedikit—demi—sedikit terbuka hingga sempurna. Dia bangun. Memperhatikan sekelilingnya, menyadari badannya bertelanjang dada dan perutnya dibalut kain putih.

Sona yang lewat pintu kamar tak sengaja melihat anak laki-laki itu. Segera memanggil neneknya untuk segera datang.

Nenek yang mendengar suara Sona datang ke kamar dan melihat anak laki-laki itu. Anak laki-laki hanya berekspresi datar bingung menatap wajah mereka. Tergambar senyum di wajah nenek itu saat melihatnya baik-baik saja.

"Kamu tidak apa-apa Nak? apa perutmu masih sakit?" tanya nenek itu pelan menghampiri anak laki-laki itu.

"Nenek ini siapa?"

Anak itu bertanya balik tanpa mengindahkan pertanyaan si nenek.

"Nenek yang menyelamatkanmu dari Begu Ganjang!" jawab Sona sambil tersenyum.

Anak itu mulai mengingat kejadian sebelumnya. Dia paham kenapa bisa berada di sini. Nenek dan anak perempuan inilah yang telah menyelamatkannya dari makhluk mengerikan itu.

"Makhluk menyeramkan itu, namanya Begu Ganjang?"

"Benar!" jawab Sona.

Nenek yang masih belum mendengar jawaban bertanya lagi tentang nama anak itu.

"Yohan Nek," jawab Yohan singkat.

Nenek bertanya perihal mengapa Yohan bisa ada di dalam hutan itu. Itu adalah daerah terlarang. Banyak dedemit kuat yang bersemayam di sana. Dan untunglah, Yohan hanya bertemu dedemit sekelas Begu Ganjang. Yohan yang bingung tak tahu harus menjawab apa. Alih-alih mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

"Kasihan sekali kamu Nak, Orang tuamu tinggal di mana?" tanya nenek itu dengan suara iba.

Yohan yang polos hanya bisa menjawab seadanya, apa yang ia ketahui, tak lebih dan tak kurang.

"Tebing Tinggi Nek,"

"Tebing sebelah mana?" tanya nenek.

Pertanyaan nenek membuat Yohan paham kalau nenek itu tidak mengerti apa yang di maksud Yohan.

"Bukan Tebing Nek, tapi di Kota Tebing Tinggi," jelas Yohan yang mencoba menjelaskan kepada nenek.

Si nenek kebingungan mendengar jawaban Yohan. Tidak ada nama seperti itu di daerah ini. Apa mungkin Yohan berasal dari tempat yang sangat jauh?.

"Kota Tebing Tinggi? Nenek belum pernah dengar nama tempat itu,"

Tapi mengetahui hal itu sekarang bukanlah yang terpenting. Karena yang paling utama adalah Yohan harus sembuh dulu.

"Beginilah Nak, Kamu istirahat saja dulu. Kamu pasti lelah. Nanti Sona akan membawakanmu sarapan" ujar nenek pergi keluar kamar diikuti Sona.

Di dapur, nenek menyiapkan makanan dibantu Sona. Wajahnya kebingungan. Terlihat jelas dia berpikir tentang sesuatu.

"Bagaimana bisa dia siuman secepat ini dengan luka yang di terimanya. Walaupun sudah kuobati tetap saja" nenek mencoba menerangkan sesuatu yang tak masuk akal baginya. Itu sudah jelas, anak kecil yang di tusuk perut seharusnya sudah mati. Bahkan di sana tidak ada obat-obatan dan peralatan canggih.

"Benarkah Nek?" tanya Sona mendengar penjelasan neneknya.

Benar. Seharusnya Yohan masih tidur tiga sampai lima hari lagi, tidak ada orang yang bisa siuman begitu mendapat luka dalam seperti itu. Dia sangat beruntung. Sona menatap neneknya yang terus sibuk menyiapkan makanan.

"Entahlah, Nenek juga tidak yakin,"

Wanita itu menyerahkan makanan untuk di bawa Sona. Ia segera pergi masuk ke kamar. Yohan duduk terbaring di atas tempat tidur masih mencoba mengamati sekitarnya.

"Hey namamu Yohan bukan? apa perutmu tidak terasa sakit?" tanya Sona meletakkan makanan di atas meja kecil dekat tempat tidur.

"Ya masih," Yohan merasa canggung. Pipinya memerah, ia tidak biasa bicara berdua dengan seorang gadis. Sebaliknya Sona pun begitu. Mereka sepertinya tidak biasa bicara dengan lawan jenis. Tapi sayangnya bukan itu yang membuat mereka sama - sama canggung.

Itu hanya karena Yohan yang terlihat keren bagi Sona dengan luka seperti itu dan Sona yang terlihat menawan seperti wanita yang sulit di dekati. Namun Sona adalah orang yang periang dan terbuka. Sehingga dia bisa mengesampingkan rasa canggungnya.

"Biasanya orang yang sudah ditusuk seperti itu bakalan mati loh?!"

Sona mencoba bercanda untuk memecah kecanggungan Yohan. Dan ternyata candaannya berhasil membuat Yohan sedikit bergidik takut.

"Tapi Kamu sangat beruntung karena masih hidup. Oh iya namaku Sona Tambunan" ucap Sona sambil tersenyum. Ia sadar kalau sebuah nyawa itu sangat berharga.

"Ini buka mulutmu aaa" Pintanya seperti memaksa sambil menyuapkan makanan ke mulut Yohan. Yohan yang canggung membuka mulut perlahan.

"Hey Yohan, bagaimana kamu bisa berada di dalam hutan itu sendirian?" tanya Sona sambil menyuapkan makanan ke mulut Yohan.

"Aku tak tahu. Sebelumnya aku di tengah jalan raya, lalu Ayahku memanggilku. Aku langsung berjalan ke arahnya tapi tiba-tiba ada cahaya menabrakku dan aku tak sadarkan diri. Saat aku terbangun, aku sudah berada di hutan itu"

Reaksi Sona sangat bingung. Alis matanya sedikit mengernyit. Cerita Yohan yang tidak masuk akal seperti cerita anak kecil yang berkhayal membuatnya ingin tertawa.

"Hah?! Cerita seperti apa itu. Hahaha! Gak masuk akal sekali!" ujar Sona sambil menyuapkan makanan ke mulut Yohan.

"Itu benar! Aku tak bohong," kata Yohan mencoba meyakinkan Sona. Namun ia yang tak lagi menghiraukan ocehan Yohan, mengalihkan pembicaraan dengan hal lain.

Perlahan terdengar suara tetesan air di atap rumah itu. Dan semakin lama semakin jelas, itu adalah rintik-rintik hujan. Tiba-tiba suara nenek terdengar memanggil Sona.

"Sona! Tolong kemari bantu Nenek angkat jemuran. Datang hujan!!" ucap nenek teriak di belakang rumah.

Suara gerimis yang mulai terdengar membuat Sona bangkit.

"Iya Nek! Sona ke sana!" teriak Sona dengan sigap meletakkan mangkuk makanan ke atas meja.

"Yohan kamu makan sendiri ya. Aku mau bantuin Nenek" ucap Sona sembari bergegas pergi menuju belakang rumah. Yohan bingung dengan situasi itu. Hanya menghela nafas.

Hari telah larut malam. Suara jangkrik sangat terdengar jelas di daerah pegunungan. Yohan masih terbaring di atas tempat tidur kasar yang terbuat dari bambu. Sementara nenek dan Sona tidur di kamar sebelah.

'Aku sedikit demi sedikit mulai paham. Kenapa aku berada di sini. Sepertinya ini bukan tempatku tinggal.'

'Tidak ada mobil, tidak ada motor, tidak ada jalan tol, bagaimana ini.'

Yohan berpikir dalam hati. Mencoba mengenali situasinya saat ini. Tapi Yohan sekarang hanyalah anak kecil yang polos. Ingatannya yang terhapus membuatnya lupa akan jati dirinya.

'Aku tak bisa terus berada di sini. Aku harus pulang.'

Yohan bergegas bangun dari tempat tidur. Keluar dari kamar. Memperhatikan seluruh isi ruangan. Di kamar sebelah nenek dan Sona tertidur pulas.

'Chik'

Rasa sakit di perutnya masih terasa walaupun tak separah sebelumnya.

Pagi yang cerah. Suara burung-burung berkicauan terdengar jelas di pohon-pohon dekat gubuk. Sona bangun karena kicauan burung-burung itu. Bergegas bangun berjalan ke kamar mandi. Namun saat ke kamar mandi ia melewati kamar Yohan. Dia merasa aneh saat melewati kamar itu. Sona berjalan mundur untuk melihat kamar Yohan.

"Haaaah?!"

Sona sangat terkejut. Ia masuk ke kamar dan melihat seluruh ruangan. Matanya memperhatikan ke sana kemari seperti mencari sesuatu.

"Nenek!" teriak Sona yang langsung membangunkan neneknya. Ia bergegas berjalan ke arah suara Sona. Perasaan neneknya yang kebingungan membuat ia semakin mempercepat langkahnya menemui Sona.

"Ada apa?"

Mata sona yang ketakutan menatap neneknya yang baru datang.

"Y-yohan Nek. Yohan tidak ada!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 24 Jalan keluar

    Balon transparan di sekitar Yohan mulai menghilang. Telinganya yang tadinya peka kini bisa kembali mendengar. Ia terbengong dengan situasi tersebut. Ada bagian yang ia lewatkan di antara pembicaraan mereka. "Pergilah!" pinta Raja. "Terima kasih Yang Mulia," ucap Julia sembaring menunduk, "Ayo Yohan," Yohan bangkit berdiri beranjak mengikuti Julia di belakang. Tapi sebelum ia meninggalkan ruangan itu. Kepalanya menoleh ke belakang melihat kembali Raja, meskipun di balik tatapannya ada maksud yang sulit di jelaskan. Ia tidak terlalu menampakkannya. Raja juga menatapnya, mata mereka saling bertemu, waktu yang berlalu memisahkan kedua tatapan tersebut. Yohan menghilang dari balik pintu. Dan hanya tersisa raja yang masih diam mematung di singgasananya. Tampak dari wajahnya perasaan campur aduk. Bahkan ia sendiri bingung harus berekspresi seperti apa. Pintu itu terbuka. Samira yang sedari tadi gelisah berdiri dekat jendela, dengan langkah kaki yang

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 23 Ayahku adalah Raja?!(2)

    Suara derapan langkah kaki yang datang dari balik pintu mengalihkan pandangan mereka. Terdengar suara wanita yang begitu khas mencampuri pembicaraan mereka."Itulah yang juga ingin kuketahui, Yang Mulia..." ucap Julia sembari berjalan mendekati mereka."Apa maksudmu?"Langkah kakinya berhenti tepat di samping Yohan. Matanya tegak lurus dan terlihat sangat tajam. Ia hanya diam berdiri menghadap raja. Ada sesuatu makna yang tersirat dari tatapan matanya. Melihat itu, Jhontany mengerti. Ada sesuatu yang secara rahasia ingin dibicarakan oleh Julia. Iapun segera memerintahkan dua orang wanita di belakangnya untuk pergi.Setelah memastikan ruangan tersebut hanya mereka bertiga, raja kembali melontarkan pertanyaannya, "Apa maksud dari pembicaraanmu?""Siapa nama Ayahmu, Yohan?!"Pertanyaan Julia kali ini terdengar seperti bertanya, namun sebenarnya ia ingin menyuruh Yohan untuk menyebutkan jawaban itu sendiri. Yohan yang semakin di sudu

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 22 Ayahku adalah Raja?!

    Kembali ke ruangan tamu, Yohan kini duduk bersama Julia dan Samira. Perasaan asing meliputi mereka. Melihat itu, Julia memperkenalkan mereka agar saling mengenal."Yohan, ini Samira. Salah satu Jendral Kerajaan Silahi. Dia juga dari keluarga Silalahi," Dengan canggung Yohan memperkenalkan dirinya, "Namaku Yohan Silalahi, senang bertemu dengan anda."Melihat kecanggungan Yohan, Samira berpaling pada Julia, ia sedikit kaget dengan sesuatu yang baru saja ia dengar."Julia, apa muridmu keluarga Silalahi?! Siapa orang tuanya?"Pertanyaan Samira juga sedikit membuat Julia kaget. Ia juga kembali bertanya-tanya siapa orang tuanya Yohan. Terlebih lagi ia tahu Yohan telah melihat Jhontany. Entah apa yang akan di jawab Yohan, ia merasa penasaran dengan itu."Itu juga yang ingin aku ketahui. Yohan, setelah melihat Raja, apa Raja Jhontany adalah Ayahmu?" tanya Julia dengan nada serius.Tatkala Yohan ragu menjawab pertanyaan itu, Sam

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 21 Keputusan

    Mata itu terus memelototi raja yang di hadapannya. Tak sekalipun berkedip walaupun disapu angin. Mulutnya yang sedikit terbuka karena kaget seketika juga ikut membeku. Waktu saat itu seakan-akan berhenti baginya. Jauh di dalam matanya, ia melihat kilasan-kilasan sebuah ingatan yang menggambarkan tentang ayahnya. Sikap ayahnya yang selalu acuh padanya, kilasan perdebatan mereka, ayahnya yang terus berjudi, mabuk, dan semua perasaan yang ia rasakan sebagai anaknya. Bahkan perasaan saat ia memutuskan pergi meninggalkan ayahnya. Ini semua ia rasakan dengan perasaan asing.'Apa itu?''Perasaan macam apa ini?''Ingatan siapa ini?''Apa itu aku?'Namun kali ini ia tak kehilangan kesadaran seperti sebelumnya. Dan rasa sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba juga tidak terlalu sakit. Ia masih bisa menahannya. Sama halnya dengan yang sebelumnya. Yohan sedikit demi sedikit mulai merasa semua ini pasti ada kaitannya dengan kehadirannya di dunia ini.Raja yang melihat Yohan terbelengu rantai di h

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 20 Pengadilan

    Di sebuah ruang tamu yang di sediakan Kerajaan, Julia duduk sembari meminum teh yang di sediakan untuknya. Ia di kawal oleh dua prajurit yang menunggunya di dekat pintu. Meski suasana tenang. Namun hawa yang dirasakan prajurit itu sungguh menegangkan. Bagi mereka, sangat sulit untuk bernafas seperti biasa. Terkadang, nafas mereka tertahan di kerongkongan. Jelas sangat bahwa Julia bukanlah orang sembarangan. Sehingga untuk di dekatnya saja sudah cukup untuk mendistorsi oksigen. Julia menyadari, kesulitan yang dirasakan prajurit tersebut. Namun dia enggan untuk berbicara pada mereka.Pintu terbuka, muncul seorang wanita cantik dari balik pintu. Seseorang yang memiliki kedudukan sehingga para prajurit memberi hormat padanya. Parasnya yang menawan di sambut Julia dengan senyuman manis."Samira..." ucap Julia sembari berdiri menyambut kedatangan orang yang di kenalnya."Julia... Apa kabar?!" tanya Samira menyambut Julia dengan pelukan. Pelukan hangat itu seakan melepas semua kerinduan mere

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 19 Bertemu Samuel(4)

    Yohan dan Leo masih berlarian di kejar para prajurit. Nafas mereka semakin berat karena terlalu banyak berlari. Langkah kaki yang tadi bisa berlari dengan cepat, kini lambat laun semakin melemah. Tubuh yang tadinya fit mulai terkuras dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan.Nafas mereka berdua sudah ngos-ngosan. Oksigen yang bisa di hirup semakin sedikit. Yohan memutar kepalanya ke belakang. Terlihat, para prajurit yang mengejar semakin bertambah. Bahkan diantara mereka bersenjata macam-macam dari pedang, tombak, dan juga panah. Tak di sangka, tampak para pemanah ternyata bersiap memanah mereka dari jauh. Mereka menarik busurnya sedalam mungkin, di ujung anak panah, terdapat elemental api yang di buat dari aura batin.Yohan menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap para prajurit. Tahu kalau teman berlarinya berhenti, Leo juga ikut berhenti."Kenapa berhenti?" tanyanya pada Yohan.Ia juga melihat kalau para prajurit yang mengejar semakin banyak. Dan pada dasarnya tahu kalau Yohan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status