Ketika Orion Black berhasil menyelesaikan permainan maut “Infinity Abyss” yang telah menjebaknya selama ratusan tahun, dia mengutarakan permintaannya untuk kembali ke dunia asalnya. Sayangnya, Orion malah berpindah ke sebuah dunia asing yang sama sekali tidak dikenalnya dan pada waktu yang salah pula. Orion menemukan dirinya terbangun di atas tumpukan mayat yang termutilasi di sebuah hutan misterius. Di sana dia melihat pemandangan penuh horor, di mana ada sekelompok manusia serigala yang ingin menjadikannya camilan di tengah malam Orion berpikir dirinya pasti salah posisi ketika mengutarakan permintaannya untuk keluar dari “Infinity Abyss” yang telah menjebaknya. Setelah membereskan kekacauan di tempat itu —mengeliminasi manusia serigala— dan keluar dari sana, Orion yang tiba-tiba mendapatkan ingatannya pun mulai merasa panik. Orion hanya ingin kembali ke dunia asalnya yang damai untuk pensiun dan hidup tenang malah tersesat di sebuah dunia parallel bernama Bintang Biru. Dan yang lebih mencengangkan lagi, Orion melihat banyak monster yang mirip seperti monster di “Infinity Abyss” berkeliaran di dunia itu dan superpower bisa terlihat di mana-mana. Awalnya Orion ingin menghiraukan semua itu dan bertekad menjadi orang biasa yang dilupakan oleh dunia. Sayangnya, keinginan Orion itu tidak lebih dari sebuah mimpi belaka. Karena tanpa sepengetahuannya, Orion malah terseret dalam pusaran konspirasi yang telah berlangsung seratus tahun lalu lamanya dan mengakibatkan dunia menjadi penuh akan bahaya seperti sekarang. Kehancuran Bintang Biru hanya menunggu waktu saja, terutama setelah monster purba dari kerak abyss merangkak masuk ke dunia baru tersebut.
View More“AAAOOOOO…”
Lolongan panjang terdengar di sana. Suaranya melengking dan juga keras, begitu memekakkan telinga serta memecahkan kesunyian di tengah malam. Suara gemerisik dari dahan pohon yang bergoyang ikut terdengar, bau anyir darah yang pekat juga menambah rasa seram dan membuat bulu kuduk siapapun bisa berdiri karena ngeri.
Pemandangan itu mirip seperti pemandangan horor yang mencekam.
“AAHH…. TOLONG…! JANGAN BUNUH DIRIKU…!” Seorang laki-laki yang tubuhnya bersimbah darah memohon untuk tidak dibunuh. Wajah pria itu pucat pasi, darah yang mengucur hebat dari kening membasahi area pipi kanannya. Ia kehilangan banyak darah, akan tetapi karena keinginannya untuk tetap hidup membuat pria itu terus bergerak, menjauh dari bahaya yang ada di depan mata.
Sang pria terus merayap, kaki kanannya yang putus memaksanya untuk bergerak menggunakan kedua tangan. Ia mencoba untuk pergi menjauh, membuat jarak dirinya dengan bahaya yang mengancam itu bertambah jauh. Pergerakan sang pria terbatas, kedua matanya terbelalak lebar, mulutnya yang terbuka dan menutup untuk mendapatkan pasokan oksigen pun kini ikut ternganga.
Seraya merayap mundur dengan kedua sikunya, sang pria beberapa kali menatap ke depan, ke arah monster berambut lebat dan bertubuh tinggi yang tengah membelakangi cahaya rembulan di belakang sana. Monster itu tinggi dan besar —hampir tiga meter tingginya. Kedua telinga besarnya berdiri tegak di atas kepala itu bergerak-gerak sesaat mengamati pergerakan sang pria, lalu mulut di bawah moncong besarnya terbuka lebar, memperlihatkan dua deret gigi bertaring yang sangat mengerikan.
“AAAOOO…!!!” Si manusia serigala menengadahkan kepalanya ke atas. Dia membuka lebar mulutnya, lalu melolong sekeras-kerasnya.
“AAAAOOOOO!!!!”
“AAAOOO…”
“AAAAOOOOO!!!”
Sambutan demi sambutan pun menggelegar di sana. Lolongan dari manusia serigala yang mengarah ke bulan disambut oleh lolongan dari manusia serigala lainnya. Pesta berdarah yang dikuasai oleh kengerian pun dimulai, dan sang pria yang merangkak penuh ketakutan pun menjadi satu-satunya saksi biksu yang masih hidup di tempat itu.
“AAAKKHH!!!” teriak sang pria penuh kesakitan. Ia menurunkan matanya, di sana ia melihat empat cakar besar yang tajam menusuk dadanya dari belakang sampai tembus ke depan. Rasa sakit menghantamnya dengan kekuatan penuh. Kedua matanya terbelalak lebar, dan si pria membawa kedua tangannya yang bergetar untuk menyentuh area luka besar yang ada di dadanya.
Darah segar menyembur hebat dari luka yang menganga di dada. Sang pria juga memuntahkan darah dari mulutnya. Kedua mata pria itu berkunang-kunang sekaligus kabur, dan napas terakhirnya pun menghilang kala cakar tajam yang menusuknya dari belakang ditarik dari tubuhnya. Tidak lama kemudian, manusia serigala yang menyerang pria itu langsung menggigit lehernya, mengoyak daging dan kulit dengan brutal, lalu melahapnya. Begitu rakus. Sangat menakutkan.
BRUK…
Tubuh itu jatuh menghantam tanah karena tidak ada yang menopangnya, tepat di antara mayat-mayat yang termutilasi dan tergeletak di atas tanah hutan. Manusia serigala yang berjumlah lebih dari sepuluh orang pun menikmati aroma darah dan daging besar dari manusia yang mereka bantai. Mereka kembali melolong ke udara, menyerukan kegembiraan karena ‘pesta’ yang terjadi di sana.
“AAAAOOOOO!!!”
Pemandangan seram itu adalah apa yang Orion lihat ketika ia membuka matanya untuk yang pertama kalinya. Dia berdesis, menahan rasa sakit luar biasa yang dirasakannya. Sebelum Orion bisa mengetahui apa yang terjadi di tempat itu, tubuhnya yang sudah terluka parah kini mulai merasakan lemah dan membuatnya hampir melayang serta kehilangan kesadaran.
Mata Orion menggelap, ia ingin pingsan karena tubuhnya yang kehilangan banyak darah. Akan tetapi, instingnya untuk bertahan hidup yang telah terasah oleh marabahaya pun memaksanya untuk tetap terjaga. Dengan bersusah payah Orion bangkit dari posisi tidurannya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mengedarkan pandangannya untuk melihat ada di mana dirinya berada sekarang ini.
Pepohonan besar tumbuh tinggi menjulang ke atas, dedaunannya yang tumbuh di dahan pohon-pohon itu sangat rindang, menutupi langit di atas sana sampai membuat Orion kesulitan untuk melihat apakah sekarang ini siang atau malam. Di sana Orion melihat ada banyak tubuh manusia tergeletak di atas lantai hutan sampai area altar tempatnya berada. Warna merah darah menjadi warna dominan dan membentuk genangan yang menyeramkan, aroma darah yang anyir mendominasi area itu.
Pemandangan yang tersaji di depan matanya sangat menyeramkan, mampu membuat bulu kuduk orang yang melihatnya berdiri hebat. Sayangnya, ekspresi Orion tidak berubah sedikit pun ketika ia menemukan dirinya berbaring di antara para mayat yang termutilasi. Dia masih tenang, bahkan keningnya juga tidak berkerut ngeri, serta kedua matanya masih mengisyaratkan kekaleman seperti apa yang tersaji di sana bukanlah hal yang menyeramkan.
Dengan tubuh yang telah mencapai batas karena luka parah yang dideritanya, Orion pun beringsut ke samping, menghindari serangan telak yang berasal dari depan. Setelah itu Orion berguling beberapa kali dan kemudian menggunakan satu lutut untuk bertumpu setelah berhenti. Orion melihat seekor manusia serigala yang berbulu lebat rupanya menyadari kalau dirinya tidak mati, sang manusia serigala yang murka itu pun langsung menyerang Orion dengan mengibaskan cakaran tajam tangannya pada pemuda itu. Beruntung sekali Orion yang memiliki insting tajam bisa menghindar, sehingga dia bisa selamat dari serangan tersebut.
“Wow, kalau aku tidak segera menghindar pastinya aku sudah menjadi daging cincang di tanganmu,” ungkap Orion. Lidahnya berdecak kecil, mencemooh sang manusia serigala yang barusan gagal mengeksekusi dirinya. Meskipun tubuhnya begitu lemah, Orion masih memiliki energi untuk mengatakan hal itu.
Tahu kalau Orion tengah mengolok-olok kegagalannya, si manusia serigala yang tubuhnya diselimuti oleh rambut keabu-abuan itu menggeretakkan gigi-gigi besarnya. Ia menggeram. Seraya bertumpu pada kedua lutut besarnya, si manusia serigala pun melompat tinggi. Dia begitu cepat, dua tangannya dengan kuku-kuku tajam mengarah pada Orion, siap mencabik tubuh pemuda itu tanpa ampun.
Kurang dari satu detik kemudian, si manusia serigala sudah berada di atas Orion, dia akan menerkam tubuh ringkih Orion.
Orion meludahkan darah yang menggumpal dalam mulut. Dia mengambil sebuah belati perak dari ruang kosong yang tak kasat mata. Dengan belati perak di tangan, Orion menghalau serangan tajam manusia serigala yang dilayangkan padanya. Meskipun tubuh Orion jauh lebih kecil bila dibandingkan ukuran si manusia serigala, pemuda itu terlihat tidak kesulitan ketika menahan serangan yang diberikan padanya, terutama dengan tubuhnya yang bisa dikatakan tidak fit karena luka berat yang dimilikinya.
Ketika serangan mereka bertemu, Orion tidak membuang banyak waktu untuk mendorong musuhnya menggunakan belati —mengibaskan si manusia serigala darinya.
Detik berikutnya, Orion bergerak begitu cepat dan cekatan. Ia muncul di belakang tubuh besar si manusia serigala lalu menebas leher monster itu menggunakan belati perak di tangannya. Begitu tebasan itu dilayangkan, tubuh dan kepala manusia serigala terpisah. Darah segar dalam jumlah banyak muncrat ke udara, Orion melompat di udara sebelum mendarat beberapa meter dari manusia serigala yang dibunuhnya.
BUAGH…
Suara tubuh besar yang terjatuh terdengar cukup keras. Suara itu dan juga aroma darah yang pekat di udara menarik perhatian manusia serigala lainnya yang ada di tempat itu.
“Grrrr…. AAAAOOOOO!!!” Manusia serigala terdekat dengan tempat Orion bergegas berlari ke arahnya, ia geram karena melihat anggota klannya terbunuh di tangan ‘binatang berkaki dua’ —manusia— rendahan seperti Orion.
Orion melesat ke belakang, ia menghindari serangan yang dilayangkan bertubi-tubi oleh si manusia serigala kedua. Setelah menghindari serangan untuk kedua kalinya, Orion menendang sisi samping tubuh si manusia serigala. Tendangan yang terlihat lemah namun memiliki kekuatan yang besar itu membuat si manusia serigala terpental sejauh empat meter dari Orion.
Pemuda itu menoleh ke samping. Dua manusia serigala lainnya yang bertubuh besar menyerangnya dari dua arah yang berlawanan secara bersamaan. Orion mengendikkan kedua bahu, lalu sosoknya menghilang dari kepungan dua manusia serigala. Orion melesat ke udara, dengan kecepatan yang tinggi dan sukar untuk dilihat oleh mata telanjang, dengan cepat ia kembali memenggal kepala kedua manusia serigala sebelum mendarat di atas dahan pohon yang besar dan kokoh tidak jauh dari sana.
“Monster di sini tidak terlalu kuat, namun anehnya mereka bisa membunuh banyak orang termasuk pemilik tubuh ini,” gumam Orion. Ia melihat ke bawah, matanya yang begitu tenang sibuk mengawasi pergerakan monster yang ada di bawah sana.
“Apa orang-orang yang tinggal di tempat ini sangat lemah?” tanyanya lagi kepada diri sendiri.
Termasuk tiga manusia serigala yang berhasil ia bunuh tadi, Orion menghitung jumlah monster yang ada di tempat ini tidak lebih dari sepuluh banyaknya. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, ia menggunakan persepsi untuk menyembunyikan keberadaannya agar tidak dideteksi oleh kawanan manusia serigala yang ada di bawah sana.
“Open.”
Begitu kalimat itu meluncur dari mulutnya, sebuah layar dengan garis biru di tepiannya muncul di hadapan Orion. Layar virtual itu memiliki nama “System: Infinity Abyss”. Nama itu tidak terdengar asing bagi pemain Infinity Abyss seperti Orion. Hanya mereka yang terhubung dengan sistemnya lah yang bisa melihat layar masing-masing.
“Sistemku anehnya masih bekerja, padahal aku ingat sebelum meninggalkan Paradis aku sudah menghancurkan otak utama dari sistem ini,” gumam Orion kepada dirinya sendiri.
Mata Orion menelisik apa yang terpasang di layar virtual di depannya. Di sana terdapat empat bagian yang bisa diseleksi, mereka adalah: ruang portabel, sistem mall, sistem trading, dan forum.
Dan di bagian paling bawah layar tertera jumlah poin yang Orion miliki adalah 9999999999+, poin itu sama persis dengan jumlah poin yang Orion miliki ketika dia berada di Paradis. Terutama setelah Orion berhasil keluar sebagai pemenang, ia mendapatkan banyak poin tambahan yang kini terakumulasi menjadi satu dengan poin sebelumnya.
Apabila Orion kembali ke Paradis, ia akan menjadi orang terkaya dalam permainan Infinity Abyss dengan jumlah poin sebanyak itu dalam genggamannya. Dan pemain lainnya tentu akan merasa iri dengannya.
“Ada yang berbeda dari sistem ini. Di sini tidak ada informasi umum dan langsung mengarah pada sistem mall,” gumam Orion lagi. Jarinya mengarah pada ruang portabel, di sana terdapat berbagai macam barang serta senjata yang Orion miliki dan tersimpan rapi pada sistem virtual tersebut.
Lalu Orion mengeklik sistem mall di samping ruang portabel. Dalam sistem mall itu Orion melihat ada berbagai macam barang yang dijual di sana, mulai dari barang sederhana seperti makanan, pakaian, sampai mata uang dari berbagai negara yang belum pernah Orion lihat sebelumnya. Di sistem mall juga menjual barang-barang bernilai tinggi seperti ramuan khusus, batu rune, senjata dalam kelas E sampai legendaris dan mistik, serta masih banyak lagi. Asalkan memiliki poin, mereka bisa membeli barang apapun dalam sistem mall.
Beruntungnya semua harga yang tertera pada barang di sistem mall masih berada dalam rentang harga yang bisa Orion beli menggunakan poin.
Orion mengarahkan jarinya pada sistem trading yang ada di bagian paling bawah. Di area sistem trading Orion tidak melihat apapun di sana, layar virtualnya masih bersih dan kosong.
“AAAAOOOOO!!!!” Lolongan super keras dari kawanan manusia serigala kembali terdengar. Suaranya menyebar ke seluruh penjuru area hutan, memaksa perhatian Orion yang ingin melihat area forum pada layar virtual sistemnya untuk kembali mengarah pada kawanan monster tersebut.
“Mempelajari sistem ini bisa dilakukan nanti. Yang terpenting sekarang adalah mengeliminasi monster di tempat ini.”
Tanpa melihat ke arah layar, jari tangan Orion mengarah pada sistem mall dan ia membeli dua botol ramuan penyembuh seharga dua poin per botolnya. Tubuh yang Orion gunakan bukanlah tubuhnya sendiri, dia tidak melihat ada kemampuan regenerasi cepat dalam tubuh ini, sehingga Orion membutuhkan ramuan penyembuh untuk membuat semua luka di tubuhnya sembuh sebelum ia menghadapi sisa monster yang ada di bawah sana.
Drap… drap… drap…Hentakan langkah kaki berat terdengar dari kejauhan. Suaranya memberikan petunjuk kalau si pemilik langkah kaki tengah bergerak cepat dan jumlahnya pun juga lebih dari satu individual yang datang. Seiring waktu berjalan, suara hentakan itu semakin bertambah keras, artinya makhluk yang tengah mengincar Leo dan Orion tengah mendekat dengan kecepatan tinggi.Leo mengeratkan pegangannya pada tongkat sihir. Peluhnya yang menetes dari kening mulai turun ke pipi, sesekali kepalanya bergerak dengan sepasang mata awas yang tidak pernah menurunkan penjagaannya. Sang Hunter kelihatan sekali sangat tegang dari gestur tubuh yang dimilikinya. Ibaratnya sebuah anak panah yang telah dipasangkan pada busur panahan, ia siap menyerang ketika sesuatu yang keluar dari persembunyiannya itu menampakkan dirinya.Berbeda dengan sikap Leo yang begitu was-was. Kedua bahu Orion turun sesaat dengan satu tangan tersimpan dalam saku celana. Wajah tampan pemuda itu tidak menunjukkan sedikit pun ras
Gedung-gedung terabaikan tampak usang, banyak kerusakan terjadi di mana-mana, bahkan tidak jarang beberapa di antaranya tinggal menjadi puing-puing belaka yang mirip seperti bangunan habis dibom. Jalan raya yang seharusnya menjadi lajur utama pun juga memiliki banyak bebatuan sisa bangunan maupun lubang-lubang besar menganga di sana-sini. Di pinggir jalan juga sesekali terlihat sisa kendaraan seperti motor dan mobil yang rusak.Dungeon pop-out yang muncul dalam terowongan kereta api memiliki panorama sebuah kota metropolitan, namun kini kota besar itu tidak lebih dari sebuah kota hancur yang dihuni oleh banyak monster.Selama satu jam Orion dan Leo menelusuri kota dalam dungeon, kekuatan mental Orion mendeteksi banyak monster tinggal dalam dungeon ini. Beberapa di antaranya tengah berhibernasi, dan sedikit dari mereka yang tengah aktif seperti beberapa monster yang terbang di atas sana. Orion membantu Leo untuk menghindari monster ganas yang kemungkinan besar memiliki level S atau leb
Tidak hanya warga sipil yang terkejut dan tidak dapat memberikan reaksi setelahnya, bahkan dua Hunter yang menganggap Orion sebagai orang tenang pun tidak bisa mengucapkan sepatah kata untuk menanggapi. Lebih dari itu, banyak dari mereka membelalakkan mata dengan mulut ternganga lebar—hening pun kemudian menyapa, tidak ada satu patah kata apapun keluar dari mereka untuk mendeskripsikan apa yang mereka rasakan.Mayoritas dari orang-orang itu terkejut bukan main, sesekali mereka melirik ke arah Orion yang masih berdiri dengan tenang—seolah-olah bukanlah dirinya yang menyebabkan situasi aneh ini—dan kemudian bergantian pada pria paruh baya yang masih terduduk dengan dua mata terbuka lebar. Mereka menemukan wajah si pria pucat pasi, bahkan lidahnya pun kelu sampai dia tidak menyuarakan protes sedikit pun setelah ditendang oleh Orion.Aura yang keluar dari tubuh si pemuda sangat kuat.Saat Orion melirik ke arah mereka, orang-orang pun tanpa sadar me
Orion berjalan mendekati kerumunan di depannya. Semakin dia mendekat, semakin terasa ketegangan yang terjadi di sana—terutama dengan sosok pria paruh baya yang mengenakan kaos dan celana training olahraga kotor. Ekspresi pria paruh baya itu begitu jelek, ada iritasi terpampang jelas di kedua matanya, seolah-olah dia tidak terima akan sebuah hal. Orion tidak mengenal siapa pria ini, namun sosok sang pria cukup terbekas dalam ingatannya akibat tatapan penuh kebencian yang Orion terima dari pria itu beberapa saat lalu.‘Kelihatannya dia merupakan provokator utama di tempat ini, entah apa yang sebenarnya ia inginkan.’ Berdiri di barisan paling belakang, Orion tidak memaksakan diri untuk maju ke depan. Dengan tinggi tubuhnya yang di atas rata-rata itu, Orion bisa melihat apa yang terjadi di sana dari tempatnya berdiri. Namun, karena dia tidak tahu duduk permasalahan yang sebenarnya akibat baru saja datang saat konflik telah terjadi, Orion yang be
Aura pedang berwarna perak melesat ke arah bunga raksasa yang tumbuh di salah satu dahan milik monster. Bunga itu memiliki mahkota warna putih bersih dengan bagian pusatnya berwarna keemasan, untuk sesaat bunga itu akan tampak cantik dan berharga andai saja bukan karena ukurannya berdiameter hampir tujuh meter. Tidak hanya ukurannya saja yang sangat besar, namun area tangkai serta sepanjang pohon yang menopang bunga itu ditumbuhi oleh banyak mata yang masih terpejam.Saat luapan Mana mematikan dari aura pedang mendekat, banyak pasang mata di sekitar bunga terbuka bersamaan. Mereka merasakan tanda bahaya yang bisa mengancam nyawa.Pemandangan di mana banyak pasang mata menatapmu cukup membuat bulu roma siapa saja akan menegang, hal itu sangat mengerikan.Aura pedang perak dari Orion sangat kuat, bahkan aura pedangnya bisa menebas beberapa dahan yang ingin menghalangi aura pedang tersebut datang mendekat. Akibatnya, dahan-dahan yang dijadikan tameng langsung terpo
Pertarungan antara Benjamin dan monster burung yang disebut sebagai Ulamia berlangsung sengit. Kekuatan Benjamin mengimbangi monster burung, menghalau monster burung untuk tidak datang semakin dekat ke arah gedung di mana yang lainnya tengah bersembunyi. Berdiri tidak jauh dari lokasi pertarungan, Orion melihat bagaimana Benjamin melawan Ulamia dalam diam. Matanya mengawasi setiap gerakan, serangan, dan juga pertahanan dari kedua makhluk yang tengah bertarung di depannya.Setelah memastikan Benjamin tidak kewalahan saat melawan monster burung bersayap empat sendirian, Orion beranjak dari tempat berdirinya dan masuk ke dalam gedung untuk memanggil Leo. Walaupun pemuda itu sebenarnya bisa membantu Benjamin, atau bahkan membunuh Ulamia sendirian dengan mudah, Orion yang memegang prinsip untuk tinggal low key tidak melakukan hal itu.Di tempat itu ada Benjamin dan Leo. Dua Hunter kelas A sudah cukup untuk membantu mereka semua keluar dari dungeon pop-out ini, sehingga tenaga Orion tidak d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments