KISAH DAVINA DAN LUKAS YANG MEMILIKI KESAMAAN BERSAMA
Davina pun menoleh, wajahnya nampak terkejut. Dia tak menyangka akan melihat Lukas sekarang sudah ada di hadapannya. Dia pun segera berdiri dari kursi dan berjalan mendekati Lukas."Kapan kau datang, Tuan Lukas?" tanya Davina."Mengapa kau tidak mengetuk pintu atau sekedar mengucapkan salam?" sambungnya."Apa yang kau pikirkan sampai harus minum wine sendirian? Apakah ada sesatu yang terjadi saat aku tak di sini?" tanya Lukas. Davina pun menggelengkan kepalanya."Tidak. Aku menunggumu sampai melamun dan tak menyadari kehadiranmu, Tuan Lukas. Menurutmu apakah ada masalah lain dan sangat berat bagiku setelah menikah denganmu, Tuan Lukas? Hanya satu masalah itu, yaitu kekhawatiran dan kecemasanku padamu," kata Davina."Baru saja aku datang, Davina. Terimakasih ya, terimakasih kau sudah mencemasknku. Aku senang kau ternyata memikirkan aku. Oh ya, sepertinya kau suka hujan ya? Aku lihat kau menikmati minuman sKENANGAN DI BAWAH GUYURAN HUJAN."Itu sebabnya kau membenci hujan, Tuan Lukas," gumam Davina. Lukas menganggukkan kepalanya."Mengingatkan pada hari itu dan itu juga yang membuatku mengatakan bahwa hujan identik dengan kenangan yang buruk. Bukan kenangan yang indah," lanjut Lukas.Mendengar semua pernyataan itu membuat Davina terenyuh, ternyata kehidupan ini tidak hanya jahat kepadanya saja. Lukas yang terlihat sangat sempurna, bergelimang harta, dan kemewahan. Ternyata memiliki sisi melankolis juga, ternyata kehidupan Lukas juga tidak lebih baik dari kehidupannya, hanya saja mungkin dari segi harta yang membedakannya Lukas terlahir dari seorang keluarga konglomerat. Meskipun kedua orang tuanya menikah tanpa direstui, tapi dia bisa sangat bersyukur karena dapat kembali ke keluarga kaya. Sedangkan dirinya bahkan sampai detik ini pun dia tak tahu siapa keluarganya sebenarnya. Davina menatap Lukas dengan tajam kemudian dia menyentuh tangan Lukas dengan lembut dan men
DAVINAKU YANG MALANG "Baiklah kalau begitu aku pesan yang sama denganmu saja, Tuan Lukas. Aku tidak ingin minum coklat. Aku ingin terus sehat dan bisa mendampingimu," kata Davina. Lukas menoleh dan memandang ke arah Davina. Sungguh dia tak menyangka wanita di sampingnya ini dengan mudah mengatakan hal itu. Wajah Lukas memerah, ada perasaan hangat yang mengalir dalam tubuhnya."Tuan Lukas," panggil Davina."Hah?" sahut Lukas."Kau kenapa diam saja? Wajahmu memerah Tuan Lukas, apakah kau kedinginan?" tanya Davina."Ck, tidak. Aku memang memiliki kulit putih saja, sehingga jika kena dingin akan memerah. Sudah jangan bahas ini lagi. Pesanlah coklat tadi," perintah Lukas."Tidak, aku ingin minuman sepertimu, Tuan Lukas," tolak Davina."Kau ini seperti anak kecil saja, tetaplah pesan coklat panas," tegas Lukas."Kenapa?" "Kalau kita memesan sesuatu yang berbeda maka kita bisa berbagi. Kita bisa menjawab saling mencoba keduanya, daripada kita pes
JATUH SAKIT DAN DI RAWAT LUKAS"Apakah kau merasa sakit? Bagian mana yang sakit, Davina?" tanya Lukas panik."Davinaku yang malang," sambungnya."Tenanglah, Tuan Lukas. Aku tidak akan mati," jawab Davina mencoba tertawa lirih saat mendengar Lukas berbicara di sampingnya."Ck! Kau ini, apa kau punya energi untuk tertawa seperti itu? Aku benar-benar khawatir padamu, Davina. Ini pertama kalinya aku merawat orang sakit dan itu adalah dirimu, seorang wanita. Jadi aku tidak bisa tahu bagaimana cara melakukan yang benar,"omel Lukas sambil memeriksa suhu badan Davina."Masih demam, lihat 39' celcius. Apakah kau mau ke dokter saja?" tanya Lukas. Davina menggelengkan kepalanya perlahan. Dia merasa sangat senang, bisa membuat seorang CEO perfeksionis seperti Lukas hanya karena demam biasa. Karena biasanya Lukas lah yang membuat dia kelimpungan saat di perusahaan."Tidak, Tuan Lukas. Percayalah ini akan segera membaik setelah aku minum pereda demam. Mungkin karena
SADARKAH MEREKA ADA CINTA DI KEDUANYA?"Kau beruntung sekali, Nyonya. Tuan Lukas sangat menyayangimu, dia mengkhawatirkanmu," seloroh Dokter itu. Davina menoleh ke arah Lukas."Benarkah?" tanya Davina reflek. Lukas memalingkan mukanya karena malu. Entah mengapa Lukas merasa hanya Davina lah yang mengerti dia saat ini, sehingga dia tak mau terjadi apa-apa dengan wanita itu. Apalagi saat Davina mengigau semalam dan jelas-jelas memanggil nama Lukas dalam tidurnya. Bahkan dengan jelas Davina tertidur serta mengucapkn terima kasih berkali-kali kepadanya, hal itu membuat Lukas merasa sangat dibutuhkan. Bahkan dia merasa jika tidak dirinya maka tidak akan ada yang peduli dengan Davina lagi."Ya, dia akan mencerca ku jika ada seseorang dalam hidupnya yang berarti dan sakit," jawab Dokter itu. Davina tersenyum."Tenang saja, Tuan Lukas. Saya sudah mengecek semuanya, Nyonya Davina baik-baik saja. Aku sudah memastikan mulai dari ritme jantungnya, nadinya dan semua normal.
KENANGAN DALAM SEMANGKOK NASI KECAP"Tuan Lukas, apakah kau memiliki perasaan yang sama denganku?" tanya Davina pada dirinya sendiri."Ck! Kenapa sekarang kau melamun. Sudahlah, Davina! Pejamkan matamu dan tidurlah. Jangan memikirkan banyak hal, semua akan baik-baik saja sekarang. Kau bisa izin bekerja beberapa hari jika memang masih sakit. Aku akan keluar sebentar," pamit Lukas."Kau mau kemana, Tuan Lukas?" sahut Davina."Aku akan keluar sebentar untuk mencari makanan," ucap Lukas sambil berdiri menghampiri Davina yang berbaring diatas ranjang."Tidak usah, Tuan Lukas. Aku tidak nafsu makan," tolak Davina."Tapi kau harus makan dan minum obat sesuai dengan resepmu tadi. Apa kau tak ingin segera sembuh? Semakin sakit, maka semakin baik jika kau makan dengan banyak agar memiliki energi lebih dan mempercepat mu untuk sembuh," perintah Lukas tak ingin di bantah. Davina pun cemberut, namun dia tidak bisa menolaknya lagi karena dia juga tidak mau merepotkan
TULUSNYA HATI LUKAS"Hanya ada dua pilihannya, Davina! Habiskan atau buang sekarang," perintah Lukas."Baiklah kalau begitu tolong buang saja, Tuan Lukas. Karena aku terkena flu, nanti akan menular jika kau memakannya," kata Davina.Lukas tidak mendengarkan ucapan Davina. Dia justru memakan sisa Davina itu dan tersenyum kepadanya seakan meledek. Hal itu membuat Davina terkejut."Jangan pernah membuang makanan, Davina. Banyak orang yang tidak bisa makan di luar sana," ucap Lukas."Tapi kau salah, Tuan Lukas. Aku sedang sakit," protes Davina."Tidak. Tenang saja, aku sehat. Jadi aku tidak akan terkena flu seperti itu. Nah kalau aku nanti endingnya akan tertular maka aku juga punya kesempatan untuk bisa berbaring denganmu juga kan? Aku yakin kau akan bosan jika berbaring sendirian, jadi tidurlah," perintah Lukas.Davina terduduk dan diam-diam memandang ke arah Lukas. Dia benar-benar baru bisa merasakan tulusnya hati Lukas. Padahal baru satu bulan lalu dia dan Lukas hanya saling mengena
PERAWAT PLUS PLUS!"Entah sihir apa yang kau punya, Davina. Semakin mengenalmu dan merasakan ketulusan hatimu, aku justru bersimpati padamu. Apakah ini simpati atau empati atau kan aku mulai jatuh cinta padamu?" batin Lukas."Ah, melihatnya tertidur membuatku ikut mengantuk," katanya lirih. Dengan perlahan Lukas pun mulai naik ke atas ranjang, dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak membangunkan Davina. Terlihat wanita itu tidur sangat pulas sekali, saat Lukas berbaring di samping Davina tiba-tiba wanita itu memeluknya dengan sangat erat. Membuat Lukas terkejut, namun dia juga tak tega untuk melepaskan pelukan Davina itu."Entah mengapa semakin ke sini aku merasa kita sebagai pasangan suami istri. Apa kau merasakan hal yang sama denganku, Davina? Apakah kau juga sudah merasa nyaman saat denganku?" gumam Lukas sangat lirih sambil membelai wajah Davina."Awalnya aku pikir pernikahan tidak akan membuat banyak perbedaan. Aku tetaplah Lukas yang dulu, tapi ternyata a
KESAL DAN CEMBURU? TIDAK. HANYA RINDU!"Kenapa memangnya? Kenapa kalau aku tidak keberatan tertular flu-mu itu? Apa aku boleh menciummu kan?" tanya Lukas. Tanpa menunggu persetujuan Davina, Lukas pun segera mencium bibir Davina perlahan. "Sejak kemarin aku sudah bersabar menunggumu, Davina," kata Lukas. "Bahkan aku terus mengontrol diriku agar tidak kelepasan, namun sekarang rasanya tak bisa lagi entah mengapa aku selalu memiliki hasrat berlebih ketika denganmu, Davina. Aku sadar banyak sebab, karena ini baru pertama kalinya aku melakukan bersama seorang wanita dan itu adalah dirimu. Aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya," lanjut Lukas dalam hati. Mereka pun saling melumat, lidah Davina bermain dalam mulut lelaki itu. Membuat Lukas makin berhasrat, tangan Lukas pun memanikan payudara milik Davina. Erangan, lenguhan, saling bersahutan menambah syahdu nya malam ini."Ah..." lenguh Davina."Eummmmhh," sahut Lukas sambil melepaskan pangutan bibir mereka."Tuan Lukas, sekarang la