Mengandung Benih Rahasia Atasanku

Mengandung Benih Rahasia Atasanku

last updateLast Updated : 2025-12-01
By:  Rien riniUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
6Chapters
12views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Akibat jebakan semalam, Elena tak menyangka ia akan menghabiskan malam bersama Aditya-atasannya di malam puncak Employee Gathering hingga kemudian tumbuh calon nyawa mungil di rahimnya. Aditya yang berstatus duda itu menolak untuk bertanggung jawab dan memberikan cek sebagai gantinya. Dirundung malu, trauma dan rasa takut yang luar biasa, Elena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Yuk, ikutin kisah mereka!

View More

Chapter 1

Meminta Tanggung Jawab

“Pak, saya hamil,” ungkap Elena sembari menunduk, menatap perutnya yang masih rata. 

 Aditya spontan mengalihkan perhatiannya dari benda pipih yang sejak tadi menjadi titik fokusnya, dari sekian banyak balasan email yang didapatkannya, pengakuan dari salah satu stafnya itu menjadi satu hal yang paling tidak diharapkan. 

 Sebelah alisnya terangkat, matanya menatap tajam Elena yang tak memiliki kekuatan. 

 “Kamu tau kepada siapa keluhan ini kamu sampaikan?” balasnya alih-alih iba. 

 Elena mengangguk, ia juga tahu jika yang dilakukannya itu sangat berisiko, tetapi janin di perutnya itu membutuhkan tanggung jawab dan perlindungan. Dan tak pernah Elena melakukan hal bodoh itu sebelum menikah, kecuali karena terjebak bersama bosnya itu. 

 “Minta berapa?” tanya Aditya kemudian membuka lacinya dan mengeluarkan selembar cek. “Atau saya beri kosongan saja supaya kamu bisa menulis sesukamu, hem? Berapa pun tidak masalah karena saya tidak akan melakukan yang lebih, ini!”

 Selembar cek itu digeser ke depan Elena, tanda tangan Aditya ada di sana, kapanpun Elena mau mengambilnya, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, bukan itu maksud Elena mengadukan soal kehamilannya. 

 “Pak, saya mau anda bertanggung jawab,” katanya, ia memberanikan diri membalas tatapan Aditya yang acuh. 

 “Cek itu tanggung jawab saya,” balas lelaki itu. 

 Elena menggelengkan kepalanya. “Tidak, Pak. Bukan tanggung jawab itu dan bukan soal uang. Saya tidak pernah melakukan ini sebelumnya, Pak, hanya bersama anda. Tolong saya!”

 “Apa maumu?” Aditya mengetukkan jarinya di meja. 

 “Anda menikahi saya, Pak. Saya—”

 “Tidak mungkin!” Aditya langsung menolaknya, walaupun memang dirinya yang menyebabkan Elena hamil dan berstatus duda, pernikahan mendadak itu dan dengan staf biasa seperti Elena tentu menurunkan nilainya sebagai presdir yang belum mau memikirkan soal pernikahan lagi. 

 Mata Elena mengembun, dadanya sesak mendengar penolakan Aditya. 

 “Pak, tolong! Saya punya orang tua yang sudah renta dan sakit, kalau mereka tau kondisi saya, kondisi mereka pasti menurun, belum lagi tekanan dari orang-orang, Pak. Saya meminta tanggung jawab anda, Pak Ditya, sebagai seorang pria!” kata Elena dengan suara bergetar, ia menahan kuat tangisnya. 

 Aditya menunjuk cek di depan Elena. “Gunakan cek itu, kamu bisa menggugurkannya!”

 “Apa?” Elena tercengang, hatinya sakit sekali. “Anda mau saya membunuh dia? Darah daging anda?”

 Aditya sudah lima tahun menduda tanpa anak, mantan istrinya memilih meninggalkannya karena tidak kuat dengan tekanan dari keluarga besarnya dan lebih bahagia bersama lelaki lain. Namun, hal itu tidak membuat hatinya tersentuh, padahal jelas diusianya itu sudah pantas mempunyai anak dan menantikannya sejak dulu. 

 Kejadian di malam puncak acara Employee gathering itu masih akan terus Aditya selidiki, ia pastikan pelakunya akan mendekam di penjara karena sudah menjebak dan merugikannya. 

 “Pak—”

 “Ya, dengan begitu orang tuamu aman dan kau bisa melanjutkan hidupmu lagi, bukan?” balas Aditya acuh, tak ada empati sama sekali. 

 Air mata Elena jatuh tak tertahan, ia tak meminta untuk dicintai lelaki itu, hanya sebatas tanggung jawab yang tak membuat mereka berdosa untuk kedua kalinya juga statusnya sebagai gadis yang nanti akan dipertanyakan. 

 “Pergi dan gugurkan!” kata Aditya sembari mengibaskan tangannya, menunjuk ke pintu supaya Elena segera menyingkir dari hadapannya. 

 Elena tak membalas, bibirnya terkatup rapat, tetapi air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Dengan berat hati ia melangkah keluar sembari membawa selembar cek yang Aditya berikan, meninggalkan seluruh harapan pada lelaki itu. 

 ***

 Ia tersenyum getir menatap selembar cek yang mulai kusut di tangannya, Elena tidak kembali ke meja kerjanya, langkah kakinya membawa wanita itu pergi menjauh sejenak untuk menenangkan diri. 

 Namun, siapa sangka tempat yang katanya tenang tadi, nyatanya berbahaya. Elena duduk di dekat palang pintu kereta api, tak ada yang mencurigakan dari gerak-geriknya, tetapi sebenarnya di pikiran Elena hanya satu, yakni saat kereta melintas akan lebih baik jika dirinya berada di tengah rel. 

 “Maafin Ele, Buk, Yah!” katanya lirih, hanya dirinya saja yang mendengar itu. 

 Ia tidak akan pernah sanggup melihat orang tuanya jatuh sakit dan dipermalukan juga tidak mungkin baginya membiarkan janin itu pergi, sedangkan dirinya masih bebas hidup dengan membawa beban besar. 

 “Aku terpaksa, maafin aku!” Elena menyimpan cek itu ke saku celananya, lalu berdiri. “Aku benci dan jijik pada diriku sendiri, maaf!”

 Suara palang pintu kereta api mulai terdengar, sebentar lagi kereta akan melintas. Kejadian malam itu kembali berputar, bagaimana sentuhan kasar dan dirinya yang tak berdaya terperangkap di sana, menjerit tanpa ada ampunan.

 Elena mengepalkan tangannya, disaat lampu sorot sudah semakin jelas dan dekat. Elena melangkahkan kakinya tanpa peduli seruan-seruan yang terus berusaha menyadarkannya. 

 Semuanya gelap, Elena berharap saat matanya terbuka, ia sudah mati. Akan tetapi, aroma obat-obatan dan suara monitor yang merekam irama jantung menepis harapnya. 

 “Nona, anda sudah sadar?” tanya salah seorang perawat sambil melambaikan tangan tepat di depan mata Elena. 

 Elena membuka mulutnya pelan-pelan, rasanya kering dan kaku. 

 “Ha-us,” katanya, ia seperti sudah lama sekali. 

 Perawat itu mengangguk. “Tunggu sebentar ya!” katanya, lalu memanggil temannya. “Nona Elena sudah sadar, tolong kabari dokter ya!”

 Perawat itu kembali dengan segelas air mineral yang diberi sedotan putih panjang. 

 “Pelan-pelan ya!” katanya membantu. 

 Elena menyedot dan meneguknya beberapa kali sampai dahaganya hilang. 

 “Saya akan segera memberi tau wali anda, Nona. Beliau pasti senang sekali karena sudah seharian anda tidak sadarkan diri, saya tinggal sebentar ya!” jelasnya. 

 Seharian? 

 Mata Elena mengerjap, jadi dirinya tidak sadarkan diri cukup lama, bukan berhasil mati dan meninggalkan semua. 

 “Suster!” panggilnya sebisa mungkin, rasanya sakit semua. 

 Perawat lain datang menggantikan. “Ada yang bisa saya bantu?”

 “Em, saya tidak tau kenapa bisa ada di sini. Tapi, siapa yang membawa saya ke sini?” tanya Elena. 

 Perawat itu tersenyum. “Beberapa orang yang membawa anda ke sini karena hampir saja tertabrak kereta api, Nona. Tapi, kalau anda bertanya yang bertanggung jawab … namanya, tuan Aditya Yudistira,” jawabnya. 

 “Tuan Aditya?” ulang Elena dengan rasa tak percaya. 

 “Benar, nanti dijam kunjungan, beliau bisa masuk. Tetapi, sepertinya masih ada urusan, tadi sudah menitipkan kabar anda. Ada yang lain?” Perawat itu tersenyum. 

 Elena menggelengkan kepalanya, ia masih tidak percaya kalau Aditya yang menjadi penanggung jawabnya, padahal lelaki itu tidak mungkin mencari atau sampai repot-repot mengurusnya. 

 “Apa maksudnya menolongku?” batin Elena bingung. 

 Ia melirik ke jam dinding yang ada di seberang biliknya, di sana tertulis jelas jam kunjungan khusus ruangan ICU. Sebentar lagi lelaki itu akan datang, Elena mulai ketakutan, ia panik sampai tak sadar tangan dan kakinya memberontak. 

 “Nona Elena!”

 “Nona!” 

 Elena menolak saat selang oksigennya dipasangkan lagi, ia ingin pergi sejauh mungkin daripada diminta menggugurkan calon bayinya. 

 “Saya tidak mau, tolong bantu saya pergi!” pintanya memberontak. 

 “Nona, saya mohon tenang demi janin anda!” bisik salah seorang perawat yang berada di dekat kepala Elena. 

 Elena menoleh padanya, perawat itu mengangguk memberikan kepastian kalau kondisinya baik-baik saja. 

 “Tolong tinggalkan kami!” kata seorang pria yang tiba-tiba sudah ada di tengah-tengah mereka. 

 Elena terbelalak. “P-pak Ditya!”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

reviews

Rien rini
Rien rini
halo, selamat bergabung...
2025-12-02 15:36:35
0
0
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status