TAMAN BUNGA SAKSI CINTA!
"Kenapa Tuan Lukas? Maaf ya, jika kau tidak mau dan ini terlalu memberatkanmu," kata Davina melihat tugas yang terdiam. Lukas pun tersenyum. Dia meraih tangan Davina yang kembali jatuh, hal itu membuat nya menoleh. Davina tersenyum tak percaya sambil memandang ke arah Lukas."Tentu saja boleh. Maaf ya aku terlalu banyak berpikir," kata Lukas. Davina pun tersenyum senang mereka pun berjalan bersama."Kita akan pergi ke mana, Tuan Lukas?" tanya Davina sambil terus tersenyum senang karena hatinya sangat gembira."Jalan saja. Kita ke sana," ujar Lukas sambil menuju ke suatu tempat. Mereka pun berjalan sambil Davina terus berceloteh tentang kehidupan dan pemandangan di pulau itu. Entah perasaan apa yang mereka rasakan masing-masing tapi perasaan nyaman tangan mereka bergandengan seolah tak mau berpisah."Lihat Tuan Lukas, wah indah sekali! Bukankah kau setuju jika aku bilang begitu, Tuan Lukas?" tanya Davina melihat pemandangan di dePERNYATAAN CINTA DAVINA"Aku yang telah merusakmu aku yang membawamu seperti ini. Aku tak tega jika meninggalkanmu sendiri saat pernikahan kontrak kita selesai. Namun untuk mengakuinya di hadapanmu, aku juga tak memiliki banyak keberanian," kata Lukas dalam hati."Tuan Lukas," panggi Davina. "Apa?" sahut Lukas."Aku mencintaimu," gumam Davina lirih."Hahaha kenapa kau mengatakan cinta saat seperti ini, Davina? Kau ini benar-benar wanita konyol yang selalu mengejutkanku seperti ini," ucap Lukas. 'Cless ada perasaan sakit yang tak bisa Davina jelaskan sekarang. Padahal dia mengatakan seperti itu karena benar-benar tulus dari dalam hatinya. Namun ternyata Lukas hanya menganggap itu semua perkataan konyol. Melihat Davina yang terdiam dengan ucapannya membuat Lukas sedikit merasa langsung bersalah, mungkin tak seharusnya dia menertawakan Davina."Maafkan aku, Davina. Aku tidak berniat menyinggungmu. Hanya saja aku sedikit kaget sekali, bukankah kita sud
KEJUJURAN DAVINA DAN TATAPAN LUKAS!"Aku tahu kamu memiliki trauma tersendiri kepada Mama angkatmu dan aku mengerti. Tapi tidak baik untuk menghindarinya, Davina. Bagaimanapun juga aku harus menghormatinya, aku harus berpura-pura tidak tahu bukan di hadapan mereka. Kau jangan khawatir," ucap Lukas. Davina pun akhirnya menganggukkan kepalanya pasrah. Nada dering di HP Lukas, berhenti. Davina sedikit lega, namun ternayat semua itu tak lama. Karena beberapa menit kemudian, HP itu berdering lagi. Tanda satu panggilan masuk kembali."Bolehkah aku mengangkatnya sekarang?" tanya Lukas lagi. Davina hanya menganggukkan kepala. Tapi dia takut jika Lukas akan mengalami salah paham. Namun mencegah untuk mengangkat telp Mama nya juga tak akan mungkin. Entahlah apa yang terjadi kemudian."Tuhan aku yakin kau telah mengatur semua yang terbaik untukku," doa Davina dengan wajahnya yang begitu pasrah. "Tapi bisakah kau membesarkan suaranya, Tuan Lukas? Aku ingin tahu menga
KEPUTUSAN LUKAS!"Tuan Lukas, dia tahu alamat rumah. Tapi demi Tuhan bukan aku yang memberi tahunya. Entah dari mana dia mendapatkannya, tapi rasanya bukanlah hal sulit menemukan rumah pengantin baru dari keluarga konglomerat sepertimu. Itu yang dia katakan," terang Davina."Lalu apalagi yang terjadi? Ceritakan semuanya, aku tak ingin kau berbohong. Aku sangat tak suka di bohongi dan kau tahu itu, Davina," tegas Lukas. "Tuhan, semoga Tuan Lukas akan percaya padaku," batin Davina dalam hati. Dia meneguk ludahnya dengan kasar."Dia juga mengancam ku, Tuan Lukas," gumam Davina lirih."LIHAT MATAKU, DAVINA! JANGAN MENUNDUK DAN ULANGI DENGAN TEGAS APA YANG KAU KATAKAN TADI!" bentak Lukas. Lukas tahu Davina berkata jujur, namun yang di sayangkan Lukas adalah sikap Davina. Wanita itu terkadang tak percaya diri dan sering ketakutan. Hal yang membuat Lukas sangat membenci sisi lemah itu dari Davina."Dia mengancam ku, Tuan," jawab Davina dengan nada suara berget
PERINTAH TUAN LIEM DAN SEMUA PRASANGKA LUKAS!"Jika memang suatu saat pernikahan Ini harus selesai, maka aku harap itu akan menghabiskan kontrak bukan karena perdebatan di antara kita. Aku tak mau terjadi apa-apa dengan hubungan kita, Tuan Lukas. Aku sangat mencintaimu," kata Davina dan Lukas pun tersenyum. Dia mencium dan melumat bibir Davina lagi. Mereka melakukan hubungan penuh gairah setelah melakukan perdebatan. Rasanya begitu lebih menggairahkan dan nikmat."Apa ini yang namanya bumbu dalam hubungan percintaan?" batin Lukas dalam hati setelah kuat bercinta bersama Davina. Lukas pun tertidur sejenak. Tiba-tiba dia merasa tangannya keram sekali, dia menoleh pantas saja tangannya sakit itu karena Davina terlalu lama tidur di atas lengannya. Dengan perlahan Lukas menggeser kepala Davina agar tidak membangunkan wanita itu, dia memandangi Davina dan berkata lirih."Ya, aku sangat tahu bagaimana dirimu dan aku tak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Maaf Da
PERINTAH TUAN LIEM DAN SEMUA PRASANGKA LUKAS!"Jika memang suatu saat pernikahan Ini harus selesai, maka aku harap itu akan menghabiskan kontrak bukan karena perdebatan di antara kita. Aku tak mau terjadi apa-apa dengan hubungan kita, Tuan Lukas. Aku sangat mencintaimu," kata Davina dan Lukas pun tersenyum. Dia mencium dan melumat bibir Davina lagi. Mereka melakukan hubungan penuh gairah setelah melakukan perdebatan. Rasanya begitu lebih menggairahkan dan nikmat."Apa ini yang namanya bumbu dalam hubungan percintaan?" batin Lukas dalam hati setelah kuat bercinta bersama Davina. Lukas pun tertidur sejenak. Tiba-tiba dia merasa tangannya keram sekali, dia menoleh pantas saja tangannya sakit itu karena Davina terlalu lama tidur di atas lengannya. Dengan perlahan Lukas menggeser kepala Davina agar tidak membangunkan wanita itu, dia memandangi Davina dan berkata lirih."Ya, aku sangat tahu bagaimana dirimu dan aku tak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Maaf Da
MENDAFTARKAN PERNIKAHAN?"Thomas sudah mengatakan kepadaku Davina menyusulmu ke sana. Ada apa?" tanya Tuan Liem."Tidak, Pa. Dia hanya merindukanku saja, maklum lah kami pengantin baru. Dia belum terbiasa di rumah sendiri, jadi tidak ada masalah besar kok," ujar Lukas berkilah."Apa kau mau mencoba melawanku sekarang? Apa kau berbuat macam-macam di belakangku?" sahut Liem."Apakah mungkin aku melakukannya, Pa? Aku sangat tahu rasa terima kasih, apalagi selama ini kau membesarkanku dengan sangat baik," ujar Lukas. "Bagus jika kau masih memiliki pemikiran seperti itu. Kau harus tahu diri dari mana asalmu dan kau harus sadar diri, bagaimana kalau tidak ada. Aku dan Mamamu sekarang ini pasti kau akan terlunta-lunta di jalanan," ujar Tuan Liem."Iya, Pa. Aku sangat tahu itu jadi aku akan mengucapkan terima kasih sekali karena kau telah mengasuhku selama ini," ucap Lukas dengan senyum dinginnya."Apa ada sesuatu yang akan Papa bicarakan kepadaku? Mengapa Papa memanggilku begitu mendadak? A
PERCERAIAN DI DEPAN MATA?"Aku akan memikirkannya lagi. Untuk hari ini aku merasa cukup. Jadi pergilah! Kau bisa keluar sekarang, aku masih ada beberapa pekerjaan," tegasnya."Baiklah kalau begitu, Pa. Permisi," pamit Lukas, setelah itu dia keluar ruangan. Dia menutup pintu dengan perlahan, saat itu sepersekian detik dia menyadari sesuatu hal yang sangat penting. Lukas langsung terdiam, jantungnya berdetak. Dia menggelengkan kepalanya perlahan."Tak mungkin. Tak akan mungkin Papa bertindak sejauh ini. Tapi, kenapa? Kenapa mendadak dia mengusirku seperti ini jika bukan itu alasannya. Tadi dia bertanya kepadaku apakah aku sudah mendaftarkan pernikahan kami atau belum. Apakah ini tanda bahwa dia menginginkan aku dan Davina bercerai? Apalagi ucapan itu di katakan setelah dia mendapatkan telepon dari Mama Davina," batin Lukas dalam hati. Sedikit banyak dia sudah sangat hafal dengan watak Papa angkatnya itu. Berbeda dengan ibu angkatnya atau Mama angkatnya yang memang dari keluarga Luka
DIANTARA PILIHAN BERTAHAN ATAU LEPASKAN! Davina dan memeluknya dengan erat. Terbesit rasa kasihan di dalam hatinya, dia tak tahu lagi bagaimana nasib wanita ini jika memang papanya sudah mengambil keputusan untuk menceraikan Davina. Sungguh perasaan Lukas merasa sangat bersalah sekali, entah bagaimana hancurnya hati Davina nanti."Bagaimana? Bagaimana jika saat aku akan menceraikannya tanpa pernah mendaftarkan pernikahan kami. Apakah adil? Rasanya bukankah itu lebih baik dari pada aku mendaftarkan pernikahan kami? Statusnya akan kembali menjadi seorang yang lajang, bukanlah seorang janda. Tapi di mana nuraniku?" kata Lukas dalam hati sambil mengelus rambut Davina perlahan."Padahal aku sudah merusaknya dengan sangat kejam. Maaf Davina, maaf. Bukan aku tak mencintaimu tapi bagaimana lagi? Keadaan lah yang harus membuat kita seperti ini. Jika memang perpisahan itu terjadi tentu itu bukan mau dan inginku, Davina. Dan aku harap semoga suatu saat kau mengerti," lanjutnya sambil memandang