Home / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 141. Jejak yang Menghilang

Share

Bab 141. Jejak yang Menghilang

Author: Quennnzy
last update Last Updated: 2025-09-03 12:45:28
Ledakan terakhir itu masih terasa di telinga Alura. Dunia di sekitarnya hancur bagaikan retakan kaca yang tak bisa diperbaiki lagi. Asap hitam dan merah bercampur menjadi kabut pekat, menutup pandangan. Udara begitu berat hingga setiap tarikan napas terasa seperti menelan pisau tajam.

Tubuh Alura terhempas ke tanah. Lututnya bergetar, tangannya menekan permukaan batu yang retak. Nafasnya memburu, tersengal, sementara darah merembes dari luka-luka kecil di sepanjang lengannya. Api merah yang tadi melingkupi tubuhnya kini padam, menyisakan cahaya samar yang hampir lenyap.

“Arga…” bisiknya lirih, suara itu nyaris tak terdengar. Matanya menyisir reruntuhan yang tersisa, mencari sosok yang tadi berdiri di hadapannya.

Namun, yang tersisa hanyalah kabut hitam yang perlahan memudar, lalu hilang begitu saja seakan ditelan oleh ruang kosong. Tidak ada tubuh, tidak ada jejak, tidak ada suara. Hening.

Sebuah kekosongan merayap ke dalam dada Alura. Perasaan itu lebih menyesakkan dibanding l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 152. Mahkota dari Luka

    Pagi datang lambat di hutan kelabu. Kabut tipis menggantung rendah, menutupi tanah yang masih hangus dari pertempuran malam sebelumnya. Alura membuka matanya perlahan, merasakan tubuhnya kaku, setiap ototnya berteriak minta berhenti. Tapi tidak ada waktu untuk berhenti. Dia menoleh. Arga masih terbaring di sampingnya, wajahnya pucat, tapi napasnya lebih teratur daripada semalam. Rafael duduk tegak, meski matanya menandakan ia sempat terlelap beberapa saat. Api kecil di tengah lingkaran batu sudah padam, hanya menyisakan abu. Alura bangkit dengan langkah gemetar. Udara pagi dingin menusuk kulit, tapi ada sesuatu yang lain, sebuah desakan di dalam dirinya, seperti bisikan yang selama ini ditahan kini berani menyuarakan diri. “Alura,” suara Rafael terdengar dalam, dingin seperti biasa. “Kau tidak boleh memaksakan tubuhmu.” Alura menoleh, matanya berkilat. “Kalau aku terus menunggu sampai tubuhku sempurna, kita akan mati. Aku tidak bisa lagi hanya berjalan mengikuti arus. Aku harus be

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 151. Api yang Tersisa

    Udara malam di hutan kelabu masih membawa sisa panas pertempuran. Tanah yang terbakar menyisakan bau arang, dan pepohonan mati berdiri kaku seperti saksi bisu atas apa yang baru saja terjadi. Api kecil yang Alura nyalakan di tengah lingkaran batu nyaris padam, hanya menyisakan bara merah yang berdenyut pelan. Alura duduk bersandar pada batu besar, napasnya berat, tubuhnya gemetar. Luka di lengannya masih mengucurkan darah tipis, tapi ia tak punya tenaga untuk menutupinya. Di sampingnya, Arga terbaring dengan mata setengah tertutup, kulitnya pucat seperti kertas, bibirnya pecah-pecah. Rafael berdiri tak jauh, menatap hutan yang kini sepi. Tubuhnya penuh luka sayatan, pedangnya patah, tapi sorot matanya tetap dingin, seakan kelelahan tidak pernah punya tempat di dalam dirinya. “Untuk sementara, mereka berhenti,” katanya datar, suaranya serak. “Tapi itu bukan akhir. Bayangan seperti itu tidak pernah benar-benar mati.” Alura menoleh perlahan, suaranya nyaris hilang. “Kita butuh… waktu

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 150. Ratapan dari Hutan Kelabu

    Api kecil yang dinyalakan Alura berderak pelan, sinarnya menari di wajah mereka bertiga. Hening yang menekan sejak senja tidak kunjung mencair, hanya diisi oleh napas berat Arga dan pandangan tajam Rafael yang tak pernah benar-benar beristirahat. Namun malam itu tidak memberi mereka kelonggaran. Suara ratapan kembali terdengar. Kali ini lebih dekat, lebih jelas, seakan berasal dari sela pepohonan mati di pinggiran reruntuhan. Bukan sekadar suara, tapi gema yang menusuk telinga, membuat udara di sekitar mereka bergetar. Alura refleks berdiri. Api di depannya bergetar, hampir padam. “Rafael…” bisiknya pelan. Pria itu sudah bangkit sebelum namanya dipanggil. Tangannya terulur ke gagang pedang retak yang masih ia bawa, matanya menyipit ke arah hutan kelabu. “Mereka sudah di sini.” Arga, meski tubuhnya masih lemah, berusaha berdiri juga. Alura segera menahan lengannya. “Tidak, kau belum siap.” Tatapan Arga keras. “Aku tidak bisa hanya duduk diam.” “Kalau kau memaksakan diri, kau ak

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 149. Langkah Pertama di Dunia Baru

    Udara pagi di atas reruntuhan Vellen Thar terasa asing. Cahaya matahari menembus celah awan kelabu, tapi bukannya membawa hangat, sinar itu justru menyoroti betapa hancurnya tempat itu. Pilar-pilar megah yang dulu tegak kini runtuh jadi bongkahan, dan tanah yang sempat bergetar karena kegelapan kini hanya meninggalkan retakan yang tak akan pernah pulih. Alura berdiri dengan tubuh masih gemetar, tapi matanya lurus ke depan. Luka-lukanya belum sembuh, darah di pakaiannya sudah mengering, tapi tekadnya membuat langkah pertama keluar dari reruntuhan itu terasa seperti kemenangan kecil. Di belakangnya, Arga berjalan perlahan. Wajahnya pucat, tubuhnya setengah ditopang oleh dinding, tapi ia tidak berhenti. Tatapannya kadang kosong, kadang penuh, seolah masih berperang dengan dirinya sendiri. Rafael menyusul paling belakang. Tubuhnya tegak meski luka dalamnya belum terbalas. Ia membawa pedang yang sudah penuh retakan, namun tetap menyorotkan aura dingin yang sama. Dari ketiganya, hanya di

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 148. Setelah Api Padam

    Udara di reruntuhan itu masih dipenuhi serpihan cahaya samar, seperti debu bintang yang melayang perlahan ke tanah. Namun, di balik keindahan semu itu, tubuh-tubuh yang tersisa di sana hanya menyisakan luka, darah, dan napas berat yang hampir putus. Alura tergeletak di atas batu retak. Setiap helaan napasnya seperti pisau yang menusuk dada. Ia ingin bangkit, tapi otot-ototnya menolak. Baru ketika suara lirih di sampingnya terdengar, matanya memaksa terbuka. “Alura…” Suara itu parau, goyah, tapi jelas. Arga. Ia menoleh perlahan, dan di sana Arga berlutut dengan tubuh yang masih gemetar. Darah menodai pakaiannya, wajahnya pucat, tapi matanya… matanya berbeda. Tak lagi merah menyala penuh kegelapan. Ada putih samar yang menyeimbanginya, cahaya yang terasa hangat sekaligus rapuh. Alura menangis tanpa suara. Ia berusaha meraih tangannya, dan Arga segera menautkannya dengan genggaman lemah. Jari-jari mereka saling mengunci, seperti akar yang takut tercerabut dari tanah. “Kau kembali…”

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 147. Putus atau Binasa

    Alura hampir tidak merasakan kakinya sendiri. Tubuhnya seperti hanya tersisa tulang rapuh yang dipaksa berdiri oleh tekad. Tangannya gemetar, penuh luka bakar hitam akibat energi kegelapan. Namun matanya tetap menatap Arga yang kini separuh bebas, tubuhnya jatuh ke pelukan Alura. Rafael masih berlutut di kejauhan. Darah mengalir deras dari mulut dan luka-lukanya, tapi ia masih menancapkan pedang ke tanah, menahan gelombang kegelapan yang terus menghantam. Bayangan itu mengamuk, tubuhnya mengembang menutupi seluruh langit-langit ruangan seperti kabut hidup. Arga mengangkat wajahnya perlahan. Matanya kini benar-benar terbuka, merah bercahaya namun bercampur dengan putih samar warna yang asing, namun hangat. Tatapannya tertuju pada rantai terakhir yang menjerat dadanya. “Ini… rantai utama,” suaranya parau, namun mantap. “Yang mengikat jiwaku sepenuhnya.” Alura mengguncang kepalanya, air matanya jatuh. “Aku bisa memutuskannya. Aku sudah hampir berhasil. Aku tidak akan berhenti sekaran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status