Share

10

Kalau kehebohan seperti ini. Pasti ayah akan tahu. Adikku tolol sekali kamu menunjukkan kekuatanmu. Kulipat kembali foto kami berdua di masa lalu di dompet. Foto berwarna satu-satunya yang tetap membuatku semangat hidup dan bertekad menemukan adikku.

Adikku kini sudah ketemu. Tapi dia hilang ingatan, ditambah lagi dia punya kekuatan yang sangat dicari-cari oleh ayah angkatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikku sehingga ia dirasuki seorang perwujudan dari Bumi.

TOK! TOK! TOK!

“Ayah, ini aku.” Kataku dan menutup mataku sebentar dan menarik napas panjang. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya supaya dia tidak dijadikan alat olehnya.

“Silakan masuk” katanya melalui interkom. Pintu terbuka dan terlihat dia sedang rapat bersama para komandan pemimpin kota lainnya. Meja bundar di sini sudah hampir penuh, kecuali kursi milikku. Sengaja aku biarkan kosong, aku ssengaja tidak ikut rapat ini.

“Silakan duduk. Kamu terlambat lama sekali Komandan Vina,” kata ayahku dan menunjuk kursiku.

“Kedatanganku bukan untuk hal itu.” Balasku dan berjalan mendekati ayahku. Hmm apa yang bisa membuat semuanya panik di sini dan kembali ke kota masing-masing? Ah, laporan yang kuterima kemarin soal Soviet dan RKAT akhirnya menyatakan perang terhadap kita. Mereka kemarin melancarkan dua serangan satu di Kota 8210 di Filipina, Sovyet menyerang Kota 1203 di Siberia.

“Kabar buruk semuanya. Di bagian Asia Timur dan Asia Tenggara kota-kota yang kita buat diserbu oleh RKAT  dan Sovyet. Akan saya bagikan datanya kepada kalian!” Ucapku dengan keras. Aku sekarang berdiri di samping ayahku, James Westburns.

Pendiri Silverstars dan seseorang yang telah menyelamatkan nyawaku. Aku membungkuk dan berbisik. “Ayah aku ingin berbicara sesuatu tentang adikku.”

“Ah ya. Ada apa? Aku berencana memperkenalkan diriku setelah dari sini.” Jawabnya. “Adikmu masih kehilangan ingatannya?”

Aku mengangguk, “Kumohon ayah tidak memaksanya dan menggunakannya sebagai alat percobaan. Aku tidak suka jika ayah seperti itu nantinya.”

“Hmmm. Tunggu sebentar.” Ayah berdiri dan membubarkan rapat pembangunan kota-kota yang dibangun Silverstars. “Kalian punya hak independen sendiri-sendiri untuk melindungi kota kalian. Jika perlu bantuan saling berkomunikasi antar kota terdekat. Tidak boleh ada rivalitas.”

Para komandan pergi dari ruangan ini. Tinggal aku dan ayahku sendiri. Tiba-tiba tangannya memegang kerah bajuku. “Sudah kubilang, jangan hentikan penelitian rahasia ayah.”

Perasaanku campur aduk ketika melihat seseorang yang kupanggil ayah ini. Satu sisi aku beruntung dia menyelamatkanku dan memberiku kehidupan seperti ini. Satunya lagi sisi gelap yang tidak ingin aku bahas.

Dia menarikku keluar dari ruangan ini dan membawanya menuju kamar kerjanya. Kami menemukan Atma yang  terbangun dan tertidur di depan perapian. Dia sedang memeluk buku tua yang menceritakan Gaia.

“Apa kamu tidak bahagia? Adikmu menjadi salah satu kunci suksesnya penelitian ayah.” Katanya.

“Ah? Apa yang terjadi?” Atma terbangun. Dia meletakkan buku itu kembali. “Terlalu berat dan aku tidak paham.”

“Ya karena buku itu memang buku yang rumit.” Kata ayahku dan mendekati Atma. Dia mengelus kepalanya berulang kali.

“Anda siapa?” tanyanya.

“James Westburns.” Jawab ayah. “Selamat datang di keluarga barumu. Kuharap ingatanmu segera pulih. Kakakmu bersedih mengetahui ingatanmu hilang.”

“Aku ada di rumah?” tanyanya. Hidungnya mimisan lagi. Dia jatuh ke tanah lagi. Ayahku segera menangkapnya.

“Hahah. Terasa kuat sekali kekuatannya. Saatnya memulai tes yang pertama.” Kata ayah dan menggendongnya kembali ke tempat tidur.

Aku akan menghentikan ayah. Kutarik pistol yang tersembunyi di jasku dan mengarahkannya ke kepala ayahku. “Jangan perlakukan adikku seperti tikus percobaan.”

“Masih tidak paham? Adikmu ini bisa menyelamatkan manusia. Bahkan memenuhi mimpiku mengendalikan manusia.” Balasnya. “Mana mungkin aku melakukannya seperti itu.”

“Ayah pasti berbohong. Teman-temanku sudah banyak yang tewas setiap kamu jadikan percobaan.” Kataku.

Ayahku marah dia dengan cepat menendang pistolku dan mendorongku ke tembok. “Diam. Atau adikmu aku bunuh di sini. Harusnya kamu bersyukur sudah aku keluarkan saat dirimu masih kecil.”

“Aku akan melindungi adikku dari percobaanmu untuk mengeksploitasi kekuatannya.” Kataku dan mencoba melawannya. Tapi kekuatan ayahku terlalu kuat.

“Aku memohon padamu ayah.” Kataku dan sedikit melemas. Kekuatanku memang kalah dengannya. Dia memukulku dan membuatku pingsan.

Ketika aku terbangun, aku berada di sofa depan perapian. “Jangan khawatir soal adikmu. Mana mungkin anakku sendiri aku jadikan kelinci percobaan. Yang ada aku hanya akan mengembangkan kemampuannya. Supaya tujuan utama Silverstars tercapai.”

“Terima kasih.” Kataku.

“Lalu aku ingin kamu tinggal di sini dulu. Kotamu akan aku serahkan kepada yang lain. Surat resminya ada di mejaku.” Ayah langsung pergi setelah berkata itu. Aku menuju mejanya dan mengambil surat resmi yang ditujukan padaku.

Kurasa saat ini kami berdua harus tinggal di sini. Aku mendapat posisi sebagai komandan garnisun Kota 1. Aku pandangi Atma yang tertidur di kasur kamar ini.

“Ah adikku. Kita bersama lagi.” aku mengelus kepalanya. “Tapi aku sendiri tidak tahu nasib seseorang yang dirasuki pelindung Bumi akan jadi seperti apa.”

Gawaiku berbunyi banyak sekali. Aku melihat gawaiku dan ternyata berisi pesan dari ayah. Dia bilang sudah mengurus semuanya untuk Atma. Bagus, lalu ada juga pesan dari komandan garnisun ibukota sebelumnya.

“Berisi laporan kondisi garnisun. Besok saja dah aku ke sana. Saatnya mandi dulu,” setelah meninggalkan kecupan untuk adik tercinta. Aku berjalan keluar dari kamar ini dan menuju kamarku sendiri.

“Julian, sediakan makan malam untuk dua orang.” Perintahku kepada seorang pelayan. “Bangunkan adikku setelah semuanya siap.”

Aku menaiki tangga ke lantai 2 dan menuju kamarku. Sudah lama aku tidak ke kamarku yang ada di sini. Semuanya tetap sama saja, tanpa ada yang berubah.

“Ibu tidak tahu kamu pulang.” Seru seorang wanita di belakangku.

“Ah ibu. Ayah tidak memberitahu?” balasku dan kupeluk wanita itu. “Aku pulang.”

“Tidak sama sekali. Dia hanya memberitahu tentang adikmu saja. Ibu mau menemaninya.” Balasnya.

“Ada di ruangan kerja ayah. Aku mandi dulu.” Balasku dan melepas pelukanku dari wanita berambut pirang itu.aku masuk ke kamarku dan menguncinya.

Aku beruntung sekali bisa diselamatkan oleh ayahku yang ini. memiliki kehidupan yang baik dan lancar atau bahkan diimpikan oleh banyak anak lainnya. Bahkan anak-anak yang terkurung di ruang bawah tanah rumah ini.

Anak-anak di ruang bawah sini adalah anak dari keluarga tawanan perang yang ditangkap. Orang tua mereka akan bekerja di tambang Gaiantum. Anak-anaknya akan diseleksi lagi. Bila memenuhi seleksi, dia akan dibawa ke ruang bawah tanah di sini. Jika tidak akan masuk kamp edukasi.

Jadilah mereka warga yang fanatik menyembah Gaia. Sebuah sekte yang sangat rumit dan mungkin akan membuatku bertarung dengan ayahku bila menginvestigasinya. Terlebih lagi dia Pemimpin Besar sekte Gaia ini.

Memasuki kamar mandi. Aku tidak bisa beristirahat, aneh sekali padahal biasanya berendam saat mandi adalah cara efektifku melepas penat dan stres. Selesai mandi dan mengeringkan badan. Kulemparkan begitu saja tubuhku ke atas kasur.

“Hmmm.”

Tiba-tiba aku teringat buku harianku yang masih ada sejak kecil. Dengan cepat aku memakai baju tidurku dan membuka lemari penyimpanan. Kutempelkan sidik jariku, lemari ini langsung membuka secara otomatis.

Kalau tidak salah aku menyimpannya bersama foto kami pergi memancing bersama keluarga asli kami dahulu. Setelah 15 menit aku mencari aku menemukannya. Buku harian ini spesial, karena aku dan adikku menulisnya secara bergantian.

Di sisi kiri adalah punyaku. Sisi kanan adalah punyanya, dulu dia punya mimpi untuk jadi penulis yang hebat. Tapi berkat perang dan kemiskinan keluarga asli kami dahulu. Semua mimpinya jadi hangus.

Untunglah saat ini dia sudah bertemu denganku kembali. “Semoga ini bisa membuatnya mendapatkan ingatannya kembali. Saatnya menemuinya lagi.”

“Nona Vina, makanannya siap.” Kata Julian dan menggedor pintuku. “Adik Anda sudah bangun dan berada di ruang makan.”

“Oke, terima kasih.” Jawabku dan keluar kamar. Julian baru saja pergi menuruni tangga. Ah tunggu, ada satu lagi yang mungkin bisa mengembalikan ingatannya. Tapi nanti saja sesudah makan aku mencarinya.

Aku turun ke ruang makan dan menemukannya dia sedang melamun. Aku menutupi matanya dari belakang. “Coba tebak, siapa?”

“Kak Vina?”

Aku melepaskan tanganku dan muncul di hadapannya. Kugeser kursi makan yang berada di sebelahnya. “Sudah cukup beristirahat?”

“Kurasa begitu. Aku masih belum paham aku ada di mana.” Balasnya.

“Jangan khawatir, nanti akan aku jelaskan. Ayo cepat makan, kamu bilang tadi kelaparan.”  Ucapku dan menyuruhnya makan. “Jangan bilang kamu lupa cara memakai sendok?”

“Ya.” Jawabnya.

“Jangan bercanda.” Tukasku. “Masa mau aku suapin seperti waktu kecil dulu?”

“Hahaha, aku bercanda. Wajah kakak serius sekali daritadi. Aku hanya mencairkan suasana saja.” balasnya. “Lalu tadi aku menemukan pintu yang aneh. Di dekat kamar ayah, ruangan apa itu?”

“Whoa, kemajuan kamu langsung memanggil James dengan sebutan ayah. Aku dulu tidak mau menyebutnya karena dia tidak berhasil menemukanmu.” Kataku. “Jangan sekali-kali dibuka. Pintu itu hanya ayah dan ibu yang boleh masuk.”

Atma mengangguk halus. “Selamat makan. Setelah ini ada yang ingin kubicarakan dengan kakak.”

Selesai makan bersama kami berdua menuju ke taman luar. Taman khusus dengan latar belakang Kota 1 yang indah bersama hinterlandnya. Rumah kami terletak di tempat paling tinggi di Kota 1.

“Indah sekali.” Ucap Atma. Dia kemudian duduk di sampingku. “Apa benar aku adikmu?”

“Itukah yang ingin kamu tanyakan? Atau ada lagi?” balasku.

“Ada lagi. Aku harap kakak mau menjawabnya dengan jujur tentang pertanyaanku.” Dia menatap ke langit. Wajahnya menampakkan raut muka yang bingung dan heran. “Terutama soal ayah yang berkata diriku penyelamat Bumi. Serta tentang kekuatanku. Tidak mungkinkan ada seorang manusia biasa tiba-tiba bisa memurnikan kembali Bumi?”

“Wah itu pertanyaan dengan jawaban yang panjang sekali.” Jawabku. Aku mengeluarkan buku harianku. “Untuk menjawab apakah kamu benar-benar adikku buku ini menjawabnya. Kalau soal kekuatanmu. Temui kakak di kamar kakak di lantai 2 setelah Julian –si pelayan- yang membangunkanmu membunyikan bel jam tidur.”

“Baiklah. Bagaimana bila dijawab sekarang?” tanyanya padaku.

“Tidak bisa. Sekarang aku ingin kamu menikmati pemandangan ini.” Jawabku dan memeluknya. “Ahahaha, perlu waktu bertahun-tahun bagiku bisa memelukmu sama seperti waktu kecil dulu.”

“Mulai sekarang jangan tinggalkan kakak lagi oke? Setelah puas menikmati pemandangan lalu ke kamar tadi ya.” Ucapku dan melepaskan pelukanku darinya.

Dia menaruh buku harian itu dan menuju balkan dan menikmati pemandangan Kota 1. Dari raut mukanya sudah berubah lagi menjadi tenang. Atau dia benar-benar penasaran dengan ruang bawah tanah? Kurasa tidak. Ayah pasti marah besar nantinya jika tahu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status