เข้าสู่ระบบLong Chen, Kaisar Langit yang legendaris, hampir menembus ranah Immortal, namun pengkhianatan paling kejam datang dari orang yang paling ia percayai—istri tercintanya, Mei Ling, dan adik angkatnya, Long Chui. Long Chen ditusuk oleh pedang mereka sendiri, nyawanya terenggut di puncak kejayaannya. Dunia yang ia kuasai runtuh seketika, meninggalkan rasa sakit dan pengkhianatan yang abadi. Namun jiwa Long Chen tak dapat dimusnahkan begitu saja. Ia bereinkarnasi ke dunia bawah, lahir sebagai putra Patriark Qing Feng dan Ling Hua. Dengan ingatan masa lalu yang membara, Long Chen kembali menapaki jalur kultivasi, membangun kekuatan yang tak tertandingi, dan menyiapkan balas dendamnya terhadap pengkhianat yang pernah merenggut segalanya darinya. Di dunia baru ini, kekuatan, pengkhianatan, dan takdir berpadu. Long Chen tidak akan lagi menjadi korban—ia akan menjadi Kaisar Langit yang lebih kuat daripada sebelumnya.
ดูเพิ่มเติมLangit bergetar ketika Long Chen, Kaisar Langit bijaksana duduk bersila di tengah formasi besar. Aura surgawi berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran qi yang menerangi seluruh istana suci. Satu langkah lagi, hanya satu langkah menuju ranah Immortal, puncak yang ia dambakan selama beribu tahun.
Namun di saat kekuatan itu hampir sempurna, dua sosok yang paling ia percayai muncul di balik cahaya formasi: Mei Ling, istrinya yang lembut, dan Long Chui, adik angkat yang ia besarkan dengan tangannya sendiri. "Chen ge… waktunya tiba," bisik Mei Ling dengan senyum samar. Long Chen tak tahu, di balik senyum itu tersimpan niat membunuh. Kilatan dingin menyambar. Sebilah pedang menembus punggungnya, disusul tusukan kedua dari sisi lain. Darah memancar, menodai lingkaran cahaya. Tatapan Long Chen membeku, antara tak percaya dan hancur. "Mei Ling… Chui ’er… mengapa?" suaranya nyaris tak terdengar. Namun hanya senyum dingin yang menjawab sebelum segalanya runtuh ke dalam kegelapan. Tubuh Long Chen bergetar hebat, darah mengalir membasahi jubahnya. Cahaya keabadian yang semula menyelimuti tubuhnya kini berhamburan seperti bintang yang padam. Pedang di punggungnya bergetar pelan, seolah menertawakan kejatuhannya. Di depan sana, Mei Ling menatap tanpa ragu, sementara Long Chui berdiri di sisinya dengan tatapan dingin penuh kebencian yang tak pernah Long Chen pahami. "Aku tidak pernah menyangka jika diriku akan berakhir di tangan orang-orang yang sangat aku percayai, "suara Long Chen parau, matanya bergetar menatap dua orang yang paling ia percayai itu. Mei Ling hanya tersenyum samar. "Kau terlalu tinggi, Chen-ge. Dunia ini sudah muak berada di bawah bayanganmu." Long Chui menambahkan dengan nada getir, "Aku tidak ingin selamanya menjadi bayang-bayangmu." Cahaya terakhir dari formasi spiritual meledak, mengguncang langit istana suci. Long Chen menatap ke atas, menembus gelapnya awan yang berputar di atas sana. Dalam napas terakhirnya, dia berbisik, "Kalau langit menolak keadilanku... maka aku akan kembali dari jurang kematian." Tubuhnya roboh, dan dunia Langit seakan ikut hancur bersama hembusan terakhir sang Kaisar. Langit bergemuruh, awan hitam bergulung. Petir turun menghantam istana suci, menghancurkan benteng. Di seluruh langit, para tetua dan murid sekte menatap ngeri. Mereka tak percaya, sang Kaisar Langit yang melindungi mereka selama ribuan tahun kini berlumuran darah di tengah formasi miliknya sendiri. "Kaisarr...!"jerit salah satu prajurit, namun gelombang qi meledak begitu kuat hingga semua yang berada di sekelilingnya terlempar. Formasi keabadian yang dibangun Long Chen selama sejak lama runtuh dalam sekejap. Pilar cahaya yang seharusnya membawanya menembus ranah Immortal kini berubah menjadi pusaran gelap yang menelan segalanya. Mei Ling menatap pemandangan itu dengan mata yang basah namun dingin. "Semuanya akan berakhir hari ini…" bisiknya. Ia meraih tangan Long Chui, dan keduanya mundur sebelum pusaran qi mengamuk hebat. Tubuh Long Chen terseret, separuh auranya terbakar, namun tatapannya masih tajam. "Kalian takkan pernah tenang… aku akan menuntut balas atas perbuatan kalian ini suatu hari nanti!," suaranya bergema, disertai kilatan petir terakhir yang menyambar istana itu menjadi debu. Saat tubuhnya lenyap ditelan pusaran, jiwa Long Chen pecah menjadi serpihan cahaya. Namun di tengah kehancuran itu, satu titik jiwa tetap bertahan dan berputar, terombang-ambing di antara ruang dan waktu. Dalam gelap yang tak berujung, ia mendengar suaranya sendiri berbisik, "Jika langit tak menginginkanku hidup, maka aku akan menantang langit itu sendiri…" Petir terakhir memudar, menyisakan langit kelam tanpa cahaya. Di tempat istana suci berdiri, kini hanya tersisa kawah luas yang berisi pusaran qi hitam yang perlahan menghilang. Mei Ling berdiri di tepi kawah itu, gaunnya koyak oleh badai qi, namun sorot matanya tetap dingin. "Sudah berakhir," gumamnya lirih, entah pada Long Chui atau dirinya sendiri. Tapi tangannya bergetar, seolah sesuatu di dalam hatinya ikut runtuh bersama tubuh pria yang baru saja ia bunuh. Long Chui menatap pusaran itu dengan pandangan kosong, lalu menunduk. "Dengan kepergiannya, tak ada lagi yang bisa menghalangi kita," ujarnya pelan. Meski begitu, di matanya terselip bayangan ketakutan pada sesuatu yang tak ia mengerti. Sejak lama, Long Chui selalu menyimpan rasa iri terhadap keberuntungan Long Chen. Kakak angkat yang selalu dipuja-puja itu dicintai dan dihormati oleh banyak orang di dunia ilahi, dikenal sebagai Kaisar Langit yang adil dan bijaksana, serta memiliki istri yang begitu cantik hingga membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan tertarik, begitupun dengan dirinya. Namun yang paling membuat hatinya gelisah adalah Cincin Semesta milik Long Chen, artefak legendaris yang terdapat dunia kecil di dalamnya, buah buah abadi, sumber daya, dan kitab-kitab tingkat dewa kuno. Ambisinya perlahan berubah menjadi obsesi. Ia menginginkan segalanya, kedudukan, kekuatan, dan takhta sebagai Kaisar Langit. Maka, di balik bayangan kasih sayang yang pura-pura, ia bekerja sama dengan Mei Ling, wanita yang diam-diam juga telah ia rebut. Keduanya menenun pengkhianatan dalam diam, menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan sosok yang paling percaya pada mereka. Dari kejauhan, para tetua sekte menatap dengan wajah pucat kejadian itu, "Kaisar Langit….gugur?" bisik salah satu dari mereka. Tak ada yang menjawaban. Langit di atas kepala mereka masih bergetar pelan, seperti menolak kenyataan itu. Ribuan murid menangis dan bersujud di tanah, menyebut nama Kaisar Long Chen yang telah tiada. Mei Ling berbalik. Ia menatap reruntuhan yang dulu menjadi tempat tinggal mereka dengan mata kosong. "Mulai hari ini, istana Langit akan menjadi milik kita. Dan kamu akan menggantikan Long Chen sebagai Kaisar Langit," katanya tenang, tapi suaranya hampa. Long Chui hanya mengangguk, meski dalam hatinya terbersit sesuatu yang aneh sebuah perasaan tidak nyaman, seolah jiwa Long Chen masih mengawasi mereka dari balik langit. Sementara itu, jauh di balik kehampaan yang retak, seberkas cahaya kecil melayang di antara pusaran gelap. Cahaya itu berdenyut lemah, namun perlahan mulai bergerak, seakan menolak untuk padam. Di dalamnya, samar terdengar suara yang menggema di antara badai ruang dan waktu. "Ternyata langit masih menginginkanku untuk hidup. Jika demikian, maka di kehidupanku selanjutnya maka aku akan menjadi sosok paling terkuat melampaui kehidupanku sebelumnya." Langit bergemuruh sekali lagi, kali ini bukan karena kehancuran, melainkan sebagai tanda bahwa sesuatu yang tak seharusnya hidup... mulai bangkit kembali. “Suatu hari nanti, kau akan terlahir kembali di dunia bawah. Karena dunia ini masih membutuhkan sosok sepertimu. Bersabarlah… hingga waktu itu tiba." Dari kehampaan tanpa bentuk, suara itu bergema lembut menyentuh sisa jiwa Long Chen. Dalam keheningan, jiwa itu terkejut sekaligus terharu. Untuk pertama kalinya setelah kematiannya, muncul secercah harapan dan cahaya. Long Chen menutup matanya, menantikan waktu di mana ia akan kembali terlahir ke dunia."Tolong… tolong…!!!" Dari kejauhan terdengar suara seorang wanita berteriak meminta tolong menggema di antara pepohonan. Qing Long Chen baru saja selesai mengambil kristal inti dari dalam kepala serigala berbulu perak. Ia langsung menoleh. Karena penasaran, dia lalu melesat secepat kilat ke sumber suara untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di sana, ia melihat seorang gadis berusia sekitar tiga belas tahun dengan wajah cantik, tampak berlari ketakutan dikejar seekor ular bersisik hitam. Ular bersisik hitam itu meluncur menerobos pepohonan, tubuhnya sebesar batang pohon, panjangnya belasan meter. Setiap gesekan sisiknya di tanah menghasilkan gemuruh halus, dan racun ungu menetes dari taringnya, membuat rerumputan di bawahnya langsung menghitam. Gadis itu tersandung batu dan hampir terjatuh ketika ular raksasa itu membuka mulut lebar-lebar. Sebuah bayangan gelap muncul seraya mengayunkan pedangnya ke tubuh ular hitam. Slash! Slash! Slash! Tubuh ular bersisik hi
Di malam hari, Qing Long Chen, Patriark Qing Feng, Qing Yunxiao, dan Lin Hua sedang menikmati makan malam di ruang makan. Tak ada satu pun yang bersuara saat mereka makan. Beberapa saat kemudian, mereka selesai. Saat hendak pergi, Qing Feng memanggil pelan. “Chen’er.” Long Chen berhenti. “Ya, Ayah?” Qing Feng menatapnya dengan sorot tajam yang tetap penuh kendali. "Ada hal yang harus kau ingat mulai sekarang," ucapnya perlahan. "Jangan tunjukkan kekuatanmu di hadapan murid lain ataupun orang luar." Long Chen terdiam sejenak. “Untuk merahasiakan kekuatanku?” Qing Feng mengangguk tipis. “Benar. Para Tetua sudah mengetahui perkembanganmu, dan mereka sepakat untuk merahasiakannya. Namun, murid-murid lain maupun pihak luar tidak boleh tahu. Untuk sekarang, lebih aman jika semua orang menganggapmu biasa saja.” Long Chen menunduk hormat. “Aku mengerti, Ayah. Aku tidak akan menarik perhatian.” "Bagus." Qing Feng menepuk pundaknya pelan. "Ini demi keselamatanmu. Bakatmu ter
Seiring berjalannya waktu, kini Qing Long Chen telah berusia dua belas tahun. Wajahnya semakin tampan, membuat para murid wanita terpikat oleh pesonanya. Sedangkan para murid laki-laki justru merasa iri, termasuk Qing Mo Han. "Tch! Apa hebatnya kau dibanding diriku? Dari dulu hingga sekarang ranah kultivasimu tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kau masih layak disebut Tuan Muda? Sampah tetaplah sampah! Mau berusaha sekeras apa pun, kau tak akan pernah menjadi kultivator sejati!" ejek Qing Mo Han sinis saat Qing Long Chen melintas di depannya. Qing Long Chen berhenti dan menoleh pelan. "Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Apa di matamu aku begitu rendah hingga kau berani menyebutku sampah? Aku tidak pernah bermasalah denganmu, tapi kau selalu mencari gara-gara denganku. Aku selama ini diam karena menghormatimu sebagai senior. Tapi semakin lama, tindakanmu semakin arogan, seolah klan ini milik keluargamu sendiri. Beginikah sikap seorang senior terhadap junior?"
Tujuh tahun kemudian, tampak seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun berwajah tampan tengah berlatih tanding dengan kakaknya. Tangannya dengan lincah mengayunkan pedang kayunya itu. Qing Yunxiao hanya bisa menghindar dan menangkis serangan pedang adiknya itu. Meski di umurnya masih berusia tujuh tahun, teknik pedang Qing Long Chen tidak bisa di anggap remeh. "Sungguh mengerikan, meski adikku masih berusia tujuh tahun tapi kemampuan pedangnya sangat mendalam," gumam Qing Yunxiao, terkejut akan perkembangan sang adik. Meski demikian, ia merasa senang dan bangga memiliki adik yang begitu jenius. Ia tak pernah merasa iri terhadap bakat yang dimiliki Qing Long Chen. Sebaliknya, ia amat menyayangi adiknya itu. Sewaktu Qing Long Chen berusia lima tahun, dari pagi hingga sore ia membaca kitab-kitab di perpustakaan klan dari tingkat rendah hingga tingkat menengah, bahkan yang berada di perpustakaan paviliun keluarganya selama satu bulan. Di bulan kedua, ia dengan tekun dan giat mu
Dua ratus tahun telah berlalu. Di dunia bawah, tepatnya di wilayah Klan Qing, suasana malam itu terasa tidak biasa. Langit yang semula cerah tiba-tiba diselimuti awan gelap pekat. Petir sesekali berkilat di kejauhan, namun tak setetes pun hujan turun. Di dalam salah satu paviliun utama, Qing Feng, Patriark klan, berjalan mondar-mandir di depan kamar istrinya. Wajahnya tampak gusar dan penuh kecemasan, matanya sesekali menatap pintu yang tertutup rapat. Dari dalam, suara tangisan dan jeritan tertahan terdengar menggema. "Bagaimana istriku?" seru Qing Feng dengan nada cemas. Seorang tabib wanita tua keluar terburu-buru, wajahnya pucat. "Patriark... ini bukan kelahiran biasa. Energi spiritual di sekitar Nyonya Ling Hua terlalu kuat. Saya takut tubuhnya tak akan mampu menahannya!" Qing Feng menggertakkan giginya. "Apapun yang terjadi, selamatkan dia!" Namun sebelum sang tabib sempat masuk kembali, getaran kuat mengguncang seluruh bangunan. Cahaya keemasan menyembur dari celah pi
Langit bergetar ketika Long Chen, Kaisar Langit bijaksana duduk bersila di tengah formasi besar. Aura surgawi berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran qi yang menerangi seluruh istana suci. Satu langkah lagi, hanya satu langkah menuju ranah Immortal, puncak yang ia dambakan selama beribu tahun. Namun di saat kekuatan itu hampir sempurna, dua sosok yang paling ia percayai muncul di balik cahaya formasi: Mei Ling, istrinya yang lembut, dan Long Chui, adik angkat yang ia besarkan dengan tangannya sendiri. "Chen ge… waktunya tiba," bisik Mei Ling dengan senyum samar. Long Chen tak tahu, di balik senyum itu tersimpan niat membunuh. Kilatan dingin menyambar. Sebilah pedang menembus punggungnya, disusul tusukan kedua dari sisi lain. Darah memancar, menodai lingkaran cahaya. Tatapan Long Chen membeku, antara tak percaya dan hancur. "Mei Ling… Chui ’er… mengapa?" suaranya nyaris tak terdengar. Namun hanya senyum dingin yang menjawab sebelum segalanya runtuh ke dalam kegelapan. Tubuh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น