Share

7

“Tentu saja akan saya jelaskan,” balasku. Komandan Vina tersenyum dan menepuk pundakku berulang kali.

“Nah akan kujelaskan tentang B3. B3 area penelitian dan laboratorium. Serta area pembangkit energi kita.” Ucap Komandan Vina. Kami memasuki lift, “Gaiantum, tahu kan soal Gaiantum?”

“Sumber daya yang baru kan?” tanyaku. “Mohon maaf saya tidak begitu mengerti soal ini.”

“Dasarnya seperti itu. Lalu kamu tahu soal penyelamat Bumi?” tanya balik Komandan Vina. “Kurasa waktu di sekolah sudah dijelaskan kan?”

Aku mengangguk-angguk. Komandan Vina melangkah keluar lift. Kami berada di sebuah lorong penuh dengan ruangan. Komandan Vina memberiku isyarat untuk mengikutinya. Aku mengekor di belakangnya.

“Pria yang kamu temukan adalah adikku.” Komandan Vina berhenti di sebuah tembok kaca satu arah. Di dalam ruangan itu ada peri hutan, dia sedang berada di dalam sana bersama beberapa orang dengan jas lab. “Tapi entah kenapa, adikku bisa terpilih menjadi penyelamat Bumi.”

“Ingatannya hilang semua tentang diriku. Oh ya, dari laporanmu. Kudengar dia bercerita soal dirinya sebagai prajurit dari RKAT?” tanya Komandan Vina.

“Siap benar.” Jawabku. “Dia bercerita juga kalau dia jadi tawanan dan setelah itu dia tidak ingat.”

“Hmm.” Komandan Vina mengamati peri hutan itu. Tangannya menempel ke kaca satu arah. “Sayang sekali adikku kehilangan ingatannya. Padahal aku senang sekali sudah menemukannya.”

“Lalu dia menunjukkan kekuatannya padamu?” tanya Komandan Vina lagi. “Ikuti aku lagi.”

“Dia hanya menunjukkan kekuatannya dengan memanggil hewan. Dia memberikan sepasang kelinci pada saya.” Jawabku.

Komandan Vina membawaku masuk ke dalam ruangannya. Dia duduk di kursinya, aku dipersilakan duduk di hadapannya.”Kalau begitu, aku pasrahkan adikku ke timmu bagaimana? Tadinya aku ingin Roger yang mengawasinya tapi karena kamu yang pertama kali menemukannya. Jadi kuserahkan padamu.”

“Bagaimana? Kamu mau mengawasinya?” tanya Komandan Vina lagi.

“Tentu saja saya bisa mengawasinya.” Jawabku.

Komandan Vina membuka laci mejanya. Dia mengeluarkan delapan surat dan diletakkannya di atas mejanya. “Ini hadiah dariku. Kalian berhak mendapatkan pendidikan lanjutan ke tingkat A. Satu asramamu, nanti tolong sampaikan pada mereka.”

“Te-terima kasih Komandan!” jawabku dan menerima surat-surat itu. Pintu ruangan ini terbuka. Peri hutan masuk bersama seorang pria berjas lab.

“Semua sudah selesai.” Katanya. “Nah jadilah pria yang baik dan semoga ingatanmu cepat pulih kembali.”

Peri hutan itu mengangguk-angguk. Dia terkejut melihatku. “Halo, kita bertemu lagi? Haha.”

Apa yang ia alami sampai secanggung ini? Komandan Vina menyuruhku menunggu di luar sebentar. Bersama pria berjas lab tadi aku dan dia menunggu di luar ruangan komandan. Pria jas lab itu menyalamiku.

“Athens.” Sapanya memperkenalkan diri.

“Madania.” Jawabku.

“Kerja bagus. Kamu membantu usaha penyelamatan umat manusia.” Athens setelah bicara seperti itu dia pergi. Tak lama peri hutan itu keluar dari ruangan komandan. Dia membawa kartu identitasnya bernama Atma Wiratmaja.

“Er, Madania senang bertemu denganmu lagi. Komandan Vina menyuruhku bergabung dengan timmu.” Katanya dan memasukkan kartu identitasnya ke dalam dompetnya dan memakai kartu pegawainya.

“Hayo, kamu sudah lupa janjimu pada kakakmu?” Komandan Vina keluar dari ruangannya. “Kamu aku suruh memanggilku dengan sebutan kakak kan?”

“Tapi kamu bukan kakakku!” Sanggah Atma. Komandan Vina menunjukkan senyum mematikannya. Atma menciut, “Baik Kak Vina tersayang.”

“Bisa berikan kakakku pelukan selamat tinggal?” pinta Komandan Vina. Atma memeluknya dengan erat kemudian pergi dahulu ke lift. “Madania, pastikan tidak terjadi apa-apa padanya.”

“Kenapa harus aku? Kenapa tidak Anda awasi sendiri?” tanyaku.

“Pusat Silverstars masih tidak tahu tentang dirinya. Jika tahu, maka dia akan jadi percobaan besar-besaran bagi situa James.” Jawab Komandan Vina. “Pastikan dia tidak akan mengekspos kekuatannya di publik.”

“Lalu aku sedang memikirkan cara untuk memulihkan ingatannya. Dan simpan ini sebagai rahasia kita. Rahasiakan semua yang kamu lihat di B3.” Komandan Vina seusai berkata seperti itu. Dia mengunci pintu ruangannya.

Aku menyusun Atma di dalam lift. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan terlebih dahulu? Keliling kota sebelum kita ke asrama?”

“Ah kita juga bisa mampir ke rumahku sebentar!” Kataku. “Biarlah Roger dan lainnya menerka dahulu aku diapakan di B3.”

“Baiklah.” Balas Atma. Dia terdiam sejenak dan menghembuskan napas panjang.

“Apa yang terjadi padamu setelah divaksin?” tanyaku padanya. Wajahnya berubah menjadi penuh takut.

“Kak Vina menakutkan.” Jawab Atma dan bergidik ngeri. “Jangan bahas itu lagi tolong.”

“Oke.” Kami berdua sampai di stasiun lagi. Masinisnya mengantarkan kami kembali ke stasiun kota. Kudengar perut Atma yang keroncongan.

“Lapar?” tanyaku padanya. Atma menatapku dan menganggukkan kepalanya. “Suara perutmu terdengar.”

“Kamu kan sudah lama di hutan. Apa kamu mau mencoba makanan moderen? Kalau iya, ada kedai kecil di sini langgananku dulu waktu sebelum lulus.” Ajakku, Atma mengangguk begitu saja.

“Aku menurut saja deh.” Jawabnya. “Lalu kamu juga dengar suara ini?”

“Suara apa?” tanyaku. Kupesan sebuah taksi dan menunggunya datang untuk menjemput kami.

“Suara seperti orang berdoa dan bernyanyi. Daritadi terdengar terus,” jawabnya.

Hmm? Menarik juga, seingatku tempat peribadatan dari sini jauh. Apa dia berhalusinasi akibat lapar? Sebaiknya segera aku ajak ke kedai. Taksi yang kami pesan tiba. Atma duduk di tengah sedangkan aku berada di depan dekat pak supir.

Supir taksi ini daritadi melihat Atma yang kebingungan. Tangannya ia tutupkan ke telinganya. “Temanmu tidak apa-apa? Sebaiknya kamu harus ke belakang dan menemaninya.”

“Katanya ia mendengar doa-doa.” Jawabku. “Entah doa-doa seperti apa aku tidak tahu.”

“Temanmu mungkin orang yang beruntung. Terima saja suara itu. Toh tidak ada salahnya doa itu bagus.” Kata supir itu.

Aku melihat stiker di kaca depan taksi ini. Ah sial, dia penganut Dewa Bumi. Tunggu dulu, Atma berkata dia mendengar doa. Fakta bahwa dia punya kemampuan seperti sang penyelamat, kurasa ada hubungannya. Apa dia bisa langsung mendengar doa-doa yang orang ucapkan untuk bumi?

Menarik juga untuk aku cari tahu. Aduh, sampai lupa aku mau ke perpustakaan dan malah jadi pengawasnya sekarang? Kami akhirnya sampai di depan kedai. Supir taksi itu tidak mau dibayar. Ia hanya meminta Atma untuk memegang telapak tangannya.

“Semoga Gaia melindungi kalian!” ucap supir itu dan pergi begitu saja. Orang-orang dari golongan penyembah bumi itu memang menjengkelkan dan seperti ini.

Setelah memasuki kedai. Kedai kecil ini tiba-tiba penuh dengan banyak orang. Padahal biasanya selalu ramai. Aku dan Atma mengambil posisi duduk di paling ujung kedai. Seorang pelayan datang menghampiri kami.

“Tumben ramai sekali hari ini. Ada apa?” tanyaku padanya.

“Nona Madania, mereka barusan datang sebelum Anda. Mungkin mereka rombongan pekerja yang baru selesai bekerja.” Jawab pelayan itu. “Mungkin bisa saja pegawai kantoran. Kawasan sini kan dekat dengan kantor-kantor.”

“Pacarmu?” pelayan itu melirik Atma. “Bisa dimengerti. Pak tua pasti terkejut mendengarnya.”

“Bukan!” Rizal sang pelayan itu sudah pergi begitu saja. “Dia anggota baru di timku!”

BRAK!

Para pengunjunga lainnya menoleh ke dapur. Pak tua pemilik kedai ini mengintip dari balik tirai pemisah dapur. Terdengar suara gaduh lagi. “Aduh orang itu.”

“Kenapa?” tanya Atma. “Apa mereka selalu seperti ini?”

“Tidak. Mereka hanya salah paham. Mengira kita ini adalah ... .” jawabku. Wajahku memerah malu dan membenturkan kepalaku ke meja. “Bukan! Lupakan saja lah.”

Pak tua itu datang dengan pesananku yang seperti biasanya. Dia membawa dua porsi untukku dan satu porsi untuk Atma. Ditariknya kursi kosong dari meja tua yang sudah rusak dan duduk di atasnya.

“Jadi mas ini pacarnya Nona Madania ini?” tanyanya pada Atma. Sudah kuduga, orang tua ini memang begini sifatnya. Bagaimanapun juga dia sudah menganggapku sebagai putrinya sendiri sih. Putrinya yang asli tewas dalam serangan pertama Sovyet pada sekutu di Jepang.

“Bukan pak tua! Dia hanya anak baru dalam timku. Aku disuruh melatihnya hingga dia bisa.” Jawabku.

“Pacar? Bukan, selebihnya sama yang dijelaskan oleh dia sendiri.” Kata Atma. Dia tampak kesakitan dan masih menutupi sebelah telinganya.

“Kamu tidak apa-apa? Kamu terlihat kesakitan dan memegangi telingamu terus. Apakah telingamu sakit?” tanya Pak Akita pada Atma.

“Tidak dari tadi aku hanya mendengar sebuah suara-suara asing.” Atma menutup matanya dan menutupi telinganya. “Mirip lantunan doa dan nyanyian.”

“Hei cukup aneh juga orang-orang di timmu,” kata Pak Akita. “Silakan nikmati makanan khas kedai ini. Selagi masih hangat, aku harus kembali ke dapur karena banyak pesanan yang harus aku buat.”

Pak Akita menghilang dan masuk ke dapur dengan cepat. Pria tua itu sangat gesit dan lincah, kabarnya dulu dia mantan perwira tinggi di sekutu. Tapi setelah putrinya tewas dia memilih keluar dan bergabung dengan Silverstars. Tapi entah kenapa dia yang dulunya berada di daftar instruktur Silverstar karena pengalamannya di sekutu, sekarang malah buka kedai.

Setelah memakan semua pesanan kami. Di luar kulihat ada rombongan para penyembah Bumi sedang lewat. Aku melihat tanggal di gawaiku. Benar, hari ini hari Bumi. Mereka akan selalu mengadakan parade keliling kota dan berdoa dan melantunkan nyanyian. Apa karena ini dia mendengarnya?

Atau mungkin saja telinganya sangat tajam sehingga dia bisa mendengar suara mereka dari kejauhan? Tapi kulihat Atma matanya menatap tajam ke arah kerumunan itu. Dia terdiam dan tampak seperti orang linglung.

“Ketemu. Entah kenapa mereka ada di sini membuatku kuat.” Atma tiba-tiba keluar kedai dan mengikuti mereka.

“Ei! Tunggu!” seruku. Aduh mana ini belum dibayar lagi.

Tapi seorang pria kantoran itu menepuk pundakku ketika aku di konter kasir. “Aku yang bayar. Kamu kejar saja temanmu itu.”

“Te-terima kasih!” ucapku. Beruntung sekali ada orang baik hari ini. Sebenarnya aku bisa saja membayarnya. Tapi saat ini aku harus fokus mengejarnya. Aku segera keluar dari kedai dan mengikuti ekor dari rombongan itu.

Tunggu dulu! Kenapa orang yang membayar tadi bisa tahu kalau aku temannya? Apa mereka pengawas? Pengawas yang ditugaskan? Ah sudahlah, saatnya mencari Atma dahulu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status