Share

6

Hup! Hup! Hiyah!

SRAK!

Aku mendarat di semak belukar di halaman belakang gedung. Yang tidak kupikirkan adalah ada pengawal juga di sini. Untung mereka tidak melihatku turun ke sini tadi. Nah sekarang ada apa di sini, saatnya mencari tahu.

Walaupun aku masih terbilang baru sebagai prajurit bayaran dari Silverstar. Kemampuanku mencari informasi sangatlah hebat. Perlahan-lahan aku mendengar perbincangan mereka.

“Benarkah dia adalah ... .” kata pengawal satunya. Tidak terlalu jelas dan samar-samar pembicaraan mereka. Mau tidak mau aku harus mendekat. Tapi jika mendekat akan merisikokan posisiku.

Kuputuskan untuk diam di sini. Pengawal satunya lagi membalas, “Jika benar, bumi akan terselamatkan. Nanti akhirnya kita bisa tinggal di permukaan tanpa takut adanya serangan dari mutan dan lain-lain.”

Menarik, apa yang mereka bicarakan. Tapi itu saja tidak cukup. Perlahan aku keluar dari semak ini dan melangkah dengan hati-hati. Kemudian aku pastikan mereka tidak melihatku dan mendengarku.

Aman, mereka tidak menyadari keberadaanku sama sekali. Aku menuju samping kanan gedung ini. kugoyangkan satu-satu tambalan kayu dari jendela ini. Akh, kenapa semuanya di paku rapat? Apa telah diperbaiki dengan rapat?

Krieeet...

Beruntungnya aku, ada yang bisa kucopot! Kucopot perlahan tambalan bagian bawah ini. kulihat ke dalam. Ini sepertinya lorong kamar mandi, dekat ruangan vaksin dan lain-lain. Mata melihat gerak-gerik aneh petugas berbaju hazmat tersebut yang berbincang-bincang dengan Komandan Vina dan pengawalnya.

Kemudian Komandan Vina dan pengawalnya besembunyi di balik pilar. Kenapa mereka bersembunyi? Di manakah peri hutan itu?

Tak lama peri hutan itu keluar dari kamar mandi. Dia tampak tidak menyadari apa yang terjadi. Dia dituntun oleh petugas berbaju hazmat itu entah ke mana. Tapi, tiba-tiba dia disekap oleh komandan dan pengawalnya!

Gawat! Apa yang terjadi? Aku hanya bisa mengamati dari sini. Mereka menangkap peri hutan itu dan membawanya keluar. Kuintip dari tembok gedung, peri hutan itu dibawa masuk ke dalam mobil komandan.

Apakah aku harus menyelamatkannya? Tapi itu Komandan Vina sendiri. Mana mungkin aku melawan komandan? Ah sialan, tapi dia kan orang baik juga. Kenapa perlakuannya seperti itu?

Persetan, aku akan mengikutinya! Aku menunggu semua pengawal pergi. Barulah aku akan mulai mengikutinya. Aku keluar dari persembunyianku dan melihat mobil komandan dan rombongan pengawalnya pergi.

Sial. Dia kan penyelamat kita di Bumi. Kenapa harus diperlakukan seperti itu? Bahkan aku belum sempat mengetahui nama asli peri itu. Bagaimana caraku bisa mencarinya? Kukirimkan pesan pada adikku kalau aku pergi pulang.

Lalu berjalan menuju pool kendaraan mencari motorku. Motorku yang mana lagi, tiga hari bertugas aku sudah lupa kendaraanku yang mana! Kuambil dompetku, lalu kutepuk jidatku.

“Aku lupa mengambil kembali barang bawaanku setelah pulang dari tugas! Madania kamu bego sekali,” kataku. Petugas yang menjaga pool tertawa melihatku. “Maaf aku akan kembali lagi nanti!”

Aku berjalan menuju tempat penyimpanan barang sebelum bertugas di gedung di dekat hangar. Sial, berjalan kaki cukup jauh juga. Kurasa aku akan kehilangan jejaknya dia dibawa ke mana. Lebih baik, mampir ke kota sendirian dan minum di bar hingga malam.

Setelah berjalan cukup jauh juga, perlu diketahui luas daerah di permukaan ini luas sekali. Aku sendiri melupakan berapa luasnya. Begitu tiba di depan gedungnya, aku pindai langsung kartu karyawanku dan menunggu pintunya terbuka.

Terlihat hanya tinggal loker milikku yang masih ada tanda belum diambil. Bangunan gudang yang dialihfungsikan ini sepi sekali saat tidak ada yang bertugas keluar. Untung saja lokasi lokerku dekat dengan pintu masuk.

Ting!

Lokerku terbuka begitu saja saat aku menempelkan sidik jariku ke pemindai. Tasku ada di sana, tas berisi barang-barang penting. “Hmmm, meskipun begitu aku tetap penasaran.”

Saatnya berjalan jauh kembali ke pool kendaraan dan menuju kota! Soal peri hutan itu tetap saja membuatku penasaran. Tapi ciri-cirinya kekuatannya cocok dengan sang penyelamat Bumi di buku yang kami pelajari di sekolah sini.

Hmm.

Atau aku ke perpustakaan saja ya memahami soal ini lagi. Sesampainya di pool kendaraan, aku tunnjukkan kartu kepemilikan kendaraan yang aku punya. Petugas yang di sana memindai kartuku ke dalam komputernya. Lalu secara otomatis, motorku pun muncul di lift kendaraan bermotor di seberang posnya.

“Selamat mengemudi, lain kali jangan pelupa lagi. Err, Madania.” Petugas itu memberikan kembali kartuku. Saat menuntun kendaraanku ini keluar. Terlihat beberapa helikopter dan pesawat terbang mengarah keluar dari kota ini.

“Semoga kembali dengan selamat siapapun itu yang berangkat.” Ucapku dan memakai helmku. Setelah menempelkan jari jempolku ke pemindai untuk menyalakan motorku. Aku menuju jalan menuju bawah tanah.

Ada pemeriksaan di dekat gerbang jalan menuju kota bawah tanah. Tempat tinggal umat manusia semenjak permukaan belum aman 100%. Aku pun mengantri di belakang tumpukan kendaraan ini.

Tunggu dulu, aku melihat mobil komandan! Dia ada di depan sana! Komandan Vina adalah orang yang taat hukum. Dia pasti tidak meminta untuk melewati titik ini dengan memanfaatkan kekuasaannya.

Tunggu dulu, masih ada waktu untuk mengikutinya. Untung antrian motor lebih cepat ketimbang mobil! Aku bisa mendahuluinya! Beruntung sekali hari ini. Setelah mendahului mobil komandan dan masuk menuju kota bawah tanah duluan. Aku sengaja berhenti di depan mulut terowongan yang khusus untuk lajur motor dan menunggu mobilnya lewat.

Setelah 15 menit menunggu. Mobil Komandan Vina lewat, aku menyalakan motorku kembali dan membuntutinya dari jarak aman. Aku ikuti dari belakang berjarak dua kendaraan dari belakang.

Lambat laun jalan kendaraan ini semakin menjauh dari kota bawah tanah dan menuju ke terowongan yang menghubungkan ke B1. Aku masih tetap membuntuti mereka, semoga saja mereka tidak curiga karena semakin masuk ke zona B1 ini isinya cuma pertanian dan peternakan semakin sepi kendaraan lainnya.

Saat menuju daerah pasar B1. Mobilnya berhenti, aku terpaksa menyalip mereka karena tidak ingin mereka tahu kalau aku mengikuti mereka. Setelah menyalip mereka, aku bersembunyi di perempatan jalan selanjutnya. Kumasukkan motorku ke dalam tanaman jagung yang tumbuh tinggi. Lalu mengintip apa yang dilakukan oleh Komandan Vina.

Sang peri hutan kelihatan. Dia diturunkan dari mobil dan nampak linglung. Komandan Vina tampak membeli sebuah apel dan diberikannya kepadanya.  Sepertinya dia memperlakukannya dengan baik.

Kemudian dia membawa peri hutan itu dituntun oleh seorang warga B1 masuk ke dalam pasar. Sial, aku kehilangan penglihatan lagi kalau begini. Aku membuka tasku dan mengeluarkan robot lalatku.

Kuharap tidak rusak karena selalu kupakai. Aku mengaktifkannya dan mengambil alat monitor kendalinya. Lalat itu aku terbangkan dan kendalikan mengikuti di belakang mereka. Samar-samar terdengar pembicaraan mereka.

“Dirimu spesial.” Kata Komandan Vina. “Kamu ditunjuk menjadi salah satu Anak Bumi. Orang-orang yang beruntung yang akan menetapkan nasib Bumi ke depannya.”

“Aku? Ah aku dengar dari orang yang menyelamatkanku. Roger dan Madania bilang juga kalau aku akan menyelamatkan Bumi ini juga. Tapi aku tidak tahu kekuatanku ini bersumber dari mana.” Kata peri hutan itu.

“Wajahmu mirip sekali dengan wajah adikku, Atma. Sayang sekali waktu kecil kami harus terpisah akibat perang. Maaf karena tadi memanggilmu adik.” Kata Komandan Vina.

Mereka berjalan sampai di sebuah lahan gersang. Komandan Vina merusak borgol peri hutan itu. “Lakukan sesuatu dengan tanah ini.”

“Lakukan apa?” tanya peri hutan.

Komandan Vina mencengkram tangannya dengan kasar. Kemudian menancapkannya ke dalam tanah. Sebuah cahaya dengan kilauannya yang silau muncul. Suara gemuruh tanah terdengar dan tanah pun bergetar. Saat kilauan selesai, tanah gersang tadi berubah menjadi kawasan hutan lebat. Tiba-tiba dari dalam tanahnya keluar bermacam-macam hewan yang menghuninya.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Kusimpan rekaman lalat ini. Lalu kulihat lalatku ditangkap oleh Komandan Vina. Kemudian ia hancurkan dengan jarinya. Aku ketahuan!

Kumasukkan dengan segera semua peralatanku dan kabur menuju area kota bawah tanah. Sesampainya di asrama, Roger terlihat sedang kencan dengan kekasihnya di ruang tamu asrama. “Wups. Aku masuk di saat yang salah. Tapi kalian harus lihat ini!”

“Lihat apaan Madania. Ini kali ketiganya kamu merusuhi kencanku.” Ucap Roger, “Pastikan hal yang menarik dan bagus.”

“Haah, Madania kamu selalu datang di saat yang salah.” Ucap Vivi, kekasih Roger.

“Kalian mau lihat tidak?” tanyaku. “Yang lain masih belum pulang?”

“Belum.” Jawab Roger menunjuk ke papan hadir asrama. “Cepat tunjukkan!”

Aku mengeluarkan memori penyimpanan dari rekaman lalat itu. Kemudian menyalakan laptopku, kumasukkan memorinya dan memutar rekaman soal peri hutan yang disebut Atma oleh Komandan Vina.

“Lihat ini dan kagetlah!” kataku memutarkan rekaman itu. Roger dan Vivi melihat rekaman dariku. Mata mereka terbelalak tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mulut mereka ternganga, Vivi pun sampai menangis.

“Akhirnya, suatu saat manusia akan tinggal kembali di permukaan.” Ujarnya. Roger kemudian mematikan rekaman itu.

“Madania, pasti kamu tidak berbuat masalah dengan mendapatkan rekaman ini kan?” tanyanya padaku. Aku tersenyum gugup dan nyengir.

“Tenang saja hehe.” Aku memasang senyumku. “Tidak ada masalah kok.”

“Simpan baik-baik rekamannya. Jangan sampai bocor. Siapapun tidak boleh tahu. Demi keamanan kita. Siapa tahu, nanti pihak Silverstars menyembunyikan ini sebagai informasi rahasia.” Ucap Roger. Memang Roger sang ketua dapat diandalkan dalam hal beginian.

“Ini rahasia kita bertiga.” Roger mengambil kartu memori dari laptopku. Dia memberikannya padaku, “Kamu bisa menyimpannya kan?”

KRIIING! KRIING! KRIIING!

Telepon asrama kami berbunyi. Kami bertiga keringat dingin. Was-was apakah kami ketahuan atau tidak. Roger memberi isyarat padaku untuk menjawab telepon itu. Aku berlari ke telepon yang menempel di dinding. Setelah menempelkan jariku untuk menggunakan telepon. Aku jawab telepon itu.

“Asrama 130?” kata penelpon dengan tegas. Kusetel panggilan itu menjadi lewat pengeras suara. Supaya Roger dan Vivi mendengarnya juga. “Yang bernama Madania harap segera menuju B3.”

GLEK!

Keringat dingin bercucuran di dahiku. Begitu juga Roger dan Vivi, muka mereka pucat. “Siap, saya Madania sendiri akan menuju B3 dengan segera.”

Aku tutup teleponnya. Roger dan Vivi segera mengusirku untuk menuju ke daerah B3. Daerah B3 merupakan daerah khusus bagi mereka yang penting. Detak jantungku tidak karuan saat menerima panggilan itu tadi. Aku ketahuan kah?

Diantarkan oleh Vivi aku menuju stasiun kereta. Lalu membeli tiket khusus menuju B3. Petugas loket meminta kartu pengenalku. Aku berikan, kemudian mengembalikannya lagi dengan tiket eksklusif menuju B3.

“Semangat. Semoga hal baik terjadi padamu.” Ucap petugas itu. Mendengar ucapannya, mengerikan juga. Apakah ia pernah ke B3?

“Apakah Anda pernah ke B3?” tanyaku padanya.

Dia menyuruhku mendekat dan dia mulai berbisik. “Rumornya, di sana adalah lab penelitian. Entah itu penelitian terhadap mutan maupun manusia!”

“Seriusan?” tanyaku.

“Iya. Nah sekarang berangkatlah! Antrian di belakangmu sudah menumpuk!” petugas itu mengusirku.

Aku masuk ke dalam stasiun. Setelah memindai tiketku di salah satu gerbang menuju peron. Aku terkejut begitu tempat pindai itu bergeser dan menghilang ke bawah tanah. Kemudian terbuka tangga menuju bawah tanah stasiun. Wow, seperti ini kah rasanya menjadi orang penting yang diundang ke B3.

Semua penumpang di sekitar alat pemindai tiket khusus ini terkesima. Aku menuruninya dan sampai di sebuah peron khusus. Di sana sudah ada kereta yang menunggu. Kereta ini cuma ada dua gerbong penumpang.

Sang masinis tampak santai sedang merokok di luar keretanya. Melihatku dia mematikan rokoknya dan membukakan pintu gerbong penumpang padaku. “Baru pertama kali ke B3 Nona?”

“Anda pasti sangat penting sekali jika diundang ke sini.” Kata masinisnya. “Hari ini penumpangnya cuma Anda.”

“Ada apa di zona B3?” tanyaku. Masinis itu tidak menjawab dan bungkam. Setelah menutup pintu gerbong yang kutumpangi. Dia masuk ke dalam lokomotif dan menyalakan mesin lokomotif.

Kami melewati terowongan panjang menuju ke arah bawah tanah. Dulu bawah tanah merupakan tempat yang paling tidak diinginkan manusia untuk tinggal. Namun dengan kondisi seperti ini, manusia akhirnya mau beradaptasi dan tinggal di bawah tanah.

Manusia jaman sekarang sudah terbiasa dengan suhu bawah tanah yang agak berbeda dengan di permukaan. Kulihat ponselku, semakin tidak ada sinyal. Sudah 30 menit lebih kereta ini berjalan. Hingga akhirnya kami tiba disuatu stasiun.

Di peronnya, ada Komandan Vina dengan pengawalnya. Aku keringat dingin apabila kau dipanggil akibat ketahuan. Kereta berhenti, masinis turun dan membuka pintu gerbong. Aku bangkit dari kursiku dan melangkahkan kakiku dengan hati-hati.

GLEK!

Apa yang akan terjadi pada diriku di bawah sini? Komandan Vina tersenyum melihat di hadapannya. Dia menepuk pundakku dan merangkulku. Kami berdua berjalan keluar stasiun tanpa banyak bicara.

“Kudengar kamu yang pertama menemukannya. Bisa jelaskan padaku kronologinya? Lalu katakan semua yang kamu tahu tentangnya.” Kata Komandan Vina dengan sedikit mengancam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status