Share

Bab 7

Alagar membalikan badannya, ia menatap gadis yang sedang memarahi penjambret dengan seksama. Pria itu benar-benar dibuat tidak percaya dengan apa yang dilihat depan matanya tersebut.

Bukan hanya energi spiritualnya saja mirip dengan seseroang yang dikenalnya dulu, tetapi wajah cantiknya juga sangat mirip, ditambah perawakan wanita itu juga hampir sama, membuat Alagar benar-benar tidak bisa berkata-kata.

"Tuan," tegur Jack yang sudah sampai ditempat tersebut.

"Eh ...." Alagar tersentak kaget.

"Siapa mereka Tuan?" tanya Jack penasaran, melihat Clinton yang sedang menduduki seseroang dan ada wanita cantik di sana.

Alagar mau menjawab, tetapi orang-orang mulai berkerumun, sehingga membuat pria itu terpaksa menjauh dan berdiri di dekat mobil masih menatap wanita tersebut.

Jack memperhatikan Tuannya dengan seksama, pandangannya yang tidak teralihkan sama sekali dengan wanita cantik itu, membuat Jack yakin kalau Alagar tertarik dengannya.

"Dia sangat cantik Tuan, saya rasa cocok dengan Anda," celetuk Jack.

"Kamu be ... kau bicara apa? Ayo pergi!" bentak Alagar tiba-tiba dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Hais ... ternyata seorang Alagar Ruiz bisa salah tingkah juga," gumam Jack sembari tersenyum, lantas bergegas masuk ke dalam mobil.

Bersamaan dengan itu Polisi datang langsung menangkap penjambret, sementara mobil Alagar pun meninggalkan tempat tersebut.

Untuk beberapa saat Alagar masih memperhatikan wanita yang sangat familiar itu, hingga beberapa saat ia pun mengabaikannya, bersamaan dengan itu si wanita menoleh ke mobil Alagar, memperhatikannya dengan seksama.

"Dia Tuan muda Ruiz yang menangkap penjambret tadi," ucap Clinton yang melihat temannya itu menatap mobil Alagar.

"Ah ... aku tidak sempat berterima kasih padanya," tutur wanita itu lembut.

"Nanti saja, dia juga bakal sering ke Universitas, kita ke kantor polisi dulu," ajak Clinton kepada temannya itu.

Si wanita hanya menganggukkan kepalanya, mereka bertiga pun pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.

***

Sementara itu didalam mobilnya, Alagar masih memikirkan wanita tadi yang benar-benar mirip dengan kenalannya.

"Tidak mungkin itu dia, pasti hanya kebetulan saja," gumam Alagar meyakinkan dirinya sendiri, "tapi ... kenapa dia sangat mirip sekali?" sambungnya penasaran.

Jack yang mendengar gumaman Alagar hanya tersenyum, dia mengira kalau Tuannya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pemikiran Alagar dan Jack jelas saja berbeda, ada sedikit kesalah pahaman di sana, mengingat Alagar selama ini tidak pernah menyukai seorang wanita sama sekali, sehingga Jack pikir Tuannya itu baru menemukan belahan jiwanya.

"Tuan tenang saja, saya akan membantu Anda," celetuk Jack tiba-tiba.

"Ah benar, harusnya memang begitu." Alagar tanpa sengaja menjawab pertanyaan Jack.

Jack berbangga diri mendengar ucapan Alagar, dia pikir Tuannya memang membutuhkan bantuan darinya. Kenyataannya Alagar sedang berbicara kepada dirinya sendiri.

Alagar sedang berpikir kalau hasil riset mengatakan, setiap manusia di bumi hampir semuanya memiliki kembaran, walau entah dimana mereka berada, sehingga ia yakin kalau wanita tersebut hanya kebetulan mirip dengan orang yang dia kenal.

Alagar mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum, dia sangat yakin pikirannya tidak salah sama sekali.

Sementara Jack yang melihat Tuannya tersenyum, mengira kalau Alagar benar-benar senang dengannya karena menawarkan bantuan.

***

Di tempat Ibu Alagar berada, wanita itu menutup mulutnya tidak percaya saat melihat pesan dari Jack.

"Astaga, apa ini benar?" tanya Liliana tidak percaya.

Liliana bergegas menelepon Jack yang sedang bersama Alagar. "Kamu tidak sedang bercanda, 'kan, Jack?" tanyanya langsung ketika panggilannya di angkat.

"Tentu saja Nyonya, Tuan muda juga sedang bergumam sendiri daritadi, apa lagi kalau bukan cinta pandangan pertama?" jawab Jack diseberang telepon dengan suara pelan.

"Fotonya, apa kamu punya foto gadis itu?" tanya Liliana penasaran.

"Sayangnya tidak, tapi Nyonya bisa menyuruh pusat informasi untuk mengecek CCTV di sana, nanti saya kirimkan lokasinya," jawab Jack diseberang mantap.

"Baik, segera kirim lokasinya!" Liliana langsung mematikan panggilannya, wanita paruh baya itu terlihat sangat bersemangat, akhirnya setelah sekian lama putranya bisa tertarik dengan seorang wanita.

Jack mengirimkan lokasi dimana penjambret itu ditangkap. Liliana langsung mengirimnya ke pusat informasi keluarga Ruiz, agar mereka mencari tahu tentang wanita tersebut.

Hanya dalam waktu setengah jam setelah Liliana mengirimkan lokasi CCTV. Wanita itu sudah mendapatkan video CCTV dan identitas wanita yang sedang dipandang Alagar di video tersebut.

"Cantiknya, dia memang pandai memilih gadis," celetuk Liliana bersemangat sembari menonton video CCTV yang diberikan pusat informasi.

Liliana melihat data identitas gadis tersebut. "Viona Rosemary, nama yang cantik. Dia Mahasiswi di Universitas yang sama dengan Alagar? Wah ... kebetulan yang baik."

Liliana dengan senang hati langsung menelepon Mikel, meminta pria itu agar mengirim undangan ke Viona agar datang ke pesta penyambutan Alagar.

Mikel pun mengangguk mengerti, asisten keluarga Ruiz tersebut langsung mengirim orang ke alamat yang diberikan oleh Nyonya-nya.

"Ibu sepertinya senang sekali, ada apa?" tegur Pricilia tiba-tiba. Dia memang memanggil Liliana dengan sebutan Ibu.

Liliana langsung mematikan ponselnya. "Eh ... kamu sudah bangun, Pricil?"

Pricilia menganggukkan kepalanya, ia duduk di samping Ibu Alagar sembari tersenyum. "Ngomong-ngomong kemana Alagar, Bu?"

"Dia sedang keluar, jalan-jalan." Liliana menjawab dengan cepat.

Pricilia menghela napas panjang kemudian berkata. "Kenapa sih dia selalu saja menjauhiku, memangnya aku kurang apa, Bu?"

Liliana tersenyum kecut mendengar ucapan Pricilia. Karena dia juga tidak tahu apa yang membuat Alagar tidak menyukai Pricilia, padahal gadis itu sangat baik, ramah, perhatian dan juga selalu setia menunggunya.

Liliana meraih tangan Pricilia menariknya pelan, memeluk gadis itu sembari mengusap punggungnya dengan lembut sembari meminta maaf atas sikap Alagar yang begitu dingin kepada Pricilia.

***

Sementara itu di Rumah sederhana Viona berada, gadis itu baru pulang dari kantor polisi.

"Aku pulang!" seru Viona yang terlihat sangat lesu.

Viona mengernyitkan dahi ketika tidak ada yang menyahut sama sekali. Padahal biasanya sang Ayah dan Ibunya selalu menyahut jika dia berteriak, mengingat rumah mereka tidak terlalu besar.

"Kemana Ayah dan Ibu, apa mereka pergi?" Viona bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Namun, setelah membuka pintu, dia melihat ada dua pasang sepatu, menandakan ada tamu di rumahnya.

Viona pun bergegas masuk ke dalam untuk melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya, ketika sampai di ruang tamu, gadis itu melihat Ayah dan Ibunya terlihat sangat gugup, tubuh pasangan Suami-istri tersebut gemetaran dihadapan tamunya.

Jelas saja Viona mengira kalau orang-orang yang berkunjung adalah penjahat. Gadis itu dengan hati-hati mengambil Vas bunga, secara perlahan mendekati tamu tersebut dari belakang.

Kedua orang tua Viona sontak saja terkejut saat melihat Anaknya mengangkat Vas bunga di atas salah satu kepala tamu. Mata mereka membelalak lebar.

"Viona ja ...."

Prang!

" ... an." Ayah Viona seketika langsung lemas.

Tamu yang dihantam Vas bunga menoleh ke belakang sejenak, sebelum akhirnya jatuh pingsan dengan kepala berdarah.

Tamu satunya terkejut, ia langsung menoleh ke belakang, terlihat Viona sedang berdiri sambil menatap rekannya yang jatuh pingsan di sofa. Pria itu tersenyum getir, jika saja yang memukul rekannya bukan gadis pilihan Tuan mudanya, dia sudah menghajarnya. Namun, dia tidak bisa apa-apa saat melihat Viona, hanya bisa berharap rekannya baik-baik saja.

Ayah dan Ibu Viona menghela napas berat, mereka tahu akan mendapatkan masalah besar akibat ulah Viona. Mereka berdua pasrah dengan apa yang terjadi nantinya, mengingat dia tamu tersebut utusan keluarga Ruiz.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status