Share

Bab 6

Penulis: Pein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-07 13:31:49

Alagar keluar dari kamarnya, ia turun ke bawah untuk menemui Ayah dan Ibunya. Tadinya Alagar mau istirahat, tetapi karena Pricilia tertidur, jadi lebih baik keluar dari kamar.

Alagar menghampiri kedua Ibunya yang sedang berada di ruang keluarga, menonton televisi ditemani kepala pelayan.

"Ayah pergi ke kantor, Bu?" tanya Alagar sambil duduk di kursi sebelah Ibunya.

Liliana menganggukkan kepala, kemudian bertanya, "Katanya mau istirahat, kenapa turun?"

Alagar menghela napas. "Sewaktu aku keluar dari kamar mandi, Pricil sudah tertidur, lebih baik aku turun agar tidak terjadi salah paham."

"Hais kamu ini, dia sudah menunggumu lama, kenapa kamu masih bersikap dingin padanya? Ayah dan Ibu setuju kalau kalian menikah," ucap Liliana lembut.

"Jangan bahas itu, aku sudah bilang belum mau menikah dulu, Bu." Alagar mengambil buah Apel di meja, memakannya.

Liliana menatap sang Anak, padahal usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi dia selalu saja menolak permintaannya. Wanita yang telah melahirkan Alagar tersebut hanya bisa menghela napas tidak berdaya.

"Nak, setidaknya berikan Pricil ruang, jangan terlalu dingin padanya, dia sudah menolak banyak sekali pria, hanya demi menunggu kamu," ungkap Liliana.

"Kalau Ibu masih bahas itu, lebih baik Alagar pergi sajalah," ucap Alagar malas.

"Jangan, Ibu masih mau bicara padamu. Oke Ibu tidak bahas itu lagi, nanti malam kamu datang, 'kan ke acara pesta penyambutan?" tanya Liliana mengganti topik pembicaraan.

Alagar hanya mengangguk pelan sambil menggigit buah apel yang sedang di pegangnya.

Melihat sang anak menganggukkan kepalanya, membuat Liliana merasa senang. Ia pikir jika Alagar datang ke acara tersebut akan tertarik dengan salah satu gadis nantinya. Karena Alagar seperti tidak tertarik dengan Pricilia, siapa tahu ada wanita yang sesuai dengan kriterianya.

Alagar mengobrol dengan Ibunya beberapa saat, lebih tepatnya pria itu mendengarkan semua perkataan Ibunya dan hanya menjawab seperlunya saja. Setelah tidak ada topik lagi, Alagar pamit ke sang Ibu pergi keluar kastil untuk berjalan-jalan.

Jack sudah menunggu di luar, saat Alagar keluar dari Kastil, kepala pengawal keluarga Ruiz itu membukakan pintu mobil.

Alagar langsung masuk ke dalam mobil, setelah menutup pintu Jack juga bergegas masuk ke dalam mobil untuk menyetir langsung buat Tuannya.

"Kita mau kemana Tuan?" tanya Jack sopan, sebelum menginjak pedal gas.

"Kemana saja, sambil menunggu malam," jawab Alagar datar.

Jack mengangguk mengerti, ia langsung menginjak pedal gas. Mobil pun mulai meninggalkan Kastil.

***

Kayangan, tempat para Dewa berada ....

Terlihat Indra yang terluka sedang duduk bersama Dewa Penyembuh mengobati luka akibat menjajal kekuatan Alagar di Istananya.

"Brengsek, kenapa dia masih sekuat itu?" gerutu Indra kesal.

Nagari, Dewa Penyembuh hanya tersenyum mendengar gerutuan Indra. "Lebih baik jangan berurusan lagi dengannya, kamu sudah melihat sendiri bagaimana dia dulu sangat sulit dikalahkan."

"Tidak, dia sekarang hanyalah Manusia! Aku pasti bisa mengalahkannya!" sergah Indra kesal.

Nagari menghela napas. "Dari dulu kamu selalu berbeda pendapat dengannya, tapi pada akhirnya sewaktu dia di bunuh kamu juga sedih dan marah, sebenarnya apa yang kamu inginkan?" tanyanya setelah selesai mengobati luka Indra.

"Ck, itu beda lagi, para Dewa bodoh itu tidak memiliki malu sama sekali, sampai membuat segel terlarang untuk melemahkannya, benar-benar memalukan!" gerutu Indra lagi.

Nagari menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia tahu kalau Indra sebenarnya dulu sangat peduli dengan Alagar, hanya saja waktu itu kedudukan Indra masih Dewa tingkat bawah, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.

Akan tetapi Alagar tidak mengetahui hal tersebut. Pria itu menganggap kalau semua Dewa sama saja, mereka telah menjebaknya, hingga dia berakhir terbunuh ditangan mereka.

Sebenarnya Indra dan Nagari merupakan beberapa Dewa yang peduli terhadap Alagar, mereka mengakui kalau Alagar sangat layak di angkat kek kayangan menjadi Dewa.

Namun, para Dewa yang takut dengan kekuatan Alagar, mereka tidak mau sosok tersebut menjadi Dewa, sehingga melakukan rencana penjebakan Alagar, hingga sosok dia terbunuh sebelum kekuatannya tumbuh lebih besar lagi.

"Nagari, apa kamu tahu kalau Bikely menghilang? Menurutmu dia ada dimana?" tanya Indra penasaran.

Nagari menggendikan bahunya. "Entahlah ... para bawahannya memang terlihat sangat cemas di Istana waktu, apa kamu tahu sesuatu?"

Indra memegang dagunya lantas menjawab, "dari dulu wanita gila itu selalu mengejar Alagar, apakah dia menangkapnya, menjadikannya budak seks di dimensi buatanya?"

Pletak

"Aduh! Brengsek kau Nagari!" teriak Indra marah saat Nagari menjitaknya dengan keras.

"Lagian ... mana ada Alagar melakukan itu, dari dulu dia tidak peduli dengan lawan jenis sama sekali, mana mungkin melakukan hal konyol seperti itu, jika kamu ... aku akan percaya," ujar Nagari yakin.

Indra memanyunkan bibirnya. "Siapa tahu saja, dia sekarang manusia, napsu manusia lebih besar daripada Dewa dan Bikely juga sangat cantik, ditambah bahenol pula."

Nagari menghela napas, ia beranjak dari duduknya lantas pergi meninggalkan sahabatnya itu. Rasanya tidak ada guna mengobrol dengan Indra yang kadang-kadang memiliki pemikiran aneh.

"Hei, kamu mau kemana?" teriak Indra yang melihat Nagari pergi.

Nagari hanya melambaikan tangannya, terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Indra sama sekali.

***

Sementara itu ditempat Alagar berada, ia masih didalam mobilnya sambil melihat keluar jendela. Pria itu tanpa sengaja melihat Clinton dan Hendri sedang berlari mengejar penjambret.

"Woi berhenti!" teriak Clinton sambil berlari.

"Tunggu aku! Hos ... hos ...." Hendri mengejar dari belakang, dia terlihat terengah-engah, mengingat tubuhnya gendut, sehingga kesulitan berlari.

Sementara itu disamping Hendri ada seorang gadis yang ikut mengejar penjambret tersebut. Alagar menghela napas melihat mereka tidak bisa menangkap penjambret.

"Jack, hentikan mobilnya!" perintah Alagar langsung.

Jack mengangguk mengerti, ia menepikan mobilnya ke bahu Jalan. Alagar membuka pintu mobil lantas turun dari mobil.

Hanya dalam sekejap mata, setelah menutup pintu mobil. Alagar sudah menghilang dari tempat tersebut.

Di tempat Clinton mengejar Jambret, terlihat pria itu masih berlari dengan sekuat tenaga mengejarnya.

"Hentikan dia!" seru Clinton keras.

Akan tetapi orang-orang yang melihatnya tidak berani menghentikan penjambret tersebut. Karena penjambret berlari sambil memegangi pisau.

"Ah sial!" gerutu Clinton yang mulai kelelahan.

Penjambret sedikit melirik ke belakang, melihat Clinton mulai kelelahan dan jaraknya semakin jauh darinya, ia mengulas sebuah senyum.

Duak!

Ugh ...

Jambret seketika langsung terjungkal kebelakang saat Alagar tiba-tiba muncul dihadapannya, memukul perutnya cukup keras.

Alagar menatap penjambret tersebut yang sedang terlentang di trotoar sambil memegangi perut yang terasa mulas akibat tinjuannya. Pria itu meraih kaos bagian belakang penjambret dan menyeretnya ke arah Clinton.

Brug

Alagar melemparkan penjambret ke depan Clinton yang sedang berlari, sehingga membuat pria itu seketika langsung berhenti.

"Brengsek! Mau lari kemana kau?!" tegur Clinton geram dengan napas tersengal-sengal sambil menduduki perut penjambret.

"Sebentar lagi Polisi datang, ikut dengannya untuk memberikan kesaksian," ucap Alagar datar.

"Terima kasih, hos ... hos ...." Clinton belum menyadari siapa yang menangkap jambret tersebut, hingga saat Alagar mau pergi dia baru melihatnya dengan jelas.

"Astaga ... Taun muda Ruiz!" tegur Clinton saat melihat Alagar mau pergi.

Alagar hanya tersenyum, sambil berdiri di pinggir trotoar mengirim pesan kepada Jack, menunggu bawahannya itu menjemput.

Tidak berselang lama, Hendri dan gadis yang berlari dibelakang sampai, mereka berdua terdengar terengah-engah. Namun, si gadis langsung mengambil tas yang ada di tangan penjambret.

Alagar terkesiap ketika merasakan ada energi spiritual yang sangat familiar dengannya. Pria itu langsung menoleh ke belakang. Ia tertegun saat melihat gadis yang sedang memarahi penjambret yang di duduki Clinton.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 113

    Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 112

    Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 111

    Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 110

    Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 109

    Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 108

    Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 107

    Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 106

    Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 105

    Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status