Share

Bab 6

Alagar keluar dari kamarnya, ia turun ke bawah untuk menemui Ayah dan Ibunya. Tadinya Alagar mau istirahat, tetapi karena Pricilia tertidur, jadi lebih baik keluar dari kamar.

Alagar menghampiri kedua Ibunya yang sedang berada di ruang keluarga, menonton televisi ditemani kepala pelayan.

"Ayah pergi ke kantor, Bu?" tanya Alagar sambil duduk di kursi sebelah Ibunya.

Liliana menganggukkan kepala, kemudian bertanya, "Katanya mau istirahat, kenapa turun?"

Alagar menghela napas. "Sewaktu aku keluar dari kamar mandi, Pricil sudah tertidur, lebih baik aku turun agar tidak terjadi salah paham."

"Hais kamu ini, dia sudah menunggumu lama, kenapa kamu masih bersikap dingin padanya? Ayah dan Ibu setuju kalau kalian menikah," ucap Liliana lembut.

"Jangan bahas itu, aku sudah bilang belum mau menikah dulu, Bu." Alagar mengambil buah Apel di meja, memakannya.

Liliana menatap sang Anak, padahal usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi dia selalu saja menolak permintaannya. Wanita yang telah melahirkan Alagar tersebut hanya bisa menghela napas tidak berdaya.

"Nak, setidaknya berikan Pricil ruang, jangan terlalu dingin padanya, dia sudah menolak banyak sekali pria, hanya demi menunggu kamu," ungkap Liliana.

"Kalau Ibu masih bahas itu, lebih baik Alagar pergi sajalah," ucap Alagar malas.

"Jangan, Ibu masih mau bicara padamu. Oke Ibu tidak bahas itu lagi, nanti malam kamu datang, 'kan ke acara pesta penyambutan?" tanya Liliana mengganti topik pembicaraan.

Alagar hanya mengangguk pelan sambil menggigit buah apel yang sedang di pegangnya.

Melihat sang anak menganggukkan kepalanya, membuat Liliana merasa senang. Ia pikir jika Alagar datang ke acara tersebut akan tertarik dengan salah satu gadis nantinya. Karena Alagar seperti tidak tertarik dengan Pricilia, siapa tahu ada wanita yang sesuai dengan kriterianya.

Alagar mengobrol dengan Ibunya beberapa saat, lebih tepatnya pria itu mendengarkan semua perkataan Ibunya dan hanya menjawab seperlunya saja. Setelah tidak ada topik lagi, Alagar pamit ke sang Ibu pergi keluar kastil untuk berjalan-jalan.

Jack sudah menunggu di luar, saat Alagar keluar dari Kastil, kepala pengawal keluarga Ruiz itu membukakan pintu mobil.

Alagar langsung masuk ke dalam mobil, setelah menutup pintu Jack juga bergegas masuk ke dalam mobil untuk menyetir langsung buat Tuannya.

"Kita mau kemana Tuan?" tanya Jack sopan, sebelum menginjak pedal gas.

"Kemana saja, sambil menunggu malam," jawab Alagar datar.

Jack mengangguk mengerti, ia langsung menginjak pedal gas. Mobil pun mulai meninggalkan Kastil.

***

Kayangan, tempat para Dewa berada ....

Terlihat Indra yang terluka sedang duduk bersama Dewa Penyembuh mengobati luka akibat menjajal kekuatan Alagar di Istananya.

"Brengsek, kenapa dia masih sekuat itu?" gerutu Indra kesal.

Nagari, Dewa Penyembuh hanya tersenyum mendengar gerutuan Indra. "Lebih baik jangan berurusan lagi dengannya, kamu sudah melihat sendiri bagaimana dia dulu sangat sulit dikalahkan."

"Tidak, dia sekarang hanyalah Manusia! Aku pasti bisa mengalahkannya!" sergah Indra kesal.

Nagari menghela napas. "Dari dulu kamu selalu berbeda pendapat dengannya, tapi pada akhirnya sewaktu dia di bunuh kamu juga sedih dan marah, sebenarnya apa yang kamu inginkan?" tanyanya setelah selesai mengobati luka Indra.

"Ck, itu beda lagi, para Dewa bodoh itu tidak memiliki malu sama sekali, sampai membuat segel terlarang untuk melemahkannya, benar-benar memalukan!" gerutu Indra lagi.

Nagari menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia tahu kalau Indra sebenarnya dulu sangat peduli dengan Alagar, hanya saja waktu itu kedudukan Indra masih Dewa tingkat bawah, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.

Akan tetapi Alagar tidak mengetahui hal tersebut. Pria itu menganggap kalau semua Dewa sama saja, mereka telah menjebaknya, hingga dia berakhir terbunuh ditangan mereka.

Sebenarnya Indra dan Nagari merupakan beberapa Dewa yang peduli terhadap Alagar, mereka mengakui kalau Alagar sangat layak di angkat kek kayangan menjadi Dewa.

Namun, para Dewa yang takut dengan kekuatan Alagar, mereka tidak mau sosok tersebut menjadi Dewa, sehingga melakukan rencana penjebakan Alagar, hingga sosok dia terbunuh sebelum kekuatannya tumbuh lebih besar lagi.

"Nagari, apa kamu tahu kalau Bikely menghilang? Menurutmu dia ada dimana?" tanya Indra penasaran.

Nagari menggendikan bahunya. "Entahlah ... para bawahannya memang terlihat sangat cemas di Istana waktu, apa kamu tahu sesuatu?"

Indra memegang dagunya lantas menjawab, "dari dulu wanita gila itu selalu mengejar Alagar, apakah dia menangkapnya, menjadikannya budak seks di dimensi buatanya?"

Pletak

"Aduh! Brengsek kau Nagari!" teriak Indra marah saat Nagari menjitaknya dengan keras.

"Lagian ... mana ada Alagar melakukan itu, dari dulu dia tidak peduli dengan lawan jenis sama sekali, mana mungkin melakukan hal konyol seperti itu, jika kamu ... aku akan percaya," ujar Nagari yakin.

Indra memanyunkan bibirnya. "Siapa tahu saja, dia sekarang manusia, napsu manusia lebih besar daripada Dewa dan Bikely juga sangat cantik, ditambah bahenol pula."

Nagari menghela napas, ia beranjak dari duduknya lantas pergi meninggalkan sahabatnya itu. Rasanya tidak ada guna mengobrol dengan Indra yang kadang-kadang memiliki pemikiran aneh.

"Hei, kamu mau kemana?" teriak Indra yang melihat Nagari pergi.

Nagari hanya melambaikan tangannya, terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Indra sama sekali.

***

Sementara itu ditempat Alagar berada, ia masih didalam mobilnya sambil melihat keluar jendela. Pria itu tanpa sengaja melihat Clinton dan Hendri sedang berlari mengejar penjambret.

"Woi berhenti!" teriak Clinton sambil berlari.

"Tunggu aku! Hos ... hos ...." Hendri mengejar dari belakang, dia terlihat terengah-engah, mengingat tubuhnya gendut, sehingga kesulitan berlari.

Sementara itu disamping Hendri ada seorang gadis yang ikut mengejar penjambret tersebut. Alagar menghela napas melihat mereka tidak bisa menangkap penjambret.

"Jack, hentikan mobilnya!" perintah Alagar langsung.

Jack mengangguk mengerti, ia menepikan mobilnya ke bahu Jalan. Alagar membuka pintu mobil lantas turun dari mobil.

Hanya dalam sekejap mata, setelah menutup pintu mobil. Alagar sudah menghilang dari tempat tersebut.

Di tempat Clinton mengejar Jambret, terlihat pria itu masih berlari dengan sekuat tenaga mengejarnya.

"Hentikan dia!" seru Clinton keras.

Akan tetapi orang-orang yang melihatnya tidak berani menghentikan penjambret tersebut. Karena penjambret berlari sambil memegangi pisau.

"Ah sial!" gerutu Clinton yang mulai kelelahan.

Penjambret sedikit melirik ke belakang, melihat Clinton mulai kelelahan dan jaraknya semakin jauh darinya, ia mengulas sebuah senyum.

Duak!

Ugh ...

Jambret seketika langsung terjungkal kebelakang saat Alagar tiba-tiba muncul dihadapannya, memukul perutnya cukup keras.

Alagar menatap penjambret tersebut yang sedang terlentang di trotoar sambil memegangi perut yang terasa mulas akibat tinjuannya. Pria itu meraih kaos bagian belakang penjambret dan menyeretnya ke arah Clinton.

Brug

Alagar melemparkan penjambret ke depan Clinton yang sedang berlari, sehingga membuat pria itu seketika langsung berhenti.

"Brengsek! Mau lari kemana kau?!" tegur Clinton geram dengan napas tersengal-sengal sambil menduduki perut penjambret.

"Sebentar lagi Polisi datang, ikut dengannya untuk memberikan kesaksian," ucap Alagar datar.

"Terima kasih, hos ... hos ...." Clinton belum menyadari siapa yang menangkap jambret tersebut, hingga saat Alagar mau pergi dia baru melihatnya dengan jelas.

"Astaga ... Taun muda Ruiz!" tegur Clinton saat melihat Alagar mau pergi.

Alagar hanya tersenyum, sambil berdiri di pinggir trotoar mengirim pesan kepada Jack, menunggu bawahannya itu menjemput.

Tidak berselang lama, Hendri dan gadis yang berlari dibelakang sampai, mereka berdua terdengar terengah-engah. Namun, si gadis langsung mengambil tas yang ada di tangan penjambret.

Alagar terkesiap ketika merasakan ada energi spiritual yang sangat familiar dengannya. Pria itu langsung menoleh ke belakang. Ia tertegun saat melihat gadis yang sedang memarahi penjambret yang di duduki Clinton.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status