"Sembuhkan semua yang terluka! Istio, waspadalah terhadap serangan kejutan, aku akan menuju ke tempat pangeran Maretus." Lily panik dengan keadaan penuh luka, dia berlari menuju arah pangeran Maretus tapi dihentikan oleh seseorang. Orang itu Noa sudah berada di depan mereka, dia berjalan santai di antara para mayat prajurit. Darah dan mayat di sekitarnya membeku setelah dilewati Noa.
"Menjauh dari sini, biar aku yang melawannya!" Lily memerintah mereka untuk segera pergi, padahal dia tidak yakin bisa menang melawan musuh di depannya. Ratu es, itulah julukan yang selama ini didengar ke seluruh penjuru dunia. Bukan hanya karena elemen es yang Noa gunakan tapi juga karena sifatnya yang dingin kepada musuh. Ratu yang sangat kejam, suka sekali mempermainkan nyawa musuhnya menjadi momok yang menakutkan. Awalnya, Lily ingin membandingkan kekuatan apinya dengan sihir es milik Ratu es itu, namun semuanya sudah terjawab saat dia melihat serangan tadi.
&nbs
Violet muncul dan langsung aku teleportkan kami bertiga menuju lokasi iblis itu. Sesaat setelah berpindah, Noa langsung terkena tebasan di bagian lengannya karena menangkis serangan yang mengarah ke lehernya. "Violet, kenapa menyerang Noa!?" Aku bentak Violet karena dia lah yang melancarkan serangan ke arah Noa. "Tuan, menjauhlah!" teriak Violet yang menghalangiku dari Noa. "Jadi ini sang naga bayang?"Noa melompat menjauh lalu berubah menjadi manusia rubah. Statusnya saat ini dapat aku baca, Lily sang Ratu rubah itu langsung melarikan diri. "Tuan selamatkan Noa!" teriak Violet, dia langsung mengejar rubah tadi. Hutan yang masih rindang dengan pohon-pohon yang tinggi tapi tiba-tiba saja mulai terbakar dari arah larinya rubah tadi dan menjalar dengan cepat. "Maaf tuan, saya lengah sampai membuat nyonya Noa seperti ini." Demon muncul samb
"Mau lari ke mana!?" Violet sudah berada di depan Lily sambil membentangkan sayapnya. Lily sontak saja kaget, dia segera berhenti lalu melompat menjauh, namun reaksi Violet lebih cepat. Bruk dush dush dushh.. Violet sudah berada di arah lompatan rubah itu dan langsung menendang Lily. Ratu rubah itu terpental hingga menabrak beberapa pohon yang langsung tumbang. "Bodoh! Kau salah memilih lawan! Yahh ada bagusnya juga, makhluk legendaris akan berkurang jumlahnya karenamu." Violet walau mempunyai sayap, tapi dia berjalan kali mendekati Lily. "Hahaha dasar naga mainan vampir! Energi sihir Ratu es tadi sungguh nikmat, selanjutnya dirimu yang akan aku serap!" Seluruh tubuhnya diselimuti api, namun sekarang apinya membentuk tubuh rubah. Cresssh... Violet sudah berada di depannya, tangannya menusuk perut Lily dengan tatapan tajam menyala. "Kau
"Leluhur siapa yang kau maksud hah!?" Demon itu melepaskan tangannya dari Zhar, namun tubuh Zhar seperti tertekan oleh sesuatu dan menjadi bola kecil lalu menghilang. Zhar hanya bisa berteriak kesakitan sebelum keberadaannya benar-benar lenyap. "Kau apakan dia?" tanyaku. "Al sudahlah, ayo pulang!" Erin menarik tanganku. "Woi! Buka gerbang teleportasi menuju ruang tahta!" perintah Erin kepada demon itu, dengan segera ia ulurkan tangannya ke depan. Lorong hitam besar muncul di depan kami dan perlahan menutupi kami semua, setelah itu kami berpindah tempat. Ruangan yang sangat luas, dengan ada 7 singgasana yang sudah diduduki oleh para Ratu. Erin segera duduk di singgasana yang kosong dan tersisa satu di tengah. Singgasana yang berbeda dan ada 2 orang berpakaian hitam tertutup di samping singgasana itu. Para pasukan serigala tadi segera berlutut, aku yang bingung mau ngapain jadi ikutan berlutut. Sebelum aku berlutut,
"Nay, Erin kenapa kalian di sini?" Aku mendekati Nay dan Erin yang berada di lantai 2 rumah Danirmala. "Kamu bermain dengan mereka sampai melupakanku!" ucap Erin ketus. "Hahaha maaf, kalian semua cantik sekali jadi mana bisa aku menahannya," "Sayang, ayo ikut aku!" Nay menarik tanganku, lalu berteleport ke suatu ruangan. Ruangan yang berbeda dengan hotel yang ada di pohon Nay maupun asrama akademi, ruangan ini terlihat lebih sederhana. Udara yang aku rasakan lebih hangat dibandingkan udara gunung yang dingin dan juga ada aroma khas. "Mmm bau ini, laut?" "Iya, ini pulau pribadi milik kami," jawab Nay sambil membuka korden beserta jendela. Ada kolam di depan kamar yang dihadapkan langsung dengan pantai pasir putih dan air laut yang jernih. Karena bulan sedang bersinar terang, terlihat banyak sekali pulau karang di depan sana dengan jarak hanya beberapa puluh meter s
"Lia!?" "Mesumm!" Lia malah menampar pipiku. "Oh sakit ya? Maaf maaf," lanjutnya sambil mengusap-usap pipiku yang memerah karena ditamparnya. "Dasar ini anak!" Aku sentil dia tepat di dahinya. "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu menikah dengan bangsawan?" "Sayang, kemarilah berendam, akan aku jelaskan!" teriak Noe yang sedang berendam di kolam. "Pantas saja sampai melupakan aku, ternyata Ratu negeri ini yang jadi saingan!" Lia membuka ikatan kimonoku lalu menarikku masuk ke dalam kolam. "Hahaha jadi kamu akan menyerah?" Noe "Tentu tidak!" Lia langsung duduk di pangkuanku. "Jadi sekarang jelaskan kepadaku!" "Lihatlah apakah ada yang berbeda dari Lia?" ucap Noe. "Untuk penampilan sih tambah cantik." Aku pegangi mukanya dan aku panda
Setelah kedatangan Lia, kami di pulau pribadi beberapa hari. Karena aku jenuh, aku meminta mereka untuk jalan-jalan ke tempat lain. Aku diajak mereka semua untuk berkunjung ke kota Cryostar yang ada di dalam pegunungan Smabor. Kota para dwarf dan juga kota bawah tanah dan tambang terbesar di dunia ini. Kami berteleport di samping pegunungan Smabor, terlihat ada gerbang yang sangat besar dan juga rel kereta api. "Keretanya digerakkan secara manual, karena tidak ada minyak bumi maupun batubara di dunia ini," ujar Nay seakan membaca pikiranku. "Ada listrik kan? Ada sihir juga, kenapa tidak digunakan?" "Kau kira kita tau cara bikinnya!" Noe ketus. "Tidak ada yang bisa membuatnya, ada sihir Alkimia namun sangat susah di pelajari karena harus tau bahan, proses dan cara kerja benda yang akan dibuat," Nay "Kalian bahas apaan? Violet, Nay, gantian lah! Kalian memeluk lengan Al t
Kami di arahkan menuju ruangan yang letaknya di bagian atas gua, ruangan yang lebih hangat dibandingkan dengan tempat awal. Atap ruangan ini berbentuk kerucut dan ada lubang di ujung atasnya. Mirip dengan joglo yang ada di ranting atas pohon Danirmala, di sini juga ada meja bundar yang lebar namun terbuat dari kristal. "Kok udaranya hangat? Bukankah ini di dataran sangat tinggi, sebelumnya aku lihat bahkan ada salju di pucuk gunung," tanyaku. "Ohh, ini memang di atas gunung, tapi di balik dinding ini ada magma." Jade menjawab sambil menunjuk ke dinding di sekitar. "Ini gunung berapi!? Kalau meletus bagaimana?" "Gunung yang sudah tidak aktif, itu di dinding juga ada penghalangmu yang menyelimuti," Erin. "Penghalangku!?" Karena penasaran, aku berjalan mendekati dinding. "Violet, hancurkan dinding ini!" perintahku kepada Violet, semuanya kaget
Keesokan harinya, aku bangun kesiangan lagi namun masih ada Noe, Violet dan Nay di sisiku. Kemarin setelah Selen pergi, aku bertanya kepada mereka semua dan tidak mendapatkan jawaban apapun. "Tumben yang bangun orangnya duluan, biasanya itunya duluan." Noe bangun dan segera berdiri sambil melepaskan kimononya. Dia berjalan ke arah kolam namun segera aku cegat. "Kenapa!? Sama Violet atau Nay saja sana!" Noe ketus tapi tidak berusaha melawan. "Kalau mau galak ya galak saja, tidak usah ikutan tsundere jadi-jadian," "Biarin, weekk!" Noe menjulurkan lidahnya dan langsung aku lumat. .... "Oiii Oyen, yuhuu kau di mana? Keluarlah!" Selen berteriak di tengah hutan yang sangat lebat. Hutan di benua Kalenex yang terkenal dengan hutan rimba dan dihuni oleh monster-monster mengerikan. Selen melompat dari batang pohon satu ke yang lainnya sambil melihat k