Novel pertama saya, masih sangat berantakan, baik cara nulis maupun alurnya. Mungkin suatu saat kalau ada niat mau revisi keseluruhan. Sang Raja penguasa benua Danirmala yang bernama Alfina bereinkarnasi kembali untuk yang kedua kalinya di dunia lain. Peperangan melawan Demon Lord terkuat membuat Al harus mengorbankan ingatan dan nyawanya agar bisa melindungi Ratu dan rakyatnya. Bagaimana perjalanan Al di Reinkarnasi keduanya yang hanya memiliki ingatan sampai masa SMA nya? Baca keseruannya hanya di *Reinkarnasi Ke-dua di Dunia Lain.* -----Bab awal mahal karena jumlah katanya banyak dan itu bukan saya yang ngatur harga, maka dari itu aku bagi 2 biar lebih enak.----
Lihat lebih banyak"Aaaaa gila! Dari kemarin mimpi cewek kembar 4 mulu dan sekarang mimpi jatuh dari langit?"
Aku berada di atas lautan yang luas dan sangat jauh dari pulau. Ada pulau yang terlihat, namun sangat jauh sekali karena hanya telihat sangat kecil padahal posisiku dari ketinggian. Hanya terlihat lautan biru yang sangat luas dan tidak ada satu kapal pun yang terlihat.
"Woi! Kenapa realistis sekali? Angin ini, lalu aroma lautnya begitu terasa. Bagaimana bisa? Mati aku! Ini jauh sekali dari daratan!" Aku panik sekali karena jatuh dari tempat yang tinggi dan dengan cepat meluncur ke bawah. Agar tidak terjadi cidera saat terjun di air, aku meringkuk dengan memegang kakiku dan aku arahkan kaki duluan yang di bawah.
Cedlung brussh
Aku masuk ke dalam laut, sangat jauh sekali hingga tekanan air terasa cukup keras di tubuhku. Air laut yang dingin, terasa sangat asin di lidahku dan begitu perih saat aku membuka mata. Air laut yang berada di bawahku begitu luas dan sangat gelap, saat aku lihat ke atas, ternyata hanya sedikit cahaya yang tembus sampai sini. Aku segera berenang menuju permukaan, namun tidak bisa menggapai permukaan kembali, padahal aku yang bisa berenang dengan lancar. Tubuhku lemas, kepalaku pusing, dadaku sesak dan perlahan pucat karena kehabisan oksigen. Tidak lama kemudian, tubuhku dengan sendirinya berusaha menghirup udara, namun yang masuk ke dalam tubuhku hanyalah air. Karena hal itu, alhasil kesadaranku mulai menghilang.
....
"Woi bangun bangun!" teriak seseorang dengan suara cewek sambil menyenggol lenganku. Saat aku bangun, terlihatlah seorang gadis berusia 17 an tahun yang berdiri di sampingku sambil menyilangkan lengannya. Kepalaku terasa pusing, hidungku bagian dalam terasa sakit karena kemasukan air.
"Woyy! Hallo?" Dia menyadarkanku yang sedang terpana dengan parasnya yang begitu cantik.
Cinta pada pandangan pertama? Hahaha gila diriku ini.
"Ehhhh aku masih hidup!?" Aku teringat momen terakhir kali saat aku tenggelam.
"Selamat datang di surga, tuan!" Gadis itu sedikit menunduk sambil memperbaiki rambutnya yang menjuntai ke bawah. Wajahnya yang tirus, matanya hijau cerah dihiasi bulu mata yang lentik, bibirnya tipis yang berwarna merah muda alami.
"Permisi, neraka di sebelah mana ya? Kelihatannya saya salah masuk," ucapku menanggapi candaannya.
"Ngomong-ngomong, bisa kau tutupi itu dulu?" Dia berdiri kembali lalu menunjuk ke arah selangkanganku.
"Ehh, kemana pakaianku?" Aku melihat tubuhku yang benar-benar telanjang bulat, dengan panik aku tutupi kemaluanku dengan kedua tanganku. Aku baru ingat, bahwa sudah telanjang saat terjun dari langit tadi.
"Lah, itu kan pakaianmu, kenapa tanya kepadaku?" Segera dia balik badan.
"Lia!?" ucapku kaget saat melihat papan status yang ada di atas kepalanya. Aku juga baru menyadari, tulisan dan bahasa yang kami gunakan untuk berbicara tadi bukanlah bahasa dari dunia asalku.
Nama: Lia
Ras : Manusia
Umur : 16 tahun
Jumlah sihir : 126
Kekuatan : 879
Kecepatan : 1,2ms
"Bagaimana bisa kau tau namaku?" Dia berbalik badan dengan kagetnya.
"Aku pun bingung, kenapa bisa muncul tulisan nama, ras, umur, hahh jumlah sihir?" Sambil aku tunjuk tulisan yang ada di atasnya. Tentu itu membuatku kaget, malahan aku sempat berfikir ulang, apa benar ini berada di surga?
"Mmm, sihir apa yang kau gunakan? Setahuku, sihir penafsiran tidak dapat menjelaskan nama seseorang." Lia mikir keras karena setahu dia tidak ada sihir seperti ini.
"Mana aku tahu, muncul begitu saja!" Aku jawab dengan nada agak tinggi karena merasa aneh. Apa kemungkinan aku reinkarnasi di dunia sihir? Lalu penyebabnya apa? Apa aku sudah mati? Walau ada ingatan kehidupanku, namun ingatan terakhir kali masih buram.
"Ngomong-ngomong, ini di mana?" Aku lihat-lihat sekitar, pantai pasir putih yang cukup luas, tapi tidak aku lihat adanya sampah plastik sedikitpun.
"Desa nelayan bagian paling ujung dari kerajaan Lamris, lalu dari mana asalmu?" Lia berjongkok di depanku, sepertinya dia sudah merasa pegal berdiri.
"Aku tidak tahu, tidak ada ingatanku," ucapku ngeles, mana mungkin aku beritahu dari dunia lain kan?
"Hmm kalau begitu, untuk saat ini sebaiknya ikut saja ke rumahku." Dia berdiri lagi sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri, namun tidak aku raih. Mana mungkin kan aku raih, kedua tanganku digunakan untuk menutupi badanku.
"Lalu pakaianku?" tanyaku bingung, aku hanya telanjang bulat dengan kedua tangan menutupi selangkanganku.
"Cari apalah buat menutupinya, lagi pula itumu juga kecil, jadi tidak sulit menutupinya." Menunjuk ke arah selangkanganku lagi sambil tertawa kecil.
"Ini efek kedinginan, coba saja kalau sudah normal, kamu pasti akan tercengang!" Aku segera berdiri sendiri, aku panik karena Lia sudah mulai berjalan menjauh.
"Iya iya, buruan ikut aku!" Dia berhenti dan menengok sebentar.
Aku tengok kanan kiri, untung saja ada pohon pisang dan langsung aku ambil daunnya untuk menutupiku.
"Kasihan sekali kau pohon, maaf ya aku ambil daunmu," pohon yang masih lumayan kecil dan sendirian di pasir pantai. Mungkin pohon ini memang ditakdirkan untukku, terima kasih banyak pohon.
"Tunggu aku!" teriakku panik, segera aku lilitkan melingkar seperti rok di perutku sampai menutupi bagian bawah tubuhku. Karena daunnya cukup kecil, jadi hanya bisa menutupi bagian di atas lutut. Setelah selesai melilitkan daun di tubuhku, aku segera berlari mengejar Lia.
....
Tidak jauh dari pantai, ada desa nelayan yang cukup kecil. Bangunan rumah di sini seperti rumah panggung yang di bagian bawahnya digunakan untuk barang-barang menangkap ikan. Walau hanya ada belasan warga, namun aku sangat malu karena mereka melihat ke arahku semua. Setiap kali aku melangkahkan kakiku, benda itu berayun menyentuh pahaku. Rasanya begitu tidak nyaman, ada sesuatu yang menggantung bebas.
"Ada apa dengan orang gila itu?" mungkin begitu pikir mereka.
"Buruann di mana rumahmu?" Aku menarik lengan baju milik Lia, seperti anak kecil meminta jajan kepada orang tuanya.
"Sabar, itu ada di sana." Lia menunjuk sebuah rumah yang cukup kecil, terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Ada nenek-nenek di depan rumah itu dengan ekspresi kaget melihatku, tentu saja karena aku bugil.
"Lia siapa dia?" Nenek itu tergesa-gesa menghampiri kami, dia menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Aku tadi menemukannya terdampar di pinggiran pantai. Oh iya, siapa namamu?" Lia dengan santainya berjalan menuju rumahnya.
"Namaku Al," dengan perasaan malu, canggung harus bagaimana.
"Ayo masuk, lalu basuhlah tubuhmu dulu. Saya carikan pakaian untukmu, Lia antar tuan Al ke kamar mandi." Nenek itu mendorongku untuk segera masuk ke rumahnya.
"Siall, rumah panggung dan aku harus menaiki tangga itu dengan keadaan seperti ini?" batinku.
Dengan hati-hati aku menaiki tangga, semoga saja tidak ada orang yang melihat pusaka milikku. Rumah dengan 2 kamar, ruang tamu dan dapur di bagian belakang. Dari pintu depan, langsung ada lorong sampai ke belakang rumah yang menuju ke dapur dan kamar mandi.
"Kemarilah! Buruan mandi, baumu seperti ikan." Lia tunjukkan kamar mandi yang berada di belakang rumah.
"Uhh bener juga," aku baru menyadarinya karena dari tadi hanya perasaan bingung dan malu saja.
....
Selesainya mandi, nenek itu sudah membawakan handuk dan pakaian yang cukup besar untukku.
"Ini pakailah, mungkin sedikit kebesaran." Nenek meletakkan pakaian di depan pintu kamar mandi lalu segera pergi.
"Terima kasih banyak." Segera aku ambil pakaiannya saat nenek sudah pergi.
Sedikit kebesaran? Ini besar banget, aku jadi seperti jamet. Ahh biarlah, daripada bugil, lagian udara di sini panas.
....
Selesainya berpakaian, mereka sudah menungguku di ruang tamu. Ruang tamu masih beralaskan tikar yang cukup tipis.
"Duduklah kemari tuan Al!" Nenek menyuruhku duduk di sampingnya.
"Dari mana asal tuan Al?" tanya nenek saat aku sudah duduk di depan mereka.
"Aku tidak tahu nek, aku tidak ingat, yang aku ingat hanya namaku saja,"
"Oh iya nek, dia bisa menggunakan sihir yang aneh. Dia bisa tau namaku hanya dengan melihatku saja," Lia terlihat begitu semangat.
"Benarkah?" neneknya malah berekspresi datar.
"Iya, Lia dan nenek Lona kan?" tanyaku untuk memberi bukti.
"Luar biasa kan!? Lalu sihir apalagi?" Lia terlihat antusias sekali, bahkan sambil mendekatkan tubuhnya kepadaku. Aku dapat melihat dengan jelas wajahnya yang begitu manis, dadaku langsung berdetak kencang.
"Aku tidak tahu, bahkan baru kali ini mendengar adanya sihir." Sambil memundurkan badanku untuk menjauh dari Lia yang ada tepat di depan mukaku.
"Kau bisa membaca?" tanya Lia.
"Bisa, kenapa?"
"Aku punya sobekan buku mantra yang aku temukan. Sebentar, aku carikan dulu." Lia berdiri lalu menuju ruangan yang mungkin saja kamarnya. Tidak lama kemudian Lia kembali sambil membawa satu lembar kertas yang cukup usang.
"Ini lihatlah!" Lia segera duduk di sampingku dan memberikan kertas itu kepadaku.
"Sihir dapat digunakan dengan membayangkan sambil melafalkan mantra, namun dapat juga hanya membayangkannya saja. Contohnya sihir api, imajinasikan api lalu baca mantra 'Dengan'." Baru aku mau mulai membaca mantra, Lia sudah merebut kertas itu.
"Kau ingin membakar rumah kami!? Cobalah di luar!" Sambil mengangkat kertas itu seperti ingin memukulkannya kepadaku.
"Maaf maaf,"
Kami segera keluar menuju belakang rumah, terdapat lahan terbuka yang cukup luas. Aku membuat jarak yang cukup jauh dari rumah lalu membaca lagi mantra itu.
"Dengan kekuatan yang dapat menyucikan dosa, bakar lah musuh di depanku! Bola api!"
Terjadi ledakan hingga membuatku terpental, untung saja beralaskan pasir pantai yang cukup lembut.
"Apa sudah benar seperti itu?" Aku melihat ke arah Lia dan neneknya, aku bingung kenapa jadi ikut terkena ledakan.
"Sepertinya bukan, yang aku tahu saat berkunjung di kerajaan dulu seharusnya muncul bola api." Lia memperagakan bola bulat di tangannya.
"Coba sihir lain!" lanjut Lia.
"Lia temani tuan Al ya, nenek mau masak." Nenek segera meninggalkan kami.
Lalu aku coba sihir air, angin dan tanah, bahkan saat hanya imajinasikan saja dan belum baca mantra, semua berakhir dengan ledakan hingga membuatku babak belur dan membuat bajuku sobek-sobek.
"Sial! Setelah berada di dunia sihir kenapa aku tidak bisa menggunakan sihir?" Umpatku dalam hati.
"Sudahlah jangan dipaksakan!" Lia mendatangiku lalu menepuk pundakku dan dengan muka lesu, aku menuruti kata-kata nya.
"Tuan Al berhenti dulu! Ganti baju lalu mari makan bersama, nanti bisa dicoba lagi," nenek memanggil kami dari pintu belakang dengan masih membawa centong sayur.
"Baik nek," jawab kami secara bersamaan dan Lia segera menarikku masuk ke rumah. Saat masuk rumah, aku mencium aroma yang tidak asing. Masakan yang dihidangkan ternyata gulai ikan kakap.
"Masakan dengan bumbu khas Indonesia kenapa bisa dihidangkan di sini!? Lah, bahkan ada nasi juga ternyata!?" ucapku dalam hati.
"Mohon maaf nek, ini gulai kan?"
"Maaf kan saya, apa kurang cocok dengan lidah tuan?" Nenek Lona terlihat panik.
"Bukan begitu, cocok banget malahan dan juga tolong jangan panggil aku tuan,"
"Makanan ini resepnya dari Yang Mulia Ratu negara ini." Sambil membagikan piring kepada kami.
"Ratu? Jadi dari kerajaan ya?" Aku malah duduk bersama Lia dan melupakan berganti baju.
"Bukan tuan, tapi dari Yang Mulia Ratu negara Danirmala,"
"Hah!? Maksudnya bagaimana?"
"Jadi ini wilayah kerajaan Lamris, namun kerajaan Lamris merupakan bagian dari Negara Danirmala," terangnya.
"Ohh," mungkin saja yang dimaksud kerajaan di sini adalah provinsi.
"Mau sampai kapan kalian ngobrol terus? Aku sudah lapar ini, ayo kita makan!" Lia terlihat cemberut memperhatikan kami.
"Maaf maaf,"
"Ayo mari dimakan Tuan," nenek
Saat aku makan ternyata benar-benar rasa khas Indonesia, tidak aku sangka kalau ini ada di dunia lain. Setelah kenyang, aku baru sadar dengan bajuku yang belum diganti, segera aku meminta Lia untuk mencarikan baju.
"Nanti kalau latihan buka bajumu, jangan merusak baju ayahku!" Lia dengan pandangan tajamnya sambil menarik bajuku.
"Bilang saja ingin melihat tubuh telanjangku." Sedikit aku naikkan bajuku dan memperlihatkan perutku yang terbentuk cukup bagus.
"Kepedean sekali kau, padahal kecil." Diperagakan jari telunjuk dan jempol seperti capit.
"Itu karena kedinginan," aku mengelak karena malu.
"Sudah sudah, Lia jangan ribut," tegur nenek yang sedang mebereskan piring kami.
"Kok aku?" Lia terlihat sedikit kesal dengan cepat menengok ke arah neneknya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Maaf nek." Aku sambil sedikit tersenyum ke arah Lia.
"Nenek mau cuci piring dulu, Lia temani tuan Al saja." Nenek berdiri sambil membawa piring kotor lalu menuju dapur.
"Yaaa," Lia dengan cueknya, Lia menarik tanganku untuk masuk ke kamarnya, dia langsung mencarikan baju untukku.
"Oh iya, ngomong-ngomong kalian tinggal hanya berdua saja?" Aku berusaha mengalihkan kekesalan Lia.
"Ayahku sedang melaut, kalau ibuku meninggal saat melahirkanku," Lia
"Maaf, turut berdukacita,"
"Tidak apa-apa, lagi pula ibuku meninggal saat aku lahir dan juga ada nenek yang menggantikannya, jadi aku tidak begitu merasa kehilangan," ucap Lia dengan santainya. Memang telihat biasa saja dari ekspresi wajah Lia, dan juga rasa kesal tadi sepertinya tidak benar-benar kesal.
____
Kota sihir Mala
Di dalam ruang singgasana, terdapat 7 singgasana dengan singgasana yang di tengah kosong, sedangkan 6 yang lainnya diduduki oleh 5 orang (Noe- Ratu Elf, Nay- Ratu Druid, Nia- Ratu Peri, Noa- Ratu Es dan Violet- Naga bayang) dan satu anak kecil (Erin- Ratu Vampir). Mereka semua memakai pakaian putih yang tertutup lengkap dengan topeng.
"Yang mulia Ratu!" Tiba-tiba saja muncul seorang pria dengan pakaian rapi seperti bangsawan Eropa. Seluruh mata pria itu hitam, dengan 2 garis merah menyilang yang bercabang pada setiap ujungnya. Karena tidak menyadari kehadiran pria itu, sang Naga bayang langsung saja melancarkan serangannya ke arah pria itu.
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen