Hari ini aku berada di istana barat. Menyiapkan kamar untuk para calon selir tinggal, selama masa pemilihan. Namun, aku malah tidak bisa fokus, karena mendengar hal yang membuat telingaku panas. Sepertinya, berita bahwa Yang Mulia Kaisar membuatku sampai tidak bisa berjalan. Sudah tersebar di seluruh istana ini. Seluruh pelayan yang aku lewati secara perlahan berbisik tentang ku. Aku mencoba untuk berpura-pura tidak mendengarkannya. Namun, bagaimanapun itu, pembicaraan itu ada di mana-mana. Dan tentu saja aku tahu bahwa akulah yang mereka bicarakan. "Wah wah wah, siapa ini." Tiba-tiba ada suara yang sangat tidak nyaman muncul dari arah belakang. Aku membalikkan badan dan menatap Lady Vrantia. Ia menyambut kehadiranku dengan terlambat. Dan bahkan tanpa sopan santun. "Cukup itu saja yang tadi aku perintahkan, sisanya akan kita atur besok." Ujarku pada Lady Zaraela. Ia mengangguk dan menutup buku catatannya. "Ada yang bisa ku bantu ?" Tanyaku berbasa-basi mengingat ia masih tamu ter
Setelah kejadian kemarin, Kaisar memerintahkan untuk melakukan penjagaan yang lebih ketat. Meskipun istana sempat gaduh. Namun bagaimanapun kami semua harus bisa menyesuaikan diri. Dan kembali di kehidupan yang seperti biasanya.Meskipun aku harus mencari tahu, siapa dalang dibalik kekacauan beberapa hari lalu. Aku juga harus melaksanakan tugas-tugasku yang tertunda. Apalagi, karena kekacauan itu, tugasku malah semakin menumpuk. Membereskan ini dan itu, menyita banyak waktuku. Menyeleksi selir, mengurus keluhan masyarakat, dan juga banyak lagi. Kesibukan yang tiada henti ini, berhasil mengembalikan istana dalam keadaan kondusif."Yang Mulia Permaisuri, ini adalah dokumen yang telah mendapatkan stempel kekaisaran." Pandanganku yang tadinya tertuju pada buku catatan, langsung berubah ketika mendengar suara Lady Zaraela masuk. "Baik letakan di situ, setelah itu panggil beberapa penulis istana untuk menulis surat undangan kepada para selir yang sudah terpilih kali ini." Ujarku sambil ke
Dampak dari kekacauan yang terjadi kemarin nampaknya sangat besar. Padahal menurut agenda, hari ini adalah hari tes memasak. Nilai dari agenda hari ini akan menjadi penilaian pertama. Suasananya sunyi. Baik Kaisar maupun Ibu Suri juga nampaknya masih kesal dengan kejadian semalam. Aktivitas ini seperti ujian kenegaraan. "Anu.... Yang Mulia Permaisuri, mengapa anda tidak ikut mengambil nilai ?" Tanya Arthic memecahkan keheningan. "Menurut sejarah, Permaisuri pernah melakukan kecurangan dalam penilaian. Agar hal itu tidak terjadi, maka Permaisuri tidak boleh ikut andil dalam penilaian." Jelas ku sambil mencoba mencairkan suasana. "Kenapa keluarga anda mendapat gelar Grand Duke ?" Tanya Hezelina sambil mengaduk-aduk adonan di tangannya. "Karena, keluarga Zyrandyanka adalah golongan bangsawan tinggi yang selalu menjadi Ratu atau pemimpin negara lainnya." Ujar Kaisar sambil mengamati acara. "Bagaimana dengan lelaki di keluarga Permaisuri ?" Sambung Hezelina lagi. "Menurut sejarah ke
Morganite Rez Arthalas atau yang sekarang lebih pantas di panggil Duke Morganite Arthalas. Menurut informasi yang aku dapatkan, Duke Morganite datang untuk pelantikan sebagai pemimpin keluarga Arthalas yang baru. Ia juga dengan tegas mengatakan bahwa, tidak akan ada lagi Arthalas ke 2. Jadi ia akan dipanggil Duke Morganite. Secara hukum ia masih mendapatkan gelar Duke. Karena di negara bagian yang ia pimpin, ia mendapatkan gelar itu. Kaisar yang baik hati, memberikan Duke Morganite wilayah pedesaan kecil di tepi pantai Utara kekaisaran. Ia masih bisa menggunakan gelar Duke, walau wilayahnya bahkan tidak lebih luas dari seorang bangsawan Viscount. Bahkan berkat rekomendasi dari Raja negara bagian, ia akan menjadi komandan kesatria tim 13. Duke Morganite memang hampir tidak terlibat dengan Duke Arthalas. Namun, bukan berarti ia terbebas dari kecurigaan ku. ×•×•× "Yang Mulia Permaisuri, apa Anda ada waktu untuk berbincang dengan saya sebentar." Aku menoleh dan melihat sekitar. Pint
Sudah sepekan sejak perjanjianku dengan Duke Morganite terlaksana. Nampaknya, mencari pelaku diantara banyak orang memang benar-benar sulit. Malam ini akan ada pesta untuk mengumumkan tingkatan selir. Dari sini kuasa dan perintah selir diurutkan. Aku sangat berharap bahwa Lady Vrantia tidak menempati posisi 3 besar. Karena jika itu terjadi, maka ia akan memiliki kuasa untuk menentangku. Dan itu mungkin akan menjadi masalah untukku ke depannya."Baiklah, Anda sudah selesai Yang Mulia Permaisuri." Setelah Yuni mengatakan itu, aku menatap wajahku di cermin. Melihat tatanan rambutku yang sudah di sanggul rapi dan indah. Dengan mahkota kemegahan di kepalaku. "Bagaimana menurut kalian tampilan ku hari ini." Sepertinya, para pelayannya bekerja denganku sangat terkejut dengan apa yang aku katakan. Mereka hanya tertawa sambil mengejek."Yang Mulia, mengapa Anda masih bertanya ? Tentu saja Anda sangat luar biasa." Ujar Kristina sambil merapikan peralatan di meja. "Anda sudah sangat sempurna
Biar ku ceritakan secara singkat, siapa itu Delano. Awalnya ia adalah iblis yang suka sekali mengganggu manusia. Namun, karena ia sangat senang tinggal di dunia manusia. Ia pun memutuskan untuk menjadi penyihir hitam yang agung. Sederetan ingatan muncul di kepalaku, seperti adegan-adegan penting di dalam novel. Aku mengingat, ketika aku masih kecil dulu. Semua orang hebat yang pernah kutemui selalu mengatakan.'Dia adalah seseorang yang dicintai oleh alam.' Orang selalu memberikan aku julukan Putri sang bulan dan matahari. Dengan kekuatan seagung matahari dan kecantikan juga kelembutan seperti bulan. Orang selalu mengatakan aku istimewa. Entahlah, apakah aku masih istimewa hingga saat ini.Seorang iblis pernah memberikan hatinya untukku. Dewa pernah menjanjikan kayangan untukku. Monster pernah menawarkan keabadiannya untukku. Malaikat bahkan, ingin menukarkan sayap agungnya dengan cintaku. Tatapanku kosong, menatap keluar. Apakah selama ini, alasan mengapa aku terus bereinkarnasi.
Pembagian tugas sudah selesai. Waktu bersenang-senang juga sudah usai. Saatnya untuk kembali ke kehidupan normal ku sebagai permaisuri. Aku berdiri, hendak untuk pergi dari ruang rapat, dan melanjutkan aktivitasku di ruangan permaisuri. "Tunggu, tidak bisakah kamu mengajak Lady Vrantia ?" Untuk pertama kalinya sejak kehidupanku. Kaisar mengatakan hal yang sangat tidak berguna. "Tidak. Dan saya mohon kepada Anda untuk tidak bertanya sekali lagi. Tugas sebagai permaisuri bisa saya selesaikan sendiri. Apalagi tugas ini juga bukan untuk main-main. Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin Yang Mulia Kaisar." Setelah mengatakan keputusanku aku pergi dari ruang rapat itu. Setelah aku keluar, tiga selir yang sudah mendapatkan tugas resmi juga pergi. Sepertinya mereka juga terganggu dengan ketegangan di ruang rapat. "Yang Mulia. Saya ingin memberikan laporan." Ujar Genio sambil berjalan mengikutiku. "Katakanlah." Ujarku singkat. "Dia adalah Lady Vrantia." Langkah kakiku terhenti mendenga
"Tunggu !" Aku berhenti. Saat ini aku sedang perjalanan menuju ruang makan istana. Namun Lady Vrantia menghentikan ku. Aku sudah berusaha untuk mengontrol diriku seharian ini. Namun tak ku duga Lady Vrantia malah muncul saat ini. "Kenapa ? Kau kesal karna aku menjadi selir yang di pilih langsung oleh raja ? SAMPAI KAU TIDAK MEMBERIKU TUGAS HAH ?!" Mungkin ini adalah akhir dari kesabaran ku."Tidak bisakah kau menjaga mulutmu ? Kau seorang selir, tapi berani sekali kau berkata seperti itu kepada Permaisuri." Ketika akhirnya aku hendak mengeluarkan emosi ku. Lady Zaraela yang lebih kesal, mengungkap amarahnya lebih dulu. Ia nampak mengepal tangannya, menahan emosi saat ini. Aku tau bahwa ia saat ini sedang menahan dirinya untuk menampar Lady Vrantia. "Padahal sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa para selir utama lah yang memilih asisten mereka sendiri. Dan kau tidak bisa bersama Permaisuri, karena aku tahu bahwa kau tidak mengerti tentang pekerjaan itu dan kau akan mengacaukannya." La