Aku sangat kesal saat ini. Acara minum teh yang seharusnya hanya ada aku dan Yang Mulia Kaisar. Terganggu karena ada sosok yang tidak diinginkan datang. Mungkin, rasa kesal ini bukan berasal dari aku. Namun dari Venezuela. Pasalnya aku yakin di dalam lubuk hatinya ia sangat menantikan acara ini. Namun malah hancur begitu saja. Lady Vrantia, entah bagaimana dia tiba-tiba bisa masuk ke dalam ruang kaca yang sedang digunakan untuk aku dan Kaisar minum teh bersama. Sebenarnya aku sangat ingin mengusirnya begitu pula dengan Kaisar. Namun mengingat bahwa ia adalah tamu dari salah satu kerajaan di bawah kekaisaran ini. Kami berdua pun mengurungkan niat kami masing-masing. Acara minum teh gagal. Karena kesal aku pun pergi keluar. Meninggalkan mereka berdua di sana. "Sangat keterlaluan sekali Lady itu." Ujar Yuni meremas-remas gaunnya kesal. "Sabar, bagaimanapun dia adalah tamu kekaisaran. Mau tidak mau, kita harus sedikit mengalah." Ujar NadilaDalam circle pertemanan dayang yang ada di
Aku membuka mataku. Menatap Venezuela yang duduk di balkon ruangan. Ini adalah kamar kehidupan pertamaku. Dan tempat ini juga menjadi tempat pertemuan kami. Aku berjalan menghampiri Venezuela. Aku duduk di hadapannya dan mencomot salah satu hidangan di meja itu. "Maafkan aku, karena emosiku kau jadi marah kemarin." Ujar Venezuela sembari menundukkan tatapannya. "Untuk apa kau minta maaf ? Bagaimanapun wanita itu memang sudah kurang ajar. Tanpa emosi dari mu pun, aku pasti sudah menjelek-jelekkan wanita itu." Jelaskan sambil melihat keluar balkon. Pemandangan yang sudah sangat lama sekali tidak kulihat. Pusat kota yang tentram di bawah kerajaan yang aku pimpin. "Kau bisa mengabaikan perasaan yang datang dari hatimu. Agar kau tidak terbawa emosi denganku." Aku menatap Venezuela. Aku tahu dia sangat ingin marah saat ini. Rasa kecewanya juga sangat besar. Tapi ia selalu dituntut untuk menjadi wanita terhormat, yang tidak mudah terpancing emosi. "Apa kau, tidak bisa menyukai laki-la
Aku terbangun di tengah malam. Ku lihat Yang Mulia Kaisar sedang tertidur. Entah sudah berapa lama kami tidur bersama. Ia hampir tidak pernah tidur di kamarnya. Mungkin aktivitasku juga ikut membangunkannya. Iya duduk sambil mengusap matanya yang mengantuk. "Apakah kau terbang karena aku ?" Tanyaku sungkan karena melihat raut wajahnya yang terlihat sangat mengantuk. "Apa kau haus aku bisa ambilkan minum untukmu." Ujarnya sambil berusaha mengumpulkan kesadaran. "Tidak aku hanya terbangun saja." Ujarku lagi."Apakah kau bermimpi buruk ? atau aku mengganggumu ketika tidur ?" Dia terlihat sangat mengkhawatirkan aku. Dia juga berusaha untuk menghilangkan rasa kantuknya. "Darian, sudah ku katakan aku tidak apa." Ujarku sambil menggeleng pelan. Ia tersenyum, sepertinya iya senang mendengar aku memanggil namanya. Alih-alih memanggilnya Yang Mulia Kaisar. "Kau tahu, aku sangat senang ketika kau memanggil namaku. Rasanya seperti jarak diantara kita semakin menipis." Ujarnya sambil mengel
Sore ini aku masih sibuk dengan kegiatanku. Selain itu, aku juga harus menyortir laporan dari mata-mata yang sudah aku kirim. Setelah mendapatkan informasi yang menarik, aku membagi-bagi informasi tersebut. Dan mulai menentukan beberapa orang. "Salam Yang Mulia Permaisuri, ini adalah dokumen para calon selir dari kerajaan di bawah kekaisaran kita." Lady Zaraela masuk membawa beberapa tumpu dokumen bersama 3 dayang ku. "Baik, letakkan saja di sana." Ucapku sambil memilah-milah dokumen. "Berikan ini kepada putri dari Countess Silvana. Dan juga Count Dravin. Katakan pada mereka untuk mempersiapkan diri terhadap ujian seleksi pemilihan selir." Ucapkan memberikan surat kepada Lady Zaraela. "Untuk sisanya, tuliskan surat permintaan maaf bahwa mereka tidak lolos dalam seleksi pertama." Lady Zaraela mengangguk dan lalu pergi keluar. Aku meregangkan badanku yang sedikit kaku karena terlalu lama menunduk. Nadila datang dan memijat bahuku yang kaku. "Apa Yang Mulia Permaisuri tahu, katanya
Mendengar ucapanku, ia langsung menoleh terkejut. Ia dengan panik membereskan buku yang ia baca. Lalu berjalan ke arahku dengan tatapan yang sangat kesal. "Tidak bisakah kau jangan mengejutkanku ?! Kau ini seperti hantu saja, masuk tidak bersuara." Ujarnya sambil mengatur ulang buku-buku nya. "Aku tidak mengejutkanmu, aku sudah bersuara ketika membuka pintu. Kau saja yang terlalu sibuk sampai tidak mendengarnya." Balasku tak mau kalah. "Lagi pula, tujuanku kemari adalah memarahimu." Mendengar ucapanku, dia langsung menoleh dengan tatapan bingung."Untuk apa kau memarahiku, memangnya aku salah apa." Nada bicaranya seperti anak kecil yang merajuk. Namun wajahnya, seperti kesatria yang baru kembali dari medan perang. "Ibu Suri tahu bahwa kamu mencari buku tentang itu." Ia sedikit membulatkan matanya karena mendengar kata-kataku. Ia menggaruk belakang kepalanya. Dan tersenyum canggung. Ia lalu menarikku untuk duduk di tepi ranjang, dan berpikir bagaimana cara menjelaskan itu semua.
Hari ini aku berada di istana barat. Menyiapkan kamar untuk para calon selir tinggal, selama masa pemilihan. Namun, aku malah tidak bisa fokus, karena mendengar hal yang membuat telingaku panas. Sepertinya, berita bahwa Yang Mulia Kaisar membuatku sampai tidak bisa berjalan. Sudah tersebar di seluruh istana ini. Seluruh pelayan yang aku lewati secara perlahan berbisik tentang ku. Aku mencoba untuk berpura-pura tidak mendengarkannya. Namun, bagaimanapun itu, pembicaraan itu ada di mana-mana. Dan tentu saja aku tahu bahwa akulah yang mereka bicarakan. "Wah wah wah, siapa ini." Tiba-tiba ada suara yang sangat tidak nyaman muncul dari arah belakang. Aku membalikkan badan dan menatap Lady Vrantia. Ia menyambut kehadiranku dengan terlambat. Dan bahkan tanpa sopan santun. "Cukup itu saja yang tadi aku perintahkan, sisanya akan kita atur besok." Ujarku pada Lady Zaraela. Ia mengangguk dan menutup buku catatannya. "Ada yang bisa ku bantu ?" Tanyaku berbasa-basi mengingat ia masih tamu ter
Setelah kejadian kemarin, Kaisar memerintahkan untuk melakukan penjagaan yang lebih ketat. Meskipun istana sempat gaduh. Namun bagaimanapun kami semua harus bisa menyesuaikan diri. Dan kembali di kehidupan yang seperti biasanya.Meskipun aku harus mencari tahu, siapa dalang dibalik kekacauan beberapa hari lalu. Aku juga harus melaksanakan tugas-tugasku yang tertunda. Apalagi, karena kekacauan itu, tugasku malah semakin menumpuk. Membereskan ini dan itu, menyita banyak waktuku. Menyeleksi selir, mengurus keluhan masyarakat, dan juga banyak lagi. Kesibukan yang tiada henti ini, berhasil mengembalikan istana dalam keadaan kondusif."Yang Mulia Permaisuri, ini adalah dokumen yang telah mendapatkan stempel kekaisaran." Pandanganku yang tadinya tertuju pada buku catatan, langsung berubah ketika mendengar suara Lady Zaraela masuk. "Baik letakan di situ, setelah itu panggil beberapa penulis istana untuk menulis surat undangan kepada para selir yang sudah terpilih kali ini." Ujarku sambil ke
Dampak dari kekacauan yang terjadi kemarin nampaknya sangat besar. Padahal menurut agenda, hari ini adalah hari tes memasak. Nilai dari agenda hari ini akan menjadi penilaian pertama. Suasananya sunyi. Baik Kaisar maupun Ibu Suri juga nampaknya masih kesal dengan kejadian semalam. Aktivitas ini seperti ujian kenegaraan. "Anu.... Yang Mulia Permaisuri, mengapa anda tidak ikut mengambil nilai ?" Tanya Arthic memecahkan keheningan. "Menurut sejarah, Permaisuri pernah melakukan kecurangan dalam penilaian. Agar hal itu tidak terjadi, maka Permaisuri tidak boleh ikut andil dalam penilaian." Jelas ku sambil mencoba mencairkan suasana. "Kenapa keluarga anda mendapat gelar Grand Duke ?" Tanya Hezelina sambil mengaduk-aduk adonan di tangannya. "Karena, keluarga Zyrandyanka adalah golongan bangsawan tinggi yang selalu menjadi Ratu atau pemimpin negara lainnya." Ujar Kaisar sambil mengamati acara. "Bagaimana dengan lelaki di keluarga Permaisuri ?" Sambung Hezelina lagi. "Menurut sejarah ke