Hai perkenalkan namaku Mira, seorang perempuan yatim yang sedang duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Aku sekarang tinggal bersama ibu kandungku di sebuah rumah gubug tua, peninggalan ayah yang telah menghembuskan nafas terakhir sejak 3 tahun yang lalu disebabkan mempunyai riwayat penyakit jantung.
Setiap hari aku berangkat ke sekolah untuk menuntut ilmu dan ibu bekerja. Kita termasuk salah keluarga yang tidak mampu, jika ibu tidak bekerja seharipun, maka uang untuk kebutuhan makan akan sangat susah. Dapat dikatakan, hidup kami tergantung dari penghasilan pekerjaan ibu.Suatu saat, aku berangkat kesekolah dengan mengenakan pakaian yang telah usang dan kusam, sedangkan resleting tas yang telah kugunakan rusak semua, sebab sudah berusia tiga tahun. Kondisi itu menjadi bahan bully sahabat-sahabatku selama disekolah setiap harinya. Akan tetapi aku tetap tabah, tanpa merasa iri dan sakit hati.Pada sore harinya, tas yang sedang kugunakan telah tersangkut di suatu paku lSebelum daun-daun itu berguguran, peganglah matahari itu Nak. Aku akan disini. Dalam kesunyian seolah-olah diterpa rasa sunyi yang tak henti. Tidak tahu kenapa, saat ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jenuh, resah serta gelisah rasanya. Aku telah bosan dengan tugas-tugas harianku yang sedang kukerjakan. Apakah kamu masih disini Joe? Suara tersebut seolah-olah memecahkan keheningan. Ya memang responku dengan suara parau sambil mengangguk ringan. Bukankah kamu seharusnya kembali ke daerahmu untuk menengok ibu yang sudah lama sakit? Setelah mendengar pertanyaan itu, pikiranku secara tidak sadar mengarah pada desa yang sunyi, dimana tempat aku telah dilahirkan, berbaring, merangkak, duduk, terlatih, berjalan, berlari, jatuh, dan bangun kembali.Desa yang masih sangat jauh dari suatu tempat yang penuh dengan keramaian disebabkan pesatnya pembangunan infrasturktur. Suatu desa yang mempertemukan aku dan saudara-saudaraku yang lain. Suatu tempat dimana aku mulai menyak
Perkenalkan namaku adalah Ririn. Aku merupakan siswa kelas 10 di salah satu SMA negeri di kotaku, aku telah dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana. Aku tinggal bersama ibu dan bapak. Pas kebetulan aku adalah salah anak tunggal. Sehingga aku menjadi perhatian orang tuaku. Pada saat aku mempunyai masalah sekecil apapun, aku selalu mencurhatkan kepada mereka dan kedua orang tuaku berkenan mendengar semua isi curhatanku. Akan tetapi suatu hal ini tidak membuatku menjadi bangga dan tidak membuatku tumbuh menjadi anak yang sangat manja.Selama berada disekolah, aku adalah anak yang selalu aktif. Menurutku berprestasi dan selalu aktif di aspek akademik saja tidak cukup puas, sehingga harus didorong dengan aktivitas di ruang lingkup non akademik. Berdasarkan pemikirian itulah yang makin membuatku masuk kedalam suatu organisasi di sekolahku. Organisasi tersebut berada dibawah OSIS. Organisasi tersebut selalu banyak aktivitas. Dengan demikian banyak waktuku terfosir untuk aktivit
Ibu…aku ingin mengucapkan terima kasih atas kerja kerasmu, bangun paling pagi sekali serta tidur paling malam sekali. Aku ingin meminta maaf, bila selama ini sering merepotkanmu. Kita hanya dapat bangun tidur, berangkat sekolah, ngerjakan PR, dan tidur kembali, kita hanya bisa membantu dalam waktu sekejap, bahkan jarang sekali ibu.Ibu..maafkanlah aku bila selama ini aku sering menyusahkanmu, mohon maaf bila kita semua hanya dapat membuatmu sangat lelah. Akan tetapi percayalah bahwa anak-anakmu akan tetap berbakti kepadamu meskipun cara kita semua itu tidaklah sama.Setiap anak, jika ditanya..”apa yang menjadi cita-cita kamu?” Sebagian besar menanggapi “Ingin bisa membahagiakan orang tua” tentu saja itu adalah prioritas yang sangat utama Ibu…Bapak…khusunya banyak materil-materil yang sudah kalian korbankan. Ibu..terima kasih atas berbagai aneka makanan yang sangat enak yang selalu engkau hidangkan di meja makan..terima kas
Mungkin mayoritas orang sudah banyak yang menyimak kisah ini, namun menurut aku tidak ada salahnya saya ingin menceritakan ini kembali, suatu pengingat untuk kita semua sebagai anak yang telah lahir dari rahim seorang ibu.Pada waktu sore, seorang anak mendatangi ibunya yang sedang ada didapur. Lalu seorang anak tersebut memberikan selembar kertas yang sudah ditulisnya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan kain, lalu dia membaca isi tulisannya dan inilah isinya:Untuk memotong rumput, dua ribu rupiahUntuk membersihkan kamar tidur, seribu rupiahUntuk pergi ke toko disuruh ibu, lima ratus rupiahUntuk membuang sampah, seribu rupiahUntuk nilai rapor yang baik, tiga ribu rupiahUntuk membersihkan dan menyapu halaman, lima ratus rupiahSehingga jumlah utang ibu: delapan ribu lima ratus rupiahSeorang ibu melihat anaknya dengan penuh harapan. Beberapa kenangan terlintas dalam hati seorang ibu, lalu dia mengambil bulpoin, memb
Teringat dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Ibu“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintangan demi aku anakmu//Ibuku sayang masih terus berjalan, walau telapak kaki penuh darah penuh nanah//seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas//IbuLirik lagu tersebut mengingatkan kita akan pengorbanan dan betapa tulusnya kasih sayang seorang ibu. Segala keluh kesah telah berupaya ditempuh, segala rintangan berusaha dihadang, dan segala penderitaan berupaya didera bahkan kaki berdarah sampai bernanah pun sungguh tidak terasa.Kasih sayang seorang ibu hembuskan seperti udara yang senantiasa mengalir, seiring dengan mengalirnya hembusan nafas seorang anak. Semua ibu melaksanakan tanpa mengharapkan balasan apapun.Sesosok Ibu merupakan seorang muslimah sejati. Sesosok yang sangat senantiasa mengedepankan hati nurani. Betapa lembutnya belaian, betapa hangatnya dekapan menjadi ciri khusus yang mengikat.Pengorbanannya tanpa kenal lelah
Pada saat orang tua Sisi bercerai ketika dia masih kecil, masalah hukum telah mengenai hak asuh dan masalah-masalah yang lainnya telah membuat Sisi harus diasuh di panti asuhan untuk sementara waktu.Sebab seringnya dintimidasi oleh anak-anak yang lebih besar daripada dia, Sisi merasa sangat kesepian dan terabaikan. Ibunya hanya mengunjunginya sekali dalam satu bulan, bahkan dia tidak pernah sama sekali berjumpa dengan bapaknya.Akan tetapi, bertahun-tahun telah dilampaui, Sisi telah mengetahui dari kisah seorang ibu bahwa ternyata peraturan panti asuhan melarangnya menengok lebih dari sekali dalam sebulan.Walaupun demikian, ibunya selalu berdiri didepan pagar panti asuhan tersebut setiap hari, dengan kehendak bisa melihat putrinya hanya sesaat kadang-kadang dia hanya bisa mengucapkan“Aku hanya dapat melihat kamu bermain di taman, hanya untuk memastikan bahwa kamu itu dalam kondisi baik-baik saja”Pada saat Sue menceritakan masalah tersebut, ak
Ada suatu lagu dengan judul Kasih IbuKasih Ibu, Kepada Beta Tak Terhingga Sepanjang Masa Hanya Memberi Tak Harap Kembali Bagai Sang Surya Menyinari Dunia…Itulah salah satu lagu yang sering kita kumandangkan dengan suasana hati yang sangat haru, untuk menjelaskan betapa besarnya kasih sayang ibu kepada kita.Ibu mengasihi kita bagaikan matahari yang terus memancarkan sinarnya tanpa mengenal rasa lelah, tanpa mengharapkan balasan. Kita semua mempunyai hutang budi yang tidak terhitung nilainya dan kita tidak sering bisa membalasnya.Ibu tidak pernah menghitung berapa banyak yang sudah diberikan kepada kita, dimulai dari harta, waktu, perhatian, pengorbanan, tenaga, dan jika dibutuhkan nyawa.Semuanya sudah diberikan dengan tulus, yang terpenting semua anak-anaknya sehat, selamat, dan bahagia. Jika segala yang kita punyai kita serahkan pun, itu belum cukup dengan seberapa besar pengorbanan ibu, sebenarnya banyak sesuatu yang kita lakukan untuk mengungka
Ada suatu lagu dengan judul Kasih IbuKasih Ibu, Kepada Beta Tak Terhingga Sepanjang Masa Hanya Memberi Tak Harap Kembali Bagai Sang Surya Menyinari Dunia…Itulah salah satu lagu yang sering kita kumandangkan dengan suasana hati yang sangat haru, untuk menjelaskan betapa besarnya kasih sayang ibu kepada kita.Ibu mengasihi kita bagaikan matahari yang terus memancarkan sinarnya tanpa mengenal rasa lelah, tanpa mengharapkan balasan. Kita semua mempunyai hutang budi yang tidak terhitung nilainya dan kita tidak sering bisa membalasnya.Ibu tidak pernah menghitung berapa banyak yang sudah diberikan kepada kita, dimulai dari harta, waktu, perhatian, pengorbanan, tenaga, dan jika dibutuhkan nyawa.Semuanya sudah diberikan dengan tulus, yang terpenting semua anak-anaknya sehat, selamat, dan bahagia. Jika segala yang kita punyai kita serahkan pun, itu belum cukup dengan seberapa besar pengorbanan ibu, sebenarnya banyak sesuatu yang kita lakukan untuk mengungka