Disangka miskin di perantauan

Disangka miskin di perantauan

By:  NurulSudirman  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sisil adalah seorang perempuan yang selalu di remehkan oleh keluarga besar nya, mereka mengira Sisil bekerja di kota sebagai pembantu, padahal Sisil di kota sudah menjadi orang sukses

View More
Disangka miskin di perantauan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
22 Chapters
bab 1
(Kita kayanya ga usah undang keluarga miskin ya, palingan juga kasih amplop sepuluh ribu tapi yang datang sekeluarga, belum lagi makan nya pada rakus karena dirumah nya biasa makan nasi garam hahaha) tiba-tiba Susi membuka percakapan di grup WhatsApp keluarga, Minggu depan kakak nya Susi, bernama Sintya menikah.(Lagi ngomongin siapa sih?) tanya Septian anak dari uwak Jeni, kakak nya bapak.(Ya siapa lagi kalo bukan keluarga miskin yang anak sulung nya pergi rantau tapi ga kaya-kaya) jawab Susi, dia adalah anak dari paman Adit.(Ohahahah, iya mending jangan di undang aja, malah jadi beban, belum lagi nanti mereka pasti bungkus banyak makanan) balas lagi Septian.Aku geram membaca grup WhatsApp keluarga besar, aku tau mereka sedang menyindir keluarga bapaku, mereka dengan santainya menggunjing keluargaku, sedangkan ada aku dan ke-2 adiku di grup itu, tapi mereka sama sekali tidak peduli.TingTing"Halo kak? Apa kakak sudah baca wa grup? Mereka menyindir kita kak!" adiku mengadu padaku
Read more
bab 2
"Ya tetap saja kamu menyusahkanku Anas, kamu pikir setiap kamu meminjam, aku tinggal memetik uang dari pohon?" ujar wak Jeni tidak mau kalah."Ya sudah kalau misalkan teteh tidak mau meminjamkan, tidak usah marah-marah seperti ini teh," bapak sudah mulai meninggikan intonasi suaranya, terlihat juga dari raut wajah bapak sudah emosi kepada kakak perempuannya ini."Berani kamu ngomong tinggi sama teteh? Heh Sisil, sebaiknya kamu menikah saja dengan juragan Wira, juragan Wira sempat menanyakan mu kepada uwak, daripada kamu harus jauh-jauh capek-capek kerja ke ibu kota, mending kamu jadi istri nya juragan Wira saja!" aku kaget dengan ucapan Wak Jeni, bisa-bisanya dia main jodoh-jodohkan aku kepada orang lain."Sudah sana pergi teh, tidak akan ada anakku yang menikah muda, apalagi dengan juragan Wira yang istrinya sudah ada 4!" tolak bapak dengan tegas sembari mengusir wak Jeni secara halus."Cihhh, so kaya sekali, Sisil! kalau kamu mau berubah pikiran untuk menikah dengan juragan Wira, d
Read more
bab 3
Tanpa basa-basi dan mengucap salam, mereka bertiga keluar dari rumahku."Awwww aduh!!!"Aku mencubit kecil lengan Septian, meskipun cubitan nya kecil, tapi aku yakin rasanya perih."Kenapa sih kamu Tian!" tanya bibi Santi pada keponakanya."Auuwww ateu, aku dicubit Sisil huhuhu," dengan gaya khas kemayu nya, Septian mengadu pada bibi Santi.Bibi Santi berbalik dan memelototiku, akupun hanya mengangkat kedua bahuku.Kini keluargaku semuanya duduk di ruang tamu, adik-adikku antusias membuka koper yang aku bawa, karena di dalam koper banyak barang dan juga oleh-oleh yang aku beli."Waaaah kak, bagus banget ini bajunya, sepatunya juga, aku suka kak!" ucap Lisa adik bungsuku.Aku melihat Rifki pun bahagia, tapi mungkin karna dia anak laki-laki jadinya tidak eksfresif seperti Lisa.Aku melihat bapak duduk dan menghela nafas panjang, sebelum bapak membuka obrolan, aku terlebih dulu membuka pembicaraan."Bapak, kenapa bapa dengan mudah memberikan sertifikat rumah pada paman Adit?" tanyaku sam
Read more
bab 4
"Ehhh kok kamu, mau ngapain kesini? Ini bagian saya, pergi sana!" Ternyata aku bebarengan dengan wak Jeni, yaampun sebenarnya aku malas berdebat, tapi apa boleh buat?"Maaf wak, para pengontrak juga sudah tau, kalo kontrakan ini bagian bapak, punya uwak kan di depan," jelasku dengan nada sabar sambil menunjuk ke arah kontrakan wak Jeni."Ya gabisa gitu dong, bapakmu kan sudah memberikan perintah kepada uwak untuk mengurus kontrakan ini, kok kamu main ambil alih, memang nya siapa kamu?" Hahaha lucu sekali wak Jeni ini, sudah jelas kan aku ini anak bapak."Aku? Aku anak nya lah, bapak sudah menyuruhku untuk menagih kontrakan, karena kata bapa, uang dari para pengontrak tidak pernah sampai ke tangan bapak!" jelasku dengan nada naik 1 oktaf."Wah masa iya mbak sil ga di sampaikan? Betul-betul tidak amanah ya Bu Jeni ini!" tiba-tiba saja salah satu pengontrak ikut nimbrung pada perdebatan kami.Aku melihat wajah wak Jeni merah padam, entah menahan malu, marah atau ingin buang air besar, a
Read more
bab 5
Lalu Lisa memperlihatkan gawainya padaku, Aku terperanjat kaget melihat video yang Lisa putar.Terlihat Septian sedang berjoget tik-tik menggunakan hot pants dan juga tantop merah muda."Astaga ini beneran Septian?" tanyaku kaget kepada Lisa."Iya bener, ini saudara kita tercinta kak, cantik bukan heheh?" Lisa cengengesan meledek Septian.Aku tidak menyangka bahwa Septian sudah separah ini, Aku kira dia hanya berdandan kemayu saja."Tapi Lis, kalau dilihat-lihat, ini kamar nya Septian kan? Apa uwak Jeni sama Wak Komar tidak memarahinya?" tanyaku penasara, sangat tidak mungkin orang tua tidak memarahi anak laki-lakinya berpenampilan aneh seperti ini."Kalau Wak Komar sih Lisa enggak tahu ya, tapi kalau Wak Jeni kayaknya tahu deh, soalnya di beberapa video milik kak Septian, aku liat Wak Jeni ada ikuti tik-tikan sama ka Septian." jawab Lisa sambil ngotak ngatik handphonenya, sepertinya dia akan memberikan kejutan yang lain kepadaku."Nih lihat!" akupun langsung menyambar ponsel yang dip
Read more
bab 6
Haduh, bagaimana ini, aku takut emak jadi bahan Bullyan di rewang nanti!"Ya sudah nanti rewang nya Sisil temenin emak ya," aku harus menemani emak untuk ke kandang macan itu, Aku tidak mau ibu menjadi bahan bulan-bulanan mulut-mulut pedas saudara bapak."Iya sil terserah kamu saja!" timpal emak pasrah.TingTing"Mbak, nanti ada orang yang mau jadi reseller di online shop kita, kapan kira-kira Mbak bisa bertemu dengan orangnya? Katanya biar dia sekalian main ke online store kita," ada WhatsApp masuk dari salah satu karyawan ku."Mungkin sekitar tiga hari lagi, ya bilang saja biar dia janjian sama Mbak di Jakarta saja," balasku, karena untuk sekarang-sekarang aku tidak bisa kembali dulu ke Jakarta.Alhamdulillah reseller ku terus bertambah, semakin hari penjualan pun semakin meningkat, yang jelas pundi-pundi uang pun semakin banyak."Pakeeeet!" "Paket!" Suara kurir paket terdengar nyaring dari luar, akupun langsung menghampiri nya."Iya kang, atas nama siapa?" tanyaku."Teh maaf, in
Read more
bab 7
"kita ga dapat bingkisan juga gapapa kok Santi, kita kesini cuma mau ikut pengajian aja, masa saudara ada acara pengajian kita ga datang." jawab emak pelan, aku tahu emak merasa harga dirinya sudah tercabik-cabik, karena bibi Santi berbicara seperti itu di depan para ibu-ibu yang lain, aku salut pada emak, beliau masih bisa berbicara lembut pada orang modelan bibi Santi."Halah masa iya, dari dulu juga kan teteh kalau misalkan ada acara apa-apa memang selalu bawa satu keluarga, gini deh aku punya penawaran," balas bibi Santi dengan nada pongah, aku masih memantau nya.Dari kami bertiga tidak ada yang menjawab ucapan bibi Santi."Kalau kalian mau dapat bingkisan, bantu beresin di sini yah, nanti aku kasih satu bingkisan satu orang," angkuh sekali wanita ini, memangnya dia fikir aku tidak mampu untuk membeli bingkisan apa?"Tak Sudi kami bantu-bantu disini, mau besar bayarannya pun kami tidak akan mau diperlakukan
Read more
bab 8
"Halah kenapa harus pakai syarat segala sih teh ribet banget," sanggah paman Adit tak suka."Kalau nggak mau ya udah, cari tukang masak yang lain saja sana, saya tidak mau!" hardik emak tegas, aku suka melihat emak tegas seperti ini."Yasudah yasudah, apa syarat nya? jangan yang ribet-ribet, saya tidak ada waktu!" jawab Paman Adit tidak ada pilihan lain."Pertama, teteh mau jasa teteh dibayar sekarang, dan yang kedua, suruh istrimu untuk meminta maaf kepada teteh sekarang juga, dan suruh juga istrimu untuk meminta supaya teteh memasak di hajatan Sintya," wow, aku salut dengan persyaratan yang emak berikan kepada Paman Adit."Loh, teteh mau itung-itungan sama adik ipar sendiri? Yang mau menikah itu keponakan teteh loh, kenapa harus meminta bayaran? Dan untuk apa pula meminta Santi untuk ke sini, memangnya santi salah apa? Wajarkan Santi tidak memberi kepada kalian 3 bingkisan karena semua sudah di jatah, jangan serakah teh!" paman Adit keberatan dengan persyaratan yang emak berikan."K
Read more
bab 9
Sebelum pergi ke acara pernikahan, akupun berfoto keluarga dulu di tengah rumah, menggunakan kamera baru yang aku beli senilai 10juta."Yaudah yuk keburu kesiangan!" aku dan keluargaku pun berjalan dengan santainya, baju dan sepatu yang kami gunakan pun terasa sangat nyaman,dan kompak, jujur baru pertama kali ini aku menggunakan baju yang terbilang layak dari sebelum nya."Ckkk, liat tuh Septian, ada orang kaya baru!" cibir Wak Jeni pada kami."Hehehe iya, kaya hasil nge-lonet di ibu kota biasa Bu, tapi tetep keliatan norak!" meskipun mereka berbicara saling bisik-bisik namun masih terdengar oleh telinga ku, aku melihat ada Wak Komar di sekitar mereka, dan aku juga yakin, Wak Komar mendengar gunjingan istri dan anaknya, tapi dia tidak sama sekali menegur.Ahaaaa, Aku punya cara agar membungkam mulut lemes Septian."Eh Septian, paket kemarin yang isinya dalaman wanita dan wig sudah kamu ambil kan ya? Aku lupa soalnya takutnya belum di ambil!" sengaja aku mempertanyakan hal itu pada Sep
Read more
bab 10
Aku yang merasa tidak terima dan menjadi topik gunjingan bibi Santi pun merasa tidak enak dan tidak terima, aku pun lalu angkat bicara."Tidak usah berbicara soal fitnahan yang tidak terjadi, sekarang kita lihat saja faktanya apa, bahwa anak bibi yang kurang didikan sampai-sampai bisa hamil duluan!" Tukasku tajam, aku tidak ingin keluargaku dihina lagi apalagi ini di depan banyak orang."Dasar anak miskin, anak kur____!" "Sudah sudah, kenapa jadi saling bergunjing seperti ini? sekarang kita cari jalan keluarnya bagaimana, bukan nya malah seperti ini, pak Adit, sudah stop melakukan kekerasan pada Sintya!" Pak RW menengahi."Kamu? siapa namamu? kemari!" Panggil bapak pada perempuan hamil itu."Saya ayu pak!" "Hei wanita jala*n, orang tuamu dimana? cepat panggilkan orang tuamu ke sini untuk bermusyawarah!" Titah sinis bibi Santi berteriak, apa dia tidak berpikir bahwa anaknya pun sama hamil duluan seperti ayu."Ibu tidak bisa mengucapkan kalimat sarkas seperti itu kepadaku ya, apa ibu
Read more
DMCA.com Protection Status