Share

Reuni
Reuni
Author: Ria Alexandra

BAB 1

Mahira hanya bisa tertunduk lemas melihat postingan dan komentar suaminya di beranda F* seorang wanita.

Entah ia harus merasa bahagia atau malah menangis sekeras-kerasnya, apa yang dia curigai selama ini, apa yang ia takutkan selama ini telah  terjawab.

Reuni suaminya 3 bulan lalu seolah menjadi terbukanya pintu neraka dalam rumah tangganya. Dimas yang memang seorang Don Juan tanpa sengaja berkenalan dengan seorang janda beranak satu dalam sebuah acara reuni SMP, pereknalan itu pun berlanjut hingga diantara mereka tumbuh benih-benih asmara. Dari sekedar like, komentar, sapa lewat chat, hingga akhirnya menjadi komunikasi yang lebih intim.

***********

Dimas yang sedang asik berselancar di dunia Maya tidak menyadari istrinya memperhatikannya dari kejauhan.

Perlahan Mahira yang penasaran pun menghampiri suaminya

"Seru amat si keliatannya, senyum-senyum sendiri gitu, jadi kepo nih aku"

"Oh ini yank, teman - teman SMP ku dulu.. akhirnya aku bisa ketemu teman-teman sekolah setelah sekian lamanya..."

Dimas nampak serius dengan HP nya, dan wajahnya pun nampak sangat girang.

Mahira merasa tidak tertarik dengan kesenangan suaminya itu dia pun pergi meninggalkan suaminya yang sedang serius.

"Hmmm...kirain apaan"

Ia bergumam lirih, sembari mengenakan celemek, dia tak ingin kaos ketat kesayangannya itu kecipratan air saat sedang mencuci piring.

Perabot masak dan piring sendok bekas sarapan pagi pun sudah beres bersih tertata rapi di tempatnya.

Mahira pun kembali menghampiri suaminya, ia nyelonong masuk ke pangkuan suaminya dan bersandar manja seenaknya sembari memeluknya, kecupan  manis Dimas pun mendarat di kening Mahira disusul dengan sapuan hangat tangan Dimas di rambut hitam Mahira.

"Yank, Ayuk katanya mau jalan-jalan masa sibuk sama HP terus", ucap Mahira memanja.

"Ayukkk...aku kan dari tadi nungguin kamu"

jawab santai Dimas sembari menutup aplikasi dan mematikan layar HP.

Tidak mau banyak bicara Mahira pun mengambil tas nya dan kemudian menarik tangan  Dimas.

Dimas bangkit dari tempat duduk, dan menuju Glen putra kecilnya yang sedang asik bermain mobil-mobilan.

"Ih seru banget sii...Ayuk sayang kita jalan-jalan, kita ke taman bermain nanti kita main bom-bom car ..ayukkk sini Papa gendong..sini naik kuda..."

Dimas menggendong Glen di pundaknya sambil menirukan suara kuda berlari, Glen yang baru mau beranjak usia 2 tahun pun sangat senang, keceriaan nampak diwajah mereka semua.

Sekilas keluarga mereka nampak sempurna dan sangat bahagia.

Suami yang kaya, dengan bisnisnya yang sedang di puncak kejayaannya dan istrinya yang cantik dan setia, serta seorang putra kecil yang sedang gemas-gemasnya, nampak mereka adalah keluarga idaman yang diharapkan oleh kebanyakan orang yang sudah berumah tangga.

**********

Sepanjang perjalanan,  Hp Dimas berbunyi berkali kali begitu banyak pesan masuk di Hp nya dan beberapa kalipun ada tampak telepon masuk dengan nomor baru yang tidak dikenal.

Namun demikian Dimas nampak tenang dan fokus membawa kendaraannya, dia tidak terpengaruh dengan ponselnya yang kali ini super sibuknya.

Hanya saja wajah Mahira nampak berbeda sepertinya suara-suara dari Hp Dimas sudah mulai mengusik pikirannya.

Apalagi ditambah sesekali mata Dimas yang tertuju ke Hp dengan sedikit senyum- senyum sendiri ketika berpaling dari Hp nya.

Mahira mulai merasa tidak nyaman, namun begitu dia berusaha untuk tenang dan tidak berbicara apapun apalagi membuka obrolan seputar ponsel Dimas yang sibuk itu, karena dia paham betul akan tabiat suaminya.

Dimas memang sangat penyayang dia mahir dalam memperlakukan wanita.

Selama kesenangan pribadinya tidak terusik kehidupan Mahira akan baik- baik saja, apalagi jika Dimas dalam keadaan bahagia, pastilah dia akan memperlakukan istrinya itu bak seorang ratu.

Namun sebaliknya jika ada hal kecil saja yang tidak berkenan dan tidak sesuai dengan kehendaknya, orang pertama yang merasakan dampaknya adalah Mahira, istrinya itu.

Bahkan kadang pun tak jarang saat ada masalah di kantor sampai terbawa ke rumah dan lagi-lagi Mahira yang merasakan ketidak nyamanan itu, dan menangis diam-diam adalah hal biasa yang terjadi dalam keseharian Mahira.

Keegoisan, arogan, dan kesombongan Dimas harus bisa dia terima demi ketenangan dan keberlangsungan biduk rumah tangganya.

**********

Akhirnya sampailah mereka di sebuah objek wisata kenamaan di Jakarta  setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam.

Dimas yang dari tadi menahan rasa penasaran terhadap isi pesan masuk di ponselnya, buru-buru meraih Hpnya.

Sementara itu Mahira justru sibuk menenggelamkan dirinya dengan putra kecilnya, dia menggendong putra kecilnya itu dan mengajaknya berbincang dan berusaha untuk membuat perjalanan kali ini dengan Glen adalah perjalanan petualangan yang menyenangkan.

Mahira membuka pintu mobil dan membawa putranya keluar untuk menikmati pemandangan sekeliling, sebelum mencoba aneka wahana permainan yang ada di tempat tersebut.

Namun beberapa menit Mahira dan Glen menunggu , Dimas masih saja sibuk dengan Hpnya sehingga timbul rasa kesal di benak Mahira namun ia berusaha tetap menutupinya agar tidak merusak suasana.

"Glen, coba panggil Papa...Papa ayo dong mainan, Hp nya udahan dong buat nanti aja .."

Glen kecil pun mengikuti dan meniru ucapan yang dikatakan oleh ibunya tersebut.

Mendengar permintaan putra kecilnya, meskipun agak kesal tapi Dimas akhirnya beranjak dari mobil berwarna metalik itu.

Ia segera mengambil alih Glen dari Mahira, menggendong putranya itu dan mengajaknya berkeliling bermain menikmati semua wahana permainan yang ada di tempat tersebut.

Hari ini harusnya menjadi hari yang menyenangkan untuk mereka sekeluarga, namun karena racun jejaring sosial yang sudah merasuk ke jiwa Dimas, perjalanan kali ini nampak kurang menyenangkan untuk Mahira.

Berkali- kali Dimas kedapatan oleh Mahira sedang membuka ponselnya dan senyum- senyum sendiri setelah membaca pesan.

Dan beberapa kali diajak bicara oleh Mahira, Dimas menjadi kurang nyambung.

**********

Seharian ini Mahira merasa diaduk-aduk perasaannya, sesampainya di rumah Mahira pun akhirnya berusaha untuk mencari tahu apa isi pesan di ponsel suaminya itu, ia berusaha bisa mendapatkan kesempatan untuk membuka ponsel suaminya.

Selama ini memang Dimas jor-joran dengan ponselnya, Mahira bebas untuk membuka- buka ponsel miliknya.

Akhirnya datang juga saat yang dinantikan oleh Mahira, Dimas terlelap dengan ponselnya tergeletak disampingnya. Langsung saja Mahira mengambil kesempatan itu, dia berpura- pura turut rebahan di samping Dimas. Perlahan tapi pasti, Mahira meraih ponsel Dimas dan membukanya pelan- pelan, dan benar saja ada beberapa pesan masuk dari seorang wanita.

Asti Hasan, wanita itu terlihat sudah paruh baya dan dari profilnya nampak tidak menarik, namun entah kenapa Dimas nampak ada ketertarikan khusus dengan wanita itu.

Beberapa pesan masuk sudah Mahira baca dan pesan-pesan yang masuk banyak yang bersifat nostalgia.

Rupanya Asti Hasan adalah salah satu teman sekolahnya semasa SMP dulu, dan juga merupakan tetangga Dimas di kampung.

Dari percakapan tampak bahwa Asti Hasan dekat dengan keluarga Dimas, karena banyak percakapan yang membahas tentang kakak dan adik Dimas dan tentu saja ini membuat perasaan Mahira menjadi lebih baik.

Mahira pun akhirnya menaruh ponsel suaminya kembali, dia merasa lega karena baginya dia tidak perlu khawatir Dimas akan menjalin hubungan cinta dengan wanita tersebut, apalagi di profilnya pun wanita itu menggunakan nama suaminya dan di galerinya pun ada tampak poto bersama suaminya dan anak-anaknya.

"Dia ada suaminya, semoga tidak akan aneh-aneh", doanya lirih dalam hati.

Baru saja Mahira menaruh ponsel itu tiba-tiba ponsel itu kembali berbunyi, dan "TINGG ", sebuah pesan masuk dan tidak lain adalah dari Asti Hasan dan yang lebih mengejutkan lagi adalah isi dari pesan tersebut

I love you too..

Kemudian disusul dengan emoji bergambar hati dan kiss.

Keringat dingin seketika itu mengucur dan darah pun terasa naik ke ubun-ubun, Mahira menjadi sangat geram, namun meskipun begitu dia tak berani berbuat apa-apa karena bisa dipastikan akan timbul pertengkaran besar jika Mahira berani mengusik perihal chat itu.

"Kenapa mainan Hp terus, sudah istirahat lah yank....", Tiba-tiba Dimas terbangun dan menyeru sembari merangkul pinggang Mahira menuju ke pelukannya, dia nampak seperti pria yang tidak berdosa nampak santai bahkan saat Mahira tunjukkan chat itu padanya pun dia menjawab tipis

"Hahaha...itu hanya obrolan biasa saja yank, kamu gak usah mikir aneh- deh..dia itu tetanggaku di kampung dulu, dia juga kenal dekat dengan keluargaku, dulu teman-teman sekolahku sering main ke rumah termasuk dia..sekarang kamu tidur saja peluk aku".

Ucapan Dimas rupanya tak langsung begitu saja membuat hati Mahira tenang, tangannya kembali meraih ponsel Dimas, namun seketika itu langsung dihentikan oleh Dimas, dirampasnya ponsel itu dari tangan Mahira dan dengan cepat Dimas mematikan ponselnya.

"Nggak usah aneh-aneh....", Nada Dimas meninggi kemudian ia melempar ponsel dengan datar ke tepi kasur, seketika itu Mahira hanya bisa terdiam pasrah di samping Dimas yang memalingkan tubuhnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status