Hutan yang terletak di ujung Dusun Sentani ini ternyata menyimpan kisah misteri yang menyangkut leluhur yang pernah tinggal di dalam hutan yang kini menjadi tempat ritual untuk orang-orang yang berdatangan dari luar kota yang mencari kekayaan dan kemasyuran.
Konon di dalam hutan ini tinggal siluman cantik yang bisa mengabulkan semua keinginan pemujanya yang menyediakan segala macam syarat yang diminta olehnya. Berbeda dengan tempat ritual lainnya, di hutan ini tinggal siluman harimau putih yang akan berubah menjadi gadis yang sangat cantik jika berjumpa dengan orang yang akan melakukan ritual di hutan.
Leluhur Dusun Sentani pernah melakukan kesalahan dengan sembarangan menebang dan membakar hutan yang menjadi tempat tinggal siluman harimau putih ini sehingga mereka harus menuruti setiap keinginan siluman ini jika tidak ingin celaka sampai kepada keturunannya. Itulah yang membuat Hutan ini terkutuk dan tidak pernah dimasuki keturunan leluhur-leluhur yang pernah mengikrarkan janji kepada siluman harimau putih ini untuk tidak mengganggu kediamannya.
Namun beberapa warga dusun ini tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat leluhur mereka dengan memasuki hutan dan menebangnya untuk dijadikan lahan pertanian. Mereka tidak percaya dengan adanya siluman harimau putih yang berwujud gadis cantik yang menjaga hutan di ujung dusun mereka. Tentu saja tindakan nekad mereka berakibat fatal membuat mereka tidak pernah terlihat lagi kembali ke Dusun Sentani. Ada yang mengatakan mereka telah tew*s diterkam harimau putih hutan ini. Tapi ada juga yang mengatakan kalau mereka dijadikan budak siluman harimau putih untuk mengurus semua keperluannya di hutan untuk menebus kesalahan mereka.
Sejak menghilangnya beberapa warga dusun yang nekad melanggar aturan ini maka tidak ada satupun warga Dusun Sentani yang berani lagi menyentuh hutan ini. Mereka menganggap hutan ini sebagai Hutan Keramat yang tidak boleh diganggu agar kehidupan di Dusun Sentani bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Kehidupan warga dusun perlahan-lahan mulai membaik kembali setelah sekian lama mengalami kekeringan pasca menghilangnya beberapa warga dusun pelanggar aturan. Hasil panen mulai berlimpah sehingga warga dusun percaya ada yang melindungi mereka yang berasal dari Hutan Keramat karena perjanjian leluhur mereka.
Dusun Sentani menyimpan panorama alam yang indah di pagi hari tapi sangat menyeramkan di malam hari yang gelap gulita. Warga dusun masih senang tinggal di Dusun Sentani karena memberikan mereka hasil panen yang cukup berlimpah. Dusun ini jarang dikunjungi orang luar karena lokasinya yang jauh dari peradaban manusia. Untuk menuju ke Dusun Sentani saja harus melalui sungai yang dalam dan deras. Warga yang kadang membutuhkan pupuk dan harus berbelanja di kota menggunakan tali tempat mereka bergantung untuk menyeberangi sungai deras ini.
Hutan Keramat juga tidak tersentuh oleh pendatang luar hingga bertahun-tahun karena sulitnya jalan akses yang menuju ke dusun Sentani. Namun semuanya itu berubah berpuluh-puluh tahun yang lalu setelah jembatan dibuat di atas sungai yang deras yang membuat jalan akses yang semula tertutup mulai terbuka kembali. Makin banyak pendatang baru yang menetap di Dusun Sentani.
Salah satunya adalah pasangan suami istri Tuan dan Nyonya Gunawan yang membangun rumah besar di ujung dusun ini. Tidak banyak yang tahu asal usul pasangan suami istri ini. Pasangan ini hanya minta ijin tinggal kemudian membeli tanah perkebunan warga dengan harga yang cukup mahal saat itu membuat banyak warga Dusun Sentani saat itu menjual tanah milik mereka kepada saudagar kaya Gunawan ini.
Hanya saja sejak kedatangan Tuan dan Nyonya Gunawan ini, kondisi ujung dusun selalu terang benderang karena mereka memiliki peralatan penerangan yang cukup mahal pada masa itu. Warga dusun juga sering melihat pasangan ini memasuki Hutan Keramat di malam hari dengan penerangan yang secukupnya.
Karena pasangan ini hampir memiliki seluruh ladang pertanian yang digarap petani di dusun ini, maka tidak ada seorang pun yang berani menegur mereka mengenai aktifitas pasangan ini di malam hari. Muncul kabar miring kalau pasangan ini sedang mengadakan ritual dengan siluman harimau putih di Hutan Keramat ini sebagai syarat untuk mendapatkan kekayaan mereka.
Hasil panen warga dusun makin berlimpah sejak kedatangan pasangan keluarga Gunawan ini membuat warga dusun memafkan pasangan ini yang telah memasuki hutan keramat. Menurut mereka tidak menjadi masalah ritual yang diadakan pasangan ini asalkan tidak menganggu kehidupan warga dusun asli dan dapat meningkatkan taraf hidup warga dusun.
Hutan Keramat lambat laun disebut sebagai Hutan Ritual. Sejak Tuan dan Nyonya Gunawan menghilang mulai banyak beberapa pendatang dari luar Dusun Sentani yang meminta ijin ke Hutan Ritual di ujung dusun untuk meminta sesuatu kepada penunggu hutan ini. Warga dusun tidak pernah lagi mendengar kabar Tuan dan Nyonya Gunawan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian. Warga Dusun Sentani ini juga tidak pernah menceritakan asal usul bangunan rumah besar di ujung dusun ini kepada keturunannya sehingga banyak muncul desas-desus mengenai bangunan rumah yang kini kosong itu.
Pada pagi yang cerah tampak seorang gadis muda memasuki Dusun Sentani dengan berjalan kaki sementara di belakang gadis ini tampak satu mobil sedan mewah mengikutinya dengan perlahan-lahan.Gadis ini tenang saja berjalan di jalanan dusun yang agak becek karena hujan sebelumnya sementara gaunnya mulai basah dan kotor terkena genangan air. Tapi tidak seperti gadis kota lainnya, dia tidak peduli dan dengan santai meneruskan perjalanannya. Gadis ini malah asyik tertawa riang berlari menghindari genangan air yang bercampur lumpur ini.“Carla, ayo masuk mobil saja..Becek banget tuh jalanan..”, teriak pemuda yang mengendarai sedan mewah ini tidak sabar mengikuti langkah gadis yang bernama Carla ini“Aku kan tidak memaksamu untuk ikut ke kampung halamanku. Kamu saja yang memaksa mengantarkan aku ke Dusun Sentani ini”, kata Carla sambil sesekali melompati genangan air“Lagian kamu kan sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dusun ini. Kenapa juga kamu harus pulang kampung La”, tanya pemuda ini la
Warung Bu Siti merupakan satu-satunya warung makan yang berada di Dusun Sentani. Warung ini sudah ada sejak Carla masih kecil. Dia sering bermain di warung ini saat mamanya pergi entah kemana, dan selalu dikasih makan sama Bu Siti si pemilik warung makan ini. Warung yang dahulu hanya gubuk reyot kini tampak mulai bagus terbuat dari papan kayu dan atap seng.“Kamu mau makan Ren? Cobain gulai ikan Bu Siti, enak banget tahu!”, kata Carla saat mereka turun dari mobil menuju warung“Boleh kalau memang enak. Aku sudah lama tidak mencoba makan makanan rumah kayak begini”, ujar Rendy“Adik-adik ini mau makan?”, tanya seorang wanita yang sudah cukup tua menyambut mereka“Bu Siti..!”, teriak CarlaWanita yang dipanggil Bu siti tampak sangat terkejut melihat munculnya Carla, Namun bukan rasa terkejut gembira yang dilihat Carla melainkan rasa khawatir karena wajah Bu Siti langsung pucat pasi.“Kenapa kamu kembali lagi ke Dusun Sentani ini Carla? Apa mamamu tahu kamu datang ke sini?”, tanya Bu Sit
Rendy yang mengendarai mobil sedannya menuju ke arah warung Bu Siti melewati jalanan yang sangat gelap sekali. Sesekali dia memainkan lampu mobilnya dengan menyalakan dan mematikan berulang-ulang kali. Hal ini dia lakukan sebagai permintaan ijin jalan kepada makhluk-makhluk tak kasat mata agar menyingkir dari jalanan. Walaupun dia tadi seperti tidak mau mendengar penjelasan Jajang tapi saran Jajang ini diturutinya juga.Kalau kata Jajang tadi, dengan mematikan dan menyalakan lampu mobil berulang kali ini membuat perjalanan aman dalam kegelapan tengah malam. Jadi itu yang sekarang dilakukan Rendy sambil mobilnya melaju menuju ke pusat dusun. Sesekali dia membunyikan klakson mobil juga untuk memberi peringatan kepada setan atau hantu penunggu jalan agar tidak tertabrak olehnya. Itu juga saran Jajang yang diturutinya.“Kenapa aku tidak menuruti saran dari Jajang tadi ya? Seharusnya aku di rumahnya saja tadi bersama Carla”, pikir Rendy menyesali keputusannyaRendy bukanlah orang yang gamp
Langkah kaki Rendy terseok-seok menyusuri jalanan dusun yang berlumpur dan basah tergenang air hujan yang turun sebelumnya. Dia merasa masih ada sesuatu yang bergelantungan di kakinya membuatnya sulit melangkah, tapi dia tidak bisa melihatnya saat ini. Satu-satunya penerangan yang ada di ponselnya juga juga sudah tidak bisa diharapkan lagi karena baterai ponselnya habis.Sejauh matanya memandang tidak terlihat sama sekali penerangan yang diharapkannya yang akan menunjukkan kalau dia sudah sampai di perkampungan yang ramai penduduk. Hanya kegelapan yang membuatnya makin sulit melangkah. Rasa letih sudah menyerang tubuhnya, namun Rendy tidak mau menyerah oleh keangkeran dusun ini. Hanya saja rasa penyesalan tidak menuruti perkataan Jajang membuatnya menderita sepanjang malam di dusun ini. Seandainya dia masih berada di rumah Jajang, tentu dia tidak akan mengalami kejadian aneh seperti ini.“Kenapa tidak ada sama sekali kehidupan di dusun ini ya?”, pikirnya. “Apa sebenarnya yang seperti
Carla yang masih bersama Jajang tetap setia menunggu kedatangan Rendy yang hendak membeli sedikit makanan untuknya, namun setelah ditunggu berjam-jam, pacarnya ini belum kembali juga.Tidak terlihat lampu mobil yang mendekati rumah Jajang. Hanya kegelapan malam yang dilihatnya di jalanan dusun ini.“Apa yang sebenarnya terjadi pada Rendy ya? Jajang bisa tidak pergi periksa keadaan Rendy?’, pinta Carla“Kalau itu Jajang tidak berani..Kan Jajang tadi sudah larang Mas Rendy pergi malam-malam ke pusat dusun, tapi Mas Rendy bandel..”, ujar Jajang“Tapi benaran kata kamu kalau di jalanan dusun ini banyak hantu jalanan kalau malam hari?”, tanya Carla“Benar atuh Carla..Masa Carla tidak percaya sama Jajang!”, kata Jajang sambil merenggut“Bukan begitu Jang..Aku cemas karena Rendy belum balik juga dari tadi. Padahal kalau pakai mobil kan sebentar saja menuju Warung Bu Siti”, jelas Carla“Jajang punya makanan tidak? Aku lapar juga nih..Tadi tidak sempat makan di Warung Bu Siti karena sifatnya ya
Carla yang mengantuk akhirnya menerima tawaran Jajang untuk menginap di rumahnya.Gadis ini diberi kunci untuk mengunci pintu kamarnya yang sebenarnya adalah kamarnya Jajang.“Kamu tidur saja dahulu,” ujar Jajang. “Besok pagi-pagi sekali aku akan mencari Mas Rendy di pusat dusun”Carla mengangukan kepalanya, kemudian memasuki kamar untuk beristirahat. "Terima kasih ya, Jajang,' ujarnya.“Kunci pintunya saja Carla,” kata Jajang sebelum Carla menutup pintu kamarnya.Jajang memenuhi janjinya kepada Carla.Pagi-pagi sekali Jajang sudah berangkat ke pusat dusun untuk mencari Rendy.Jajang menemukan mobil Rendy yang sebelumnya mogok di jalanan dusun ini, tapi Rendy tidak ada di dalam mobilnya.“Kemana ya mas Rendy?” gumam Jajang, “Kok tidak kelihatan ya sama sekali kemana mas Rendy pergi”“Jangan-jangan mas Rendy memasuki rumah kosong yang ada di dekat sini sebelum sampai ke pusat dusun,” pikir Jajang.“Rumah itu sudah kosong lama. Tidak mungkin mas Rendy nekad memasuki rumah kosong yang ad
Jajang kemudian kembali lagi ke rumahnya, khawatir nanti ibunya pulang dan terkejut melihat Carla yang sedang tidur di kamarnya.Pemuda dusun ini juga telah memutuskan tidak akan memberitahukan kejadian sebenarnya kepada Carla agar gadis ini tidak panik dan segera meninggalkan dusun.Jajang mulai menyembunyikan mobil Rendy dengan mendorongnya ke arah pepohonan yang bisa menutupi mobil ini dari pandangan luar.“Untuk sementara begini saja dahulu. Nanti kalau mas Rendy sudah sadar, aku akan mengeluarkan mobilnya lagi,” pikir Jajang.Jajang juga tidak ingin kehilangan Carla secepat itu. Jika dia memberitahukan yang sebenarnya, pasti Carla langsung menyusul Rendy ke rumah sakit dan meninggalkannya.Rumah Jajang masih sepi saat pemuda dusun ini sampai di rumahnya. Pintu kamarnya juga masih terkunci menandakan kalau Carla masih tidur.Jajang duduk di teras depan menunggu ibunya pulang, tapi masih belum kelihatan tanda-tanda kalau ibunya akan pulang.“Jajang ... sudah balik?” tanya suara yan
Clara masih kesal denga Ki Seto yang tidak mau memberitahu dirinya mengenai keanehan di Dusun Sentani ini. Bahkan kakek ini menyebutkan kematian Bu Ningsih itu tidak wajar dan ada unsur pelanggaran yang dilakukan Bu Ningsih.“Clara ... kita pulang saja yuk ke rumah Jajang dahulu,” ajak Jajang, “mungkin ibu sudah pulang sekarang! Biasanya kalau pulang, ibu pasti masak jadi kita bisa makan dahulu.”Sebenarnya Clara masih penasaran dengan perkataan Ki Seto, dan hendak kembali lagi minta maaf sama kakek penjaga kuburan itu. Tujuannya hendak mengorek keterangan mengenai misteri Dusun Sentani lebih banyak lagi.Tapi Clara akhirnya mengurungkan niatnya. “Nanti saja, aku kembali lagi ke sini kalau situasai mulai agak tenang!” pikirnya.“Boleh juga Jang!” teriak Clara yang sudah kembali ceria.Jajang mulai senang melihat kondisi Clara yang sudah tidak marah-marah lagi. “Bu Ambar masak sayur asem tidak? Aku suka sekali makan sayur asem buatan ibumu Jang!” kata Clara.“Belajar sama ibu, pasti d