30 Orang yang ingin melarikan diri dari kehidupan mereka yang sekarang dan memulai hidup yang baru, menemukan sebuah Website yang dapat mengabulkan keinginan mereka tersebut, website tersebut berisi sebuah desa yang bisa menjadi tempat mereka memulai hidup baru, desa tersebut bernama Desa Tanpa Nama. Mereka ditawari untuk pindah dari kehidupan mereka untuk tinggal di sebuah desa yang tak diketahui keberadaannya oleh siapapun, selain oleh orang-orang yang terlibat. Untuk sampai ke desa tersebut, 30 orang tersebut harus menaiki sebuah bis misterius yang hanya bisa jumpai oleh orang-orang yang telah mendaftar di website tersebut. Meskipun dipenuhi oleh kecurigaan dan perasaan tak nyaman, tapi mereka tetap memutuskan untuk menaiki bis tersebut, karena sudah lelah dengan hidup mereka yang lalu. Selama dalam perjalanan menuju Desa Tanpa Nama, 30 orang tersebut saling mencoba untuk mengenal satu sama lain dan mengakrabkan diri, karena mereka berpikir bahwa mereka akan hidup bersama selama sisa hidup mereka. Akan tetapi, sesampainya di tempat tujuan mereka, mereka malah mendapati sebuah menara yang sangat besar dan tinggi, menara tersebut bernama Menara Tanpa Nama. Ternyata untuk bisa masuk ke Desa Tanpa Nama, mereka harus hidup di dalam menara tersebut terlebih dahulu. Awalnya mereka kira itu adalah tugas yang mudah, tetapi di menara tersebut menyimpan sebuah misteri yang sangat menakutkan dan mereka harus memainkan permainan bertahan hidup agar mereka bisa memulai hidup yang baru. Siapa saja kah yang dapat bertahan hidup dari 30 orang tersebut? Apakah mereka benar-benar bisa memulai hidup mereka yang baru di Desa Tanpa Nama? Atau apakah hidup mereka semua akan berakhir di Menara Tanpa Nama?
Lihat lebih banyakSemua orang yang berada di ruangan ini hanya dapat terdiam membeku saat melihat sesuatu yang tertancap di dinding, itu termasuk diriku yang hanya bisa menatap tak percaya pada apa yang jelas-jelas dapat kulihat di depan mataku.
Cairan warna merah terus menetes dari benda itu, padahal lantai ruangan itu sudah diwarnai oleh warna merah dimana-mana.
Bau menyengat juga dapat tercium dari benda tersebut. Beberapa orang yang tak tahan dengan apa yang mereka lihat mulai muntah dan meninggalkan ruangan secepat mungkin, tapi beberapa orang masih bertahan tak bergerak dari posisi mereka berdiri.
“Kenapa hal ini bisa terjadi....?”
Sebuah pertanyaan dapat terdengar dari seseorang, tapi Aku tak yakin siapa yang mengatakan hal tersebut. Sejujurnya otakku saat ini tak memiliki ruang untuk memikirkan siapa yang menanyakan hal tersebut, karena saat ini Aku juga memikirkan hal yang sama dengan orang tersebut. ‘Kenapa hal ini bisa terjadi?’
Pemandangan yang sungguh tak bisa dipercaya oleh mata ada di hadapanku. Tubuh seorang pria baru saja dipajang di sana dengan bagian tubuh yang terpotong-potong menjadi 10 bagian.
Padahal pria itu baru beberapa jam yang lalu masih bersama kami dan masih bisa berbicara dengan kami, tapi kenapa hanya dalam waktu hitungan jam, tubuh orang itu bisa berubah menjadi potongan daging. Siapa orang yang dapat melakukan hal tersebut? Dan tanpa ada yang menyadarinya? Hal seperti ini jelas tak logis bagi otakku.
Saat pikiranku sedang memproses apa yang baru saja terjadi, pikiranku kembali ke kemarin pagi, saat awal dari semua ini dimulai.
Pagi yang cerah dengan matahari yang baru saja menampakan dirinya. Aku keluar dari rumahku sambil membawa 2 tas yang berisi pakaian, peralatan dan perlengkapan yang akan diperlukan untukku memulai hidup baru di tempat yang baru.
“Oi, Kau... kenapa kau lama sekali?”
Setelah berjalan cukup jauh dari rumahku, Aku bertemu dengan teman lamaku. Dia sedang menyilangkan tangannya sambil menyenderkan tubuhnya pada sebuah tiang. Sepertinya Aku telah membuatnya menunggu cukup lama.
“Maaf, Aku harus menunggu waktu yang tepat sebelum bisa keluar dari rumah.”
“Begitukah? Kalau begitu, cepatlah! Mereka meninggalkan kita.”
Tanpa membuang banyak waktu, dia mulai berjalan. Aku segera mengikutinya dari belakang.
“Apa kau tahu dimana tempat pertemuannya?”
“Bukankah kau sudah menerima e-mail dari mereka? Kau hanya perlu mengikuti koordinat yang diberikan oleh mereka.”
“Itu memang benar, tapi Aku penasaran dengan koordinat yang mereka berikan... Aku tidak merasa bahwa tempat itu adalah tempat pemberhentian bis atau tempat kendaraan apapun untuk menunggu... kita akan naik bis untuk ke sana, kan?”
“Entahlah... kita tidak mendapatkan informasi apapun tentang itu, kan? Apakah itu penting?”
“Hmm... Aku tidak begitu yakin, tapi tempat yang akan kita tuju... Desa tanpa nama, Aku merasa ada banyak hal yang aneh dengan desa itu.”
“Ada apa? Apa kau ingin berhenti dan pulang ke rumahmu?”
Setelah berpikir selama beberapa saat, Aku akhirnya menjawab pertanyaannya.
“Kurasa tempat itu masih lebih baik dari pada rumahku saat ini... jadi kurasa Aku tak akan kembali!”
“Begitukah? Kalau begitu berhenti mengeluh dan percepat langkah kaki lambatmu itu!”
Setelah mengatakan itu, dia segera mempercepat langkah kakinya sambil memeriksa smartphone-nya untuk memastikan tempat yang akan kita tuju sudah benar arahnya.
“Hei! Tunggu Aku!”
Aku segera berlari kecil untuk dapat mengejar langkah kakinya yang sangat cepat itu.
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai ke tempat tujuan kita.
Saat sampai di sana, kami dapat melihat sebuah bis yang berukuran cukup besar sedang terparkir. Kami juga bisa melihat orang-orang yang sedang berkumpul di dalam bis itu.
“Apakah bis itu adalah tujuan kita?”
“Entahlah, kenapa tak periksa saja?”
“Hm... baiklah.”
Aku melangkahkan kakiku menuju pintu bis yang terbuka. Di sana Aku dapat melihat seorang sopir bis yang sudah tua.
“Anu, maaf... apakah bis ini menuju ke Desa tanpa nama?”
Pak tua itu kemudian melihat ke arahku dengan menggerakan kepalanya dengan perlahan, lalu dia menjawab pertanyaanku tanpa merubah ekspresi wajahnya.
“Ya, bis ini sebentar lagi akan berangkat ke Desa tanpa nama.”
“Begitukah! Syukurlah! Kami tak terlambat.”
Setelah itu, kami berdua segera memasuki bis itu, tapi tak berapa lama kemudian, Aku merasakan ada orang yang berlari ke arah bis ini.
Aku menengokan kepalaku untuk melihat siapakah orang itu. Di sana Aku dapat melihat seorang gadis kecil yang sedang berlari sekuat tenaganya menuju ke bis ini.
“Tungguuuu!”
Mendengar teriakan itu, beberapa penumpang bis langsung memfokuskan pandangan mereka pada gadis yang berlari itu. Mereka pasti bertanya-tanya siapakah gadis itu, sama seperti diriku.
Gadis itu sampai di depan pintu bis dengan napas yang memburu. Sambil membungkuk, kedua tangannya memegang lututnya. Untuk beberapa detik, dia mencoba untuk mengatur napasnya kembali.
“Hm... Anu... apa kau tak apa-apa?”
Aku bertanya sambil mengulurkan tanganku padanya.
“Eh?”
Gadis itu menengokan kepalanya ke arahku dengan wajah terkejut. Kemudian melihat ke tanganku yang terulur, lalu melihat ke wajahku.
Dia nampak ragu untuk menangkap uluran tanganku. Tangannya yang ramping dengan gemetar mencoba untuk meraih tanganku, tapi pada akhirnya tangan kami tak pernah bersentuhan.
Saat akan bersentuhan dengan tanganku, tangannya malah berbelok ke arah samping pintu bis. Wajahnya nampak pucat saat dia melakukan itu
“Maaf...”
Katanya pelan sambil mencoba untuk masuk ke dalam bis. Aku yang berdiri di pintu masuk bis segera memberi ruang agar gadis itu bisa naik ke dalam bis dengan aman.
Gadis itu segera mencari kursi yang kosong, lalu duduk di sana. Dia nampak menundukkan kepalanya tanpa memperhatikan sekitarnya yang berisik.
Aku kemudian duduk di samping temanku yang sudah mendapatkan tempat duduk sedari tadi. Dia nampaknya sama sekali tak peduli dengan gadis yang datang terakhir tadi.
Aku menaruh barang bawaanku loker yang ada di atas tempat duduk kami, tapi karena satu tasku tak muat, Aku menaruhnya di bawah tempat dudukku.
“Bis akan berangkat sebentar lagi! Jika ada dari kalian yang ingin keluar dari bis ini, maka cepat lakukan sekarang juga!”
Suara dari sopir bis dapat terdengar dari pengeras suara.
Meskipun terjadi keributan kecil saat kami mendengar pengumuman itu, tapi tak ada satupun dari kami yang turun dari bis ini.
Aku melihat sekelilingku dan menghitung jumlah orang yang ada di dalam bis ini. Ada 30 orang di antara kami, termasuk Aku dan temanku, kecuali si sopir bis. Jadi apakah mereka semua yang akan menjadi teman sepanjang hidupku setelah ini?
“Kami berangkat!”
Aku sedikit terkejut saat mendengar hal itu dari pengeras suara.
Setelah itu, pintu bis tertutup secara otomatis, lalu bis mulai bergerak.
Aku dapat mendengar keramaian di dalam bis saat bis bergerak menuju tempat tujuan kami.
Saat itu, kami sama sekali tak tahu bahwa peringatan yang diberikan oleh si sopir bis mungkin adalah peringatan terbaik yang seharusnya kami turuti. Seharusnya pada waktu itu, kami keluar saja dari bis itu.
Tapi semuanya sudah terlambat, saat pintu bis itu tertutup, takdir kami sudah ditentukan. Kami tidak bisa kembali lagi ke kehidupan kami yang sebelumnya.
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen