Misteri Menara Tanpa Nama

Misteri Menara Tanpa Nama

Oleh:  Ismail Fadillah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
365Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

30 Orang yang ingin melarikan diri dari kehidupan mereka yang sekarang dan memulai hidup yang baru, menemukan sebuah Website yang dapat mengabulkan keinginan mereka tersebut, website tersebut berisi sebuah desa yang bisa menjadi tempat mereka memulai hidup baru, desa tersebut bernama Desa Tanpa Nama. Mereka ditawari untuk pindah dari kehidupan mereka untuk tinggal di sebuah desa yang tak diketahui keberadaannya oleh siapapun, selain oleh orang-orang yang terlibat. Untuk sampai ke desa tersebut, 30 orang tersebut harus menaiki sebuah bis misterius yang hanya bisa jumpai oleh orang-orang yang telah mendaftar di website tersebut. Meskipun dipenuhi oleh kecurigaan dan perasaan tak nyaman, tapi mereka tetap memutuskan untuk menaiki bis tersebut, karena sudah lelah dengan hidup mereka yang lalu. Selama dalam perjalanan menuju Desa Tanpa Nama, 30 orang tersebut saling mencoba untuk mengenal satu sama lain dan mengakrabkan diri, karena mereka berpikir bahwa mereka akan hidup bersama selama sisa hidup mereka. Akan tetapi, sesampainya di tempat tujuan mereka, mereka malah mendapati sebuah menara yang sangat besar dan tinggi, menara tersebut bernama Menara Tanpa Nama. Ternyata untuk bisa masuk ke Desa Tanpa Nama, mereka harus hidup di dalam menara tersebut terlebih dahulu. Awalnya mereka kira itu adalah tugas yang mudah, tetapi di menara tersebut menyimpan sebuah misteri yang sangat menakutkan dan mereka harus memainkan permainan bertahan hidup agar mereka bisa memulai hidup yang baru. Siapa saja kah yang dapat bertahan hidup dari 30 orang tersebut? Apakah mereka benar-benar bisa memulai hidup mereka yang baru di Desa Tanpa Nama? Atau apakah hidup mereka semua akan berakhir di Menara Tanpa Nama?

Lihat lebih banyak
Misteri Menara Tanpa Nama Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ismail Fadillah
Cerita yang bagus untuk yang ingin membaca cerita tentang orang-orang yang terjebak di suatu tempat dan mencari cara untuk keluar dari tempat tersebut
2023-09-12 20:08:33
2
365 Bab
Prolog
Semua orang yang berada di ruangan ini hanya dapat terdiam membeku saat melihat sesuatu yang tertancap di dinding, itu termasuk diriku yang hanya bisa menatap tak percaya pada apa yang jelas-jelas dapat kulihat di depan mataku. Cairan warna merah terus menetes dari benda itu, padahal lantai ruangan itu sudah diwarnai oleh warna merah dimana-mana. Bau menyengat juga dapat tercium dari benda tersebut. Beberapa orang yang tak tahan dengan apa yang mereka lihat mulai muntah dan meninggalkan ruangan secepat mungkin, tapi beberapa orang masih bertahan tak bergerak dari posisi mereka berdiri. “Kenapa hal ini bisa terjadi....?” Sebuah pertanyaan dapat terdengar dari seseorang, tapi Aku tak yakin siapa yang mengatakan hal tersebut. Sejujurnya otakku saat ini tak memiliki ruang untuk memikirkan siapa yang menanyakan hal tersebut, karena saat ini Aku juga memikirkan hal yang sama dengan orang tersebut. ‘Kenapa hal ini bisa terjadi?’ Pemandangan yang sungguh tak bisa dipercaya oleh mata ada d
Baca selengkapnya
Menara Tanpa Nama
Hari - 1 Kami hanya membutuhkan perjalanan selama satu hari penuh dengan bis, sebelum kami sampai di tempat tujuan kami. Saat kami turun dari bis, kami langsung di sambut oleh menara yang sangat besar. Menara tersebut memiliki gaya arsitektur cina kuno. Aku tidak begitu yakin, tapi menara itu sepertinya memiliki lebih dari 20 lantai. Sejujurnya Aku merasa kalau menara itu terlalu besar, jika digunakan untuk tempat tinggal kami. “Nah, apa mungkin menara itu adalah desa tanpa nama?” “Hah!? Mana mungkin! Kurasa menara itu lebih pantas dipanggil menara tanpa nama dari pada desa tanpa nama.” “Kurasa kau ada benarnya... lalu kenapa dia membawa kita ke sini?” Kami berbalik ke arah sopir bis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu, tapi sayangnya pintu bis itu sudah tertutup dan si sopir bis sudah bersiap membawa pergi bisnya. Sepertinya kita tidak akan mendapatkan jawaban apapun darinya. “Jika kita masuk ke dalam menara, kurasa kita akan mendapatkan jawabannya.” Seorang pria ber
Baca selengkapnya
Awal permainan
Hari - 1 Perhatian kami terpusat pada seorang Kakek yang tengah duduk di tengah-tengah bagian depan aula. Aku bisa merasakan ketegangan meningkat di ruangan ini saat kami mendengar suaranya. Meskipun tanpa pengeras suara, tapi kami semua bisa mendengar suaranya yang menyeramkan dengan sangat jelas. “Bisakah kau menjelaskan siapa dirimu?” Seorang lelaki berkacamata bertanya pada Kakek itu sambil membenarkan letak kacamatanya. “Oh, maafkan Aku, Aku belum memperkenalkan diriku... Aku adalah kepala desa dari Desa Tanpa nama, Aku adalah pemilik menara ini dan penguasa tertinggi di sini, kalian bisa memanggilku dengan sebutan Kepala Desa!” Si Kakek yang menyebut dirinya sebagai Kepala Desa sepertinya tidak berniat menyebutkan nama aslinya pada kami. Karena sepertinya tak ada yang benar-benar ingin mengetahuinya, maka tidak ada yang mau menanyakan hal tersebut. “Kedua gadis di sampingku adalah pelayan di menara ini, yang berambut Hitam adalah Haruka, sedangkan yang berambut pirang adala
Baca selengkapnya
Peraturan permainan
Hari - 1 Semua orang yang ada di aula, selain kedua gadis yang ada di samping si Kepala desa, menatap Kakek itu dengan pandangan tak percaya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang menyeramkan seperti itu dengan wajah tenang? Pasti ada yang tak beres dengan otaknya. “Apakah kita bisa melanjutkan pembicaraan kita?” Si Kepala desa bertanya dengan tenang. Tak ada orang yang menanggapi pertanyaan dari si Kakek. “Kalau tidak ada yang berbicara di antara kalian, maka Aku akan menganggap kalian tak keberatan jika kita melanjutkan pembicaraan kita.” “Oi, tunggu dulu!” Saat si Kepala desa ingin melanjutkan pembicaraannya, pria yang sedang kupegang bahunya tiba-tiba saja berteriak. “Apa maksudmu dengan permainan sudah dimulai? Apa yang terjadi dengan orang yang hilang di antara kami? Cepat jelaskan!” Wajahnya nampak memerah karena marah. Bukannya Aku tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, tapi dia harus tenang atau mungkin akan ada hal buruk yang akan terjadi, jadi Aku mencoba menar
Baca selengkapnya
Korban pertama
Hari - 1 Si Kakek dengan kedua pelayannya segera meninggalkan aula, begitu mereka tidak memiliki hal lainnya yang mereka harus lakukan di sini. Sedangkan kami, para perserta, masih tidak ada yang mau meninggalkan aula. Kami masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. “Apa yang harus kita lakukan setelah ini?” Seorang gadis bertanya dengan nada bingung. Wajahnya nampak pucat dan tubuhnya terlihat lelah. Meskipun belum sehari kita berada di sini, tapi tempat ini telah menguras banyak tenaga dari kami. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi pertama-tama Aku ingin mencari keberadaan orang yang hilang di antara kita, apakah ada orang yang tahu kira-kira dia berada dimana?” Aku bertanya pada semua orang yang hadir. Mereka saling berpandangan sampai ada satu pria yang mengenakan Headphone menjawab pertanyaanku. “Bukankah dia berada di kamarnya?” “Kamarnya? Apa kau tahu dimana kamarnya berada?” “Entahlah... apakah ada yang tahu?” Lelaki itu melihat ke arah yang lain
Baca selengkapnya
Mencari petunjuk
Hari - 1 Aku dan temanku, Bagas, kembali ke kamar kami, setelah menyelidiki kamar Kira. Rasa syok masih kurasakan saat Aku membaringkan tubuhku di atas lantai. Pemandangan itu jelas bukan sesuatu yang bisa kau lihat setiap hari. Setiap kali mengingat adegan itu, Aku selalu menggelengkan kepalaku, lalu mengacak-ngacak rambutku agar Aku bisa melupakan adegan tersebut. “Nah, Asraf... sebetulnya apa yang ingin kau cari di kamarnya?” Aku melirik sejenak ke arah Bagas yang sedang menyenderkan tubuhnya di dinding, sebelum kembali menatap langit-langit, lalu menjawab pertanyaannya. “Tentu saja petunjuk... Aku sudah mengatakan itu sebelumnya, kan?” “Itu memang benar, tapi petunjuk macam apa yang kau bicarakan?” “Pertama Aku ingin tahu petunjuk untuk bisa menghindar dari terbunuh, tapi dilihat dari kondisi tubuh lelaki itu, sepertinya sulit untuk menghindar dari hal tersebut, setelah kau menjadi target dari pembunuhan.” “Kondisi lelaki itu... itu bukan cara biasa orang terbunuh.” “Ya, k
Baca selengkapnya
Aliansi
Hari - 1 Saat Bagas membukakan pintu, Aku dapat melihat dua orang gadis sedang berdiri di depan kami. Satu memiliki wajah yang serius, sedangkan yang satunya sedang membuat wajah ketakutan sambil memegang ujung cardigan yang dipakai oleh gadis lainnya. “Maaf tiba-tiba mengganggu kalian, tapi apakah kita bisa berbicara sebentar?” Aku saling memandangan dengan Bagas untuk beberapa saat. Sejujurnya Aku tidak begitu yakin bagaimana harus menanggapinya. “Apa kau tidak keberatan berbicara dengan mereka berdua?” “Jujur saja, Aku menentangnya!” “Kau benar-benar berterus terang.” Aku kagum dengan temanku yang bisa mengatakan hal itu langsung di depan mereka berdua. “Aku tahu bahwa kalian mungkin tidak bisa langsung mempercayai kami, apalagi setelah apa yang baru saja terjadi, tapi ada hal yang ingin kubicarakan dengan kalian.” “Apakah hal itu penting bagi kami?” “Bagaimana jika Aku mengatakan bahwa Aku mengenal salah satu dari kalian, sebelum kita berada di sini.” Aku langsung berwaj
Baca selengkapnya
Aliansi bagian 2
Hari - 1 Kami semua menatap ke arah Crona yang baru saja memperkenalkan dirinya. Ekspresi tak percaya berada di wajahku, ekspresi yang mengatakan ‘yang benar saja’ di wajah temanku, ekspresi datar di wajah Sarah dan ekspresi yang tak bisa kudeskripsikan di wajah Ria. Apakah dia memasang wajah ketakutan, bingung atau khawatir? Atau mungkin itu adalah ekspresi dari gabungan ketiganya? “Apa kau tidak pernah diajarkan untuk tidak menguping pembicaraan orang lain oleh orang tuamu?!” Bagas berkata dengan kasar. Sudah jelas, dia sangat tak menyukai Crona. Crona kemudian menarik permen lolipop di bibirnya dengan tangan kanan, lalu menunjuk ke arah Bagas dengan lolipop tersebut. “Kau kasar sekali! Apakah orang tuamu tidak pernak mengajarimu cara berbicara kepada seorang wanita?!” “Berisik! Aku tidak ingin mendengar ceramah dari bocah sepertimu!” “Meskipun kau bersikap seperti itu, tapi bukankah kita hanya berbeda satu tahun?” Saat Crona mengatakan itu, kami semua (kecuali Ria) menatap C
Baca selengkapnya
Meninjau kembali
Hari - 1 Setelah kami sepakat membentuk aliansi, kami berlima duduk melingkar di lantai kamarku dan Bagas. Posisi kami dari searah jarum jam adalah Aku, Crona, Ria, Sarah dan Bagas. “Apakah kamar ini tak memiliki tempat duduk apapun yang bisa digunakan?” Crona mengeluh sambil menepuk-nepuk lantai dengan wajah kesal. “Entahlah, Aku belum memeriksa lemari dan berbagai tempat lainnya... lagi pula, kita memiliki hal lainnya yang lebih penting untuk dibahas saat ini.” “Ya, itu benar... apa yang harus kita lakukan setelah ini?” Sarah memegang dagunya saat mengatakan hal tersebut. Dia nampak berpikir cukup keras. “Meskipun kita sudah membentuk aliansi, tanpa adanya rencana, maka aliansi ini tidak akan berarti banyak.” Lanjut Sarah. “Kalau tak salah kaulah yang pertama kali mengajukan permintaan untuk membuat aliansi, kan? Apa ada yang kau pikirkan saat kau mengajukan hal tersebut?” Crona mengajukan pertanyaan. “Aku hanya berpikir untuk mencari rekan yang bisa diajak berkerja sama..
Baca selengkapnya
Perkenalan
Hari - 0 Aku dengan gugup melihat ke sekelilingku. Ada banyak sekali orang asing di sekelilingku, tapi mereka mungkin akan menjadi temanku di masa yang akan datang jadi mungkin Aku perlu untuk mendekatkan diriku dengan mereka mulai sekarang. “Anu... hmm...” “Tes... tes... tes...” Tapi sayangnya saat Aku ingin berbicara dengan seorang gadis yang duduk di bangku seberangku, tiba-tiba Aku dikejutkan dengan suara microphone yang sedang dites oleh seorang lelaki. Perhatianku dan beberapa orang lainnya langsung tertuju pada lelaki tersebut. “Hallo semuanya, apa kabar kalian?” Tidak ada satupun orang yang menjawab sapaannya. Beberapa dari kami memandangnya dengan bingung, beberapa lainnya nampak tak tertarik dengannya dan sisanya sibuk dengan urusan mereka sendiri. “Anu, semuanya tolong perhatiannya!” Dia masih tak mendapatkan balasan apapun dari kami. Matanya nampak gugup saat dia melihat wajah kami satu persatu dari tempatnya berdiri. Setelah beberapa saat, seorang wanita cantik ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status