Wanita setengah tua itu masih meringkuk di sudut warung sambil menangis tersedu-sedu. Posisinya yang menunduk dan menghadap dinding warung membuat Jajang agak kesulitan melihat wajah wanita ini. Jajang khawatir wanita ini bukanlah Bu Siti yang dia kenal , tapi makhluk jejadian yang banyak berdatangan ke Dusun Sentani setelah kematian Bu Ningsih.“Bu Siti ...!” panggil Clara lagi, tapi wanita ini tidak bergeming sedikitpun dengan panggilan Clara ini.“Clara ... hati-hati! Jangan terlalu dekat!” kata Jajang memperingati Clara.“Bagaimana kalau benar wanita ini Bu Siti?” kata Clara yang masih ingin menegur wanita ini dari dekat.“Kalau manusia tidak mungkin tetap menunduk di sudut warung ... biasanya itu ular, Clara!” kata Jajang memperingatkan Clara.“Ular?” tanya Clara.“Banyak makhluk tidak kasat mata seperti hantu dan siluman yang berbondong-bondong memasuki Dusun Sentani, begitu Bu Ningsih sudah tiada! Aku tidak tahu apa memang Bu Ningsih ini yang dahulu menahan makhluk jejadian ini
Ternyata hati nurani Clara lebih kuat alih-alih peringatan Jajang kepada dirinya.Gadis kota ini kemudian melangkah maju ke arah wanita yang sedang meringkuk di sudut warung Bu Siti ini tanpa sempat dicegah oleh Jajang.“Clara ... jangan!” teriak Jajang.Tapi semuanya terlambat. Clara sudah menyentuh bahu wanita yang meringkuk ini, mencoba membantu wanita ini berdiri.Sssshh ....!Wanita ini berbalik menampakkan wajahnya yang penuh sisik ular disertai lidahnya yang mendesis keluar.Clara yang terkejut dengan apa yang dilihatnya ini hampir terjatuh. Beruntung baginya Jajang dengan sigap menangkap badannya yang hampir terjatuh dan langsung menarik tangannya untuk kabur dari warung ini secepat mungkin.Sssshh ...!Makhluk jejadian yang disangka Bu Siti oleh Clara ini menatap kepergian Clara dan Jajang sambil tetap berdesis menampakkan lidah ularnya yang bercabang keluar dari mulutnya.“Sudah kubilang dari tadi ... jangan sesekali menolong dan menyentuh wanita itu, tapi kamu tetap bandel!
Pagi-pagi sekali, Clara sudah terbangun. Suasana yang masih gelap membuatnya hanya duduk-duduk saja di teras rumah Jajang, menunggu tuan rumah bangun.Titik lampu kecil yang dilihatnya semalam, kali ini dilihatnya lagi tapi semakin lama titik lampunya semakin besar menunjukkan kalau orang yang pergi ke Hutan Keramat saat tengah malam itu sudah kembali di pagi harinya.Menuruti nasehat Jajang, Clara hanya duduk saja dan tidak begitu memperhatikan orang yang membawa lampu ini lewat di depan rumah Jajang menuju ke arah dusun.Jajang bangun saat hari mulai terang disusul Ambarwati juga bangun sesudahnya.“Pagi Clara ... tumben sudah bangun pagi-pagi?” sapa Jajang.“Iya Jang ... kurang bisa tidur, jadi ya duduk-duduk saja di teras ini!” jawab Clara santai.“Kamu mau sarapan tidak? Aku bikinin mi instan, mau?” tanya Jajang.Clara mengangukan kepalanya. “Kalau boleh minta teh manis panas ya Jang,” ujarnya.“Siap ... Tuan Putri!” kata Jajang sambil tersenyum.Tidak seberapa lama, Jajang kelua
Pertemuan Clara dengan siluman ular di warung Bu Siti ternyata berbuntut panjang. Siluman ular berhasil menandai Clara sehingga gadis ini tidak akan aman kemana-mana sebelum menghilangkan tanda dari siluman ular ini. Clara benar-benar dibuat panik sekarang dengan tangannya yang telah ditandai oleh siluman ular.Makin dilihat, tangannya makin menghitam dan berbau tidak enak."Tanganmu ini sudah mulai parah, Ra!" ujar Jajang."Tahunya darimana, Jang? tanya Clara."Sudah mulai ada bau tidak sedap kayak bau busuk begitu Ra!" jawab Jajang."Ayo kita ke rumah Ki Seto sekarang!" ajak Clara mengalihkan pembicaraan."Ingat ya Ra, jangan marah-marah di Hutan Ritual. Bisa kena sial kita nanti!" pesan Jajang."Pasti Jang ... jangan khawatir! Aku tidak akan sembarangan bicara! Kamu bisa pegang janjiku!" kata Clara untuk membuat Jajang tenang.Jajang kemudian mengantar Clara ke rumah Ki Seto di Hutan Ritual."Ki Seto tahu tidak sih masalah ritual ini?" tanya Clara penasaran dengan sosok Ki Seto.
Ki Seto menyarankan Clara meminta bantuan Nyai Ratu yang menghuni Hutan Ritual.Siluman dan hantu yang berkeliaran di Desa Sentani ini pasti takut dengan Nyai Ratu yang berwujud siluman harimau putih ini."Maaf Ra ... untuk yang satu ini aku tidak bisa membantumu sama sekali! Aku dilarang oleh ibu, pasti ada sebabnya!" ujar Jajang."Biar saya yang antar Neng Clara ini saja, Mas Jajang!" ujar Ki Seto. "Saya juga penasaran dengan siluman yang bisa menandai korbannya!""Ada syarat khusus tidak agar Nyai Ratu bisa membantu Clara?" tanya Jajang yang cemas dengan keadaan Ckara, apalagi berhubungan dengan penunggu Hutan Ritual."Tidak ada, Mas Jajang!" jawab Ki Seto singkat."Jadi Nyai Ratu ini akan membantu Clara menghilangkan tanda di tangannya ini tanpa meminta apapun sebagai balasannya?" tanya Jajang yang masih tidak percaya dengan perkataan Ki Seto."Tidak, Mas Jajang! Percaya sama saya, atau tinggalkan saja rumah saya ini sekarang juga!" kata Ki Seto yang mulai naik darah lagi."Kami p
Jajang dengan susah payah berhasil keluar dari Hutan Ritual yang memang sangat menakutkan baginya. Clara menghilang dibawa oleh hantu atau siluman dari Hutan Ritual.Jajang bergegas mencari Ki Seto yang diyakini olehnya sebagai satu-satunya sesepuh dusun Sentani yang bisa membantunya untuk mengembalikan Clara.Jajang khawatir Clara sudah dibawa ke alam gaib sehingga tidak bisa ditemukan olehnya."Ki Seto ... Ki Seto ...!"Jajang terus emmanggil nama Ki Seto dengan teriakan keras saat dirinya sampai ke tempat pemakaman yang biasa diurus oleh Ki Seto."Ada apa kamu panggil-panggil!" tanya Ki Seto begitu melihat Jajang sendirian. "Kemana gadis temanmu itu?""Aku mau minta tolong Ki! Clara diculik hantu dari Hutan Ritual!' ujar Jajang."Kenapa baru bilang sekarang? Kok bisa Clara diculik!" tanya Ki Seto panik.Apa sebenarnya hubungan Ki Seto dengan Clara? Kenapa dia begitu panik begitu mengetahui Clara diculik hantu atau siluman?"Aku yang salah Ki ... aku membiarkan Clara memasuki Hutan
Clara berhasil ditemukan Ki Seto, tapi hantu siluman yang sangat kuat menghalangi Ki Seto untuk membawa Clara keluar dari alam gaib. Ki Seto merasa kewalahan dengan perlawananan hantu siluman ini. "Siapa kamu ... berani-beraninya menganggu gadis tidak berdosa!" kata Ki Seto memaki hantu siluman ini. Hantu Siluman ini tidak peduli dengan makian Ki Seto. Aura kuat dikeluarkan untuk menahan Ki Seto maju menghampiri Clara. "Gadis ini milikku .... Sudah sejak lama gadis ini seharusnya menjadi milikku!" seru hantu siluman ini. "Sejak kapan gadis ini menjadi milikmu?" tanya Ki Seto menyindir hantu siluman ini. "Kakek tua! kamu sudah lupa padaku?" tanya hantu siluman ini. "Hantu siluman sepertimu tidak perlu diingat!" ujar Ki seto. "Sudah tua ya jadi pikun! Kamu telah menghalangiku memiliki gadis ini belasan tahun yang lalu, Kakek tua!" ujar hantu siluman ini mengingatkan Ki Seto. "Lepaskan gadis ini atau kamu akan menyesal hantu siluman!" teriak Ki Seto yang tidak ditanggapi oleh ha
Munculnya Nyai Ratu yang merupakan siluman harimau putih penunggu Hutan Ritual ini tidak membuat iblis neraka menyerah.“Aku tetap akan membawa gadis ini ke dunia kami! Kekuatan gadis ini sangat kami butuhkan untuk bertahan, jadi aku tidak akan menurutimu!” tegas iblis neraka kepada Nyai Ratu.“Lepaskan aku iblis busuk!” teriak Clara yang berusaha meronta-ronta melepaskan diri dari iblis ini.“Ayo Clara, kamu bisa! Keluarkan kemampuan supranaturalmu itu!”Jajang berteriak bagaikan pendukung Clara dalam pertarungan antara dua makhluk gaib ini.Nyai Ratu terus menyerang Iblis Neraka ini dengan gencarnya, tapi Iblis Neraka ini tampaknya sanggup bertahan dari serangan Nyai ratu.“Aku tidak punya urusan denganmu, Nyai Ratu! Biarkan aku membawa gadis ini!” seru Iblis Neraka di tengah pertarungannya dengan Siluman Harimau Putih ini.“Aku punya kepentingan dengan gadis ini, jadi aku tidak bisa membiarkanmu membawanya ke alammu!” sahut Nyai Ratu.“Lepaskan aku iblis busuk!” teriak Clara yang me