Semua lebih pasti, lebih nyata dan lebih cepat. Mertua dan para orang tuaku tampak kaget dengan rencana aku dan Rahman untuk segera menikah. Sampai-sampai mertuaku menanyaiku, apakah aku hamil? Lucu sekali, tapi apa mau di kata, aku benar-benar mau menikah.
Ada yang bilang jika terlalu terburu-buru takutnya gagal di tengah jalan karena aku belum mengenalnya dengan baik, tapi banyak juga orang tua yang bercerita kalau pernikahan mereka sebuah perjodohan atau dengan seseorang yang benar-benar baru di kenal, alhamdulillah lancar-lancar saja.
Akhirnya, aku bertunangan dengan Rahman, ke tiga pihak orang tua pastinya kelimpungan, begitu pula mama dan papa kandungku yang dari Bandung harus dadakan ke Lampung. Arfan Yudhi Rahman, aku sering memanggilnya dengan sebutan kak Rahman atau kak Yudhi.
Keluarga Yudhi agak kaget dengan statusku, yang di bilang agak rumit asal – usul keluarganya. Tapi aku kenal Yudhi, dia akan vokal untuk memaksa dan
Seperti yang aku bilang sebelumnya, pernikahanku bisa di bilang gampang-gampang sulit. Banyak orang tua dengan segala keinginannya untuk acara pernikahanku, banyak perdebatan-perdebatan di antara mereka sampai sering tidak seia sekata. Waktu yang cukup singkat mempersiapkan segala kebutuhan.Sampai undangan pun aku bingung harus memberikan kepada teman-temanku, benar-benar waktunya mepet dan aku benar-benar tidak punya banyak waktu karena kerja sangat padat setiap harinya.Mama dan tante Jaja, mereka yang bisa di bilang sangat pontang-panting menyiapkan segala pernikahanku. Sedangkan papa tiriku, jangan di tanya lah, beliau hanya membuat kekacauan saja, membakar amarah dan perbedaan dengan pihak orang tua dan keluarga kandungku. Kalau aku bisa teriak, aku ingin menikah saja sendiri, pernikahan yang simplle saja tanpa segala hal yang serba rumit seperti ini, bahkan sampai akan di gelar dalam tiga kali resepsi pernikahan.
SESION KE 3 (KISAH RUMAH TANGGA SINTIA)MASIH BERATBeberapa bulan kemudian, aku menerima surat undangan pernikahan dari Roby dan Yeyen, masih sama dengan menghela nafas yang panjang. Ya Allah, mungkin jika aku belum menikah jantungku akan berhenti mendadak menerimanya, tangan aku bergetar dan masih sama harus berusaha diam untuk beberapa saat menenangkan diriku, aku hadir, aku hadir di temani oleh Rahman. Mulai beberapa bulan ini, aku belajar menjadi seorang artis yang memiliki beragam karakter hati, aku harus bisa menutupi perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku harus bisa menjiwai semuanya, seakan aku tersenyum padahal aku menangis, seakan menjadi wanita yang tegar padahal hatiku hancur berkeping-keping tak karuan.Aku biasakan untuk memoles wajahku dengan beragam make-up, tidak hanya untuk ke kantor tapi untuk setiap hari aku berada di manapun, lipstik warna merah cabai, pemerah pipi warna pink, dan warna-warna eye shadow
Aku akhirnya pindah ke sebuah rumah yang sederhana dengan Rahman, rumah itu aku beli dari hasil tabunganku selama kerja bertahun- tahun di bank. Tidak mahal aku peroleh, bisa di bilang cukup beruntung karena itu rumah lelang dari kantorku. Kami pindah pada hari Sabtu subuh, lumayan lengkap isi perabotan rumah tangga yang aku bawa. Ada dua kasur, seperangkat sofa tamu, kulkas, televisi, dua unit motor dan peralatan dapurku. Ya aku tipe pengumpul sejak dulu. Bisa dibilang aku tipe cewek yang irit dan perhitungan dalam mengeluarkan uang. Di bilang pelit tidak, di bilang boros juga tidak.Sudah menjadi cita-citaku sejak muda ingin memiliki rumah dan isi rumah pribadi. Mendambakan sebuah rumah tangga yang harmonis dan sebuah kehidupan sederhana yang terbebas dari belenggu, khususnya bapak tiriku yang bisa di bilang sangat cerewet dan mengatur. Seperti yang aku bilang, semenjak punya papa tiri, kehidupan di rumahku bagaikan sebuah neraka, panas, panas dan jauh
Beberapa bulan kemudian, aku menerima surat undangan pernikahan dari Roby dan Yeyen, masih sama dengan menghela nafas yang panjang. Ya Allah, mungkin jika aku belum menikah jantungku akan berhenti mendadak menerimanya, tangan aku bergetar dan masih sama harus berusaha diam untuk beberapa saat menenangkan diriku, aku hadir, aku hadir di temani oleh Rahman. Mulai beberapa bulan ini, aku belajar menjadi seorang artis yang memiliki beragam karakter hati, aku harus bisa menutupi perasaan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku harus bisa menjiwai semuanya, seakan aku tersenyum padahal aku menangis, seakan menjadi wanita yang tegar padahal hatiku hancur berkeping-keping tak karuan.Aku biasakan untuk memoles wajahku dengan beragam make-up, tidak hanya untuk ke kantor tapi untuk setiap hari aku berada di mana pun, lipstik warna merah cabai, pemerah pipi warna pink, dan warna-warna eye shadow muda aku pilih agar memberikan efek segar dan selalu ceria.Ra
Hore, akhirnya aku hamil!! Sebuah kebahagiaan yang sejak dulu aku idam-idamkan tentunya. Setelah sekian lama penantian panjang aku dan Rahman, Allah akhirnya percaya menitipkan buah hati untuk kami. Semenjak hamil, aku tidak bisa kerja seperti biasanya dan semua itu harus aku syukuri dan aku jaga dengan sangat baik. Badan kini sering terasa sakit, dan izin libur yang aku ajukan ke kantor lebih sering dari biasanya. Badanku memang terkenal ringkih alias tidak sekuat teman yang lainnya, hal itu sudah sejak aku kecil dulu, aku terkenal sering sekali sakit-sakitan. Dan hamil putri pertama adalah anugerah yang telah kami tunggu-tunggu sejak sangat lama. beberapa tahun bagi kami adalah waktu yang lumayan lama menunggu kehadiran buah hati. Tidak seperti sahabat-sahabat yang lain mereka dengan sangat mudahnya bisa hamil dalam hitungan bulan dari masa pernikahannya tidak halnya dengan aku yang harus melakukan banyak hal dan usaha demi bisa hamil. Tapi mama bilang aku harus teta
Alhamdulillah, sudah tidak terasa rumah tangga aku dengan Rahman sudah hampir berjalan 4 tahun. Kini Rahman yang aku kenal mulai berubah banyak. Sifat dewasanya berangsur-angsur berubah kepadaku. Aku melihatnya sebagai sosok suami yang mulai bisa di andalkan. Dan aku merasa kehidupan Sakinah bukan hanya seakan-akan isapan jempol semata.Dia selalu menjagaku, dia selalu memperlihatkan rasa cinta dan sayang kepadaku dan Queeniara. Mama papa, dan keluargaku di Bandung sangat senang melihat perubahan kami. Aku berencana menjual rumahku saja, kelak uang hasil penjualan rumah akan aku buat untuk DP rumah baru saja atau membangun rumah di pekarangan yang mama kasih untukku.Apa yang aku cita-citakan terkabul, rumahku di beli oleh sahabatku Deddy, uangnya sebagian aku tabung terlebih dahulu, sebagian aku pergunakan untuk renovasi rumah mama, dan sebagian aku gunakan untuk menukar mobil lama mama dan papa dengan sa
Hampir satu tahun aku menikmati hariku di rumah, hanya menjalani bisnis pakaian dan menjaga Quenniera putri kecilku. Alhamdulillah bisnisku mulai terlihat ramai, banyak teman dan tetangga yang mulai berkunjung sekedar melihat-lihat atau malah mereka dengan baik memborong jualanku. Hampir saty minggu sekali aku menyempatkan diri untuk membeli barang yang baru di toko suplier yang lebih besar di kotaku. Aku sangat menikmati masa-masa ini. Mengurus keluarga, suami anakku dan bisnis adalah sesuatu yang sudah aku idam-idamkan sejak lama. Aku sudah cukup lama kerja di bank dan aku sudah merasa lelah, bosan dan ingin kegiatan lain yang lebih baru. Rahman, tampaknya dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya kini. Dia selalu saja berangkat pagi, dan pulang larut malam. Tampaknya dia sudah mulai menikmati pekerjaannya sekarang atau terlalu menikmati sampai terlupa waktu. Dan aku, sebagai istri hanya bisa mendukung segalanya, pekerjaan yang baik, rejeki yang baik. Ber
Semua wanita pasti iri dengan Sintia, karier bank sukses dulu, lepas itu Sintia memiliki usaha sendiri, tabungan, deposito, dompet yang tak pernah kosong dan rumah tangga yang Samawa. Rahman ku baik hati, suami yang aku banggakan rajin kerja dan sayang keluarga. Kami sangat harmonis, dan lebih senang menghabiskan waktu berdua saat sedang senggang. Dan intinya aku selalu mendapatkan semua yang aku inginkan dengan sangat mudah. Saat akhir pekan tiba kami selalu pergi jalan-jalan, kebetulan hobi ku adalah makan kuliner dan Shopping. Penghasilan aku sebagai karyawan Bank swasta memberikan kami kelonggaran ekonomi, apa yang kami ingin dan butuhkah kan selalu dapat di beli dengan mudah, dengan tambahan bisnis warnet dan jual pulsa dari suamiku dulu yang selalu aku tabung, hanya sekarang saja ada sedikit perubahan dalam kegiatan dan pekerjaan kami. Dan pastinya lebih padat dan menyita waktu kami berdua. Dua tahun pertama pernikahan kami tinggal di rumah p