Skye menatap ke arah bocah kecil yang sedang berjalan melaluinya itu dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa dia melewatkan hal terpenting di hidup adiknya? Ia tidak mengetahui sama sekali bagaimana caranya keponakannya itu bisa mendapatkan ayah baru. Maksudnya bagaimana pada akhirnya Verena luluh dan bisa menerima David kembali, padahal dari awal Verena yang meminta agar menutup semua akses yang berhubungan dengan David.Akhirnya karena penasaran, Skye bergegas keluar. Ia melihat Verena dan David yang berinteraksi bersama, keduanya tampak saling mencintai terpancar dari wajahnya. Walau bagi Skye masih terasa aneh karena Verena berakhir dengan pria tua yang seumuran dengan ayahnya.Pria tua itu juga menatap ke arah adiknya penuh cinta dan hal itu terlihat sama sekali tak wajar di mata Skye. Akhirnya semua orang menyadari kehadiran dari Skye. Skye kemudian menghampiri mereka dengan langkah yang dibuat sedikit cepat.Tempo yang cepat itu sebenarnya Verena artikan dengan Skye tidak sabar
Setelah mereka pulang dari took roti milik Skye. Keluarga itu membahas seputar hari pernikahan mereka. Senyum merekah tidak berhenti menghiasi wajah Verena. Dia bahagia tentu saja, walau semua keluarganya menentang pada akhirnya tapi mereka luluh setelah melihat keseriusan David. Ya, dia memang tidak salah memilih Pak Tua ini. "Kenapa Bubu senyum-senyum?" tanya Sydney. "Hm? Tidak, Bubu hanya senang saja." Rara tersenyum sedangkan Gerald membuang napasnya kasar dia tahu kalau penyebab senyum-senyum anaknya itu pasti karena sebentar lagi mereka akan menikah. Rasanya mau tidak rela tapi jika anak-anaknya bahagia maka dia akan ikut bahagia, walau di kasus David rasanya berat sekali. "Dan senyum-senyum tidak ada sebabnya, Bubu?" tanya Sydney sambil meletakan jari-jari mungilnya di dagu. Otak kritisnya tidak bisa menerima begitu saja. "Ya memang kalau senyum harus ada sebabnya?" serang Verena balik. "Bubu ngeri ah, Sydney taku mau dekat, Bubu masa Bubu senyum-senyum sendiri," uc
Verena selesai menggunakan gaun pertama dia mencoba ke luar untuk meminta penilaian calon suaminya. Tadinya, mereka sedang sibuk dengan tab tapi kedatangan Verena membuat mereka langsung terdiam. Benar-benar tidak berkedip melihat Verena. Pria itu menelan ludah berkali-kali, gadis rambut keriting yang ia sebut gadis cacing atau hasil kondom bocor benar-benar membuatnya lupa untuk bernapas. So stunning! Verena yang tidak mendapat respons apa-apa jadi bingung sendiri. Apa gaunnya jelek hingga membuat mereka tidak berkomentar? "Gimana gaunnya? Jelek, ya?" tanya Verena dengan muka ditekuk. Dia yang tadinya bersemangat menjadi sedikit bad mood karena responas david. "Tidak, Bubu. Bubu terlihat amat cantik. Persis seperti seorang ratu." Verena yang dipuji anaknya pun tersenyum, sedikit membaik mood-nya sekarang walau David masih saja terdiam. "David, kamu diam saja? Apa tidak suka dengan gaun yang kugunakan saat ini?" tanya Verena lagi. "Engghhh ... Tidak! Kamu terlihat sang
"Baba, besok-besok kita main ice skating lagi seru, Baba,” ujar Sydney seperti biasa dengan semangat yang overdosis. "Ah tidak lah kamu jatuh terus," ucap David. Setelah makan malam, keluarga bahagia itu pergi untuk mengajak Sydney yang sudah cerewet sepanjang hari bermain ice skating. "Licin, Baba sangat sulit mengendalikan diri." "Oleh karena itu, Sydney. Kan sudah dikatakan untuk selalu bergandengan dengan Baba tapi Sydney melepaskan diri." David pura-pura marah dengan anaknya tapi bukannya takut Sydney malah tertawa. Bocah itu tetap ceria seperti biasanya. Meliihat semangat Sydney semua rasa capek juga melayang entah ke mana. "Kenapa malah tertawa, Baba sedang mengingatkan kamu, bukan?" "Iya, tapi melihat lipatan jidat yang terbentuk di dahi Baba lucu seperti Opa, hahaha. Seperti ini ni. Hahaha...." Sydney mencontohkam dahi Babanya yang tadi mengerut hingga terdapat beberapa lipatan di sana. Verena hanya menahan tawanya. David menghela napas lalu menormalkan dahinya hin
Kelsea berjalan untuk masuk ke dalam rumah. "Kelsea, Mommy 'kan sudah bilang kamu jangan menghajar David. Keponakanmu jadi marah denganmu bukan." "Mom, lagian Sydney kenapa sih malah belain itu aki-aki," ucap Kelsea kesal. Dia tadinya ingin menghabisi Pria Tua itu tapi malah keponakannya yang harus kena sasaran dan terjatuh. "Kan—" "Kelsea, baju kamu basah sudah kamu mandi lalu ganti baju lebih dulu," ucap Gerald kepada anaknya. "Baiklah, Dad," ucap Kelsea lalu masuk ke dalam untuk mandi. Dengan tubuh yang basah dan juga air yang menetes ke lantai. Setelah masuknya Kelsea, Rara kembali mengoceh kepada Gerald. "Ini semua salah kamu Gerald. Coba aja kamu tidak menyuruh Kelsea buat hajar David pasti e Sydney tidak akan marah." "Aku tidak menyuruh, Rara. Memang Kelsea wajar kalau marah karena adiknya mendapat pendamping yang tidak sesuai dengan kriteria kita semua Dan sangat tidak cocok untuk anak kita yang cantik." Damn! Dia tidak salah apa-apa dan sekarang menjadi kamb
Rara masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi makanan untuk keluarga kecil yang sedang merajuk. Sedangkan Gerald dan juga Kelsea akhirnya makan duluan di bawah. Rara mengetuk pintunya setelah itu baru Verena membukanya. "Ya ampun, Mommy, bawa sebanyak ini sendirian?" tanya Verena yang langsung mengambil alih. Nampan itu berisi banyak sekali makanan dan jug dessert. "Tidak banyak itu. Nanti kalau kamu kurang tinggal bilang aja, ya. Telepon ke bawah nanti Momny antarkan lagi,” pesan Rara membuat Verena merasa tak enak hati. Walau mereka melakukan semua ini demi menuruti Sydney yang sedang merajuk. "Tidak apa, Mom, itu semua sudah lebih dari cukup juga, Mommy sudah makan?" tanya Verena lagi. "Sudah, Mommy. Kamu yang penting makan, terutama Sydney." "Daddy sama Kelsea berhenti baru makan juga, karena lama menunggu kami dari tadi?” "Sudah, jangan dipikirkan.” "Ya sudah sekarang Mommy makan juga. Jangan sampai tidak makan, ya." "Iya, ajak Sydney makan. Biar dia tidak m
Hari pernikahan yang dinantikan telah tiba. Dengan banyaknya rintangan dalam mengadakan resepsi pernikahan ini akhirnya sampai juga di hari pernikahan mereka. Walau masih ditunda seperti perkiraan Kelsea, karena David yang harus bolak-balik dari Perth ke Frankrut untuk mengurus dokumen pernikahan mereka. "Terimakasih, Verena. Berkat kamu yang pemberani mendekati laki-laki tua sepertiku. Aku jadi bisa luluh denganmu," ucap David yang masih tidak percaya dia akhirnya menikah kedua kalinya bersama seorang perempuan yang lebih pantas dijadikan anak olehnya.Verena tertawa sambil merasakan matanya memanas, dia tak pernah merasa menyesal untuk jatuh pada pria tua seperti David. Dirinya sudah yakin jika pria tua ini adalah masa depannya dan nama anak-anak mereka sudah ada dalam list. "Aku yang juga harus berterimakasih kepadamu, David. Terimakasih telah sabar kemarin-kemarin menerima penolakan dari keluargaku. Bahkan kamu sampai rela babak belur demi bisa bersamaku,” balas Verena sambil
Siang menjelang. Sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan pernikahan kemarin kini masih bergulung di bawah selimut setelah aktivitas mereka semalaman dan baru tidur di pagi hari menjelang siang. Verena membuka matanya. Melihat mata suaminya. Kini dia sudah bisa menyebutnya suami.Wanita itu mengangkat kepala dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa dia bahagia sekarang. Apa yang sudah dia perjuangkan rasanya tidak sia-sia, laki-laki tua yang tidak terlihat sama sekali, apalagi di masalah ranjang. Jangan ditanya. Verena kembali terkikik dengan wajah memerah karena memikirkan pergulatan mereka semalam yang tidak ada habisnya, rasanya lebih puas setelah menjadi suami istri. "Sudah puas melihat wajah tampanku?" tanya David membuat Verena terkejut. Dia pikir David masih tidur oleh karena itu dia bisa memandangi wajah tampan suaminya. Pura-pura Verena kembali masuk dalam selimutnya karena tak mau ketahuan, tapi David membuka selimut miliknya membuat Verena merenggut kesal se