Suara adzhan subuh terdengar samar-samar di telinga seseorang lelaki yang masih terlelap nyaman dari tidurnya."Ash-shalaatu khairum minan naum"Seiring waktu berjalan, suara adzhan terdengar jelas di telinganya. Seketika itu, dia membuka mata perlahan-lahan sambil mengusapnya.Pria itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu menurunkan kakinya hingga menapak ke lantai. Dia duduk di pinggir kasur dengan mata yang dipaksakan terbuka.Sebelum beranjak, pria itu meminum air putih yang berada di meja dekat ranjangnya sambil mengecek ponselnya terlebih dahulu.Matanya masih belum sepenuhnya terbuka lebar, dia melihat satu notif nama yang belum dihapus dari contak ponselnya. 'Honey' Nama itu yang dahulu mengisi hari-harinya di saat akan tidur dan juga bangun tidur. Namun sekarang keadaannya sudah sangat jauh berbeda.Dia meletakkan gelas yang sudah diminumnya hingga habis. Sekali lagi dia mengucek matanya untuk memastikan apakah benar jika yang mengiriminya pesan adalah Ayu."Ayu! Ng
"Tidak! Tidak! Meskipun Harum seorang wanita yang cantik, manis, ramah, mempunyai eye smile, aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya."Rafri menggelengkan kepalanya meyakinkan dirinya sendiri di depan cermin jika dirinya tidak menyukai Harum.Took....Took...Tok....!"Den Rafri, bangun den. Sudah siang."Rafri menoleh ke arah pintu. Suara bi Ijah yang mengetuk pintu membuyarkan semua pikiran dan perasaan Rafri terhadap Harum."Den Rafri ayo bangun den."Hampir setiap hari bi Ijah menjadi alarm untuk membangunkan Rafri. Apalagi hari libur seperti ini, pasti bi Ijah mengira jika Rafri belum bangun dari tidurnya."Iya bi."Rafri berjalan untuk membuka pintu sambil tersenyum mendengar suara bi Ijah yang sangat keras dari dalam kamarnya. Pantas saja di hari biasa, Rafri segera terbangun. Alarm suara secara langsung dari bi Ijah tidak akan bisa mengalahkan alarm dari ponsel sang ahli waris itu.Segera mungkin Rafri membukakan pintu untuk bi Ijah agar bi Ijah tidak terlalu
"Ini kita hanya berdiri saja di sini?"Rafri mulai bersuara di saat mengetahui Harum melihatnya dengan mata bulatnya dan tanpa mempersilahkannya duduk."Ya ampun maaf. Iya...Silahkan duduk Raf."Kemudian, senyum itu melengkung dari bibir seorang ahli waris yang membuat Harum salah tingkah.Penampilan Rafri saat ini membuat Harum sangat penasaran siapa Rafri sebenarnya. Dengan rasa penasaran itu, Harum bertekad untuk mengenal Rafri lebih jauh lagi."Sebentar ya Raf, saya ambilkan minum terlebih dahulu.""Baiklah."Harum meninggalkan Rafri sendiri di ruang tengah dengan berbagai macam pertanyaan yang ada di pikirannya. Sesekali dia menengok ke arah belakang melihat Rafri yang sedang sibuk mempersiapkan bahan skripsinya.'Siapa Rafri sebenarnya? Penampilannya terkesan sangat rapi dan pakaiannya juga bermerk. Berbeda dengan kemarin saat dia datang ke cafe ini. Entahlah'***Mama Ayu membuka kamar putrinya saat putrinya tengah selesai mandi dan masih mengenakan kimono handuk."Mama!"Spont
Kedua perempuan yang berada di hadapan Rafri, kini tengah menatapnya selagi makan. Dia melihat Harum bertopang dagu menggunakan kedua tangannya, menatapnya seolah berkata 'apakah kue buatanku tidak enak? atau tidak ada rasanya?'Sambil mengunyah pelan, Rafri melihat raut wajah bingung dari kedua gadis itu sambil menyembunyikan senyumnya. Hal ini membuat jiwa tengilnya keluar."Kok rasa kuenya begini ya?"Harum mendongak ke atas menatap Dhea yang berdiri di sampingnya. Mereka saling memandang satu sama lain seolah berbicara lewat tatapan mata."Mm...me...memang rasanya bagaimana Raf? tidak enak ya?"Harum menanyakan rasa kuenya dengan kalimat yang terbata-bata pada lelaki yang berada di hadapannya dengan perasaan was-was.'benar saja. Dia bertanya seperti itu.'Rafri membenarkan feeling-nya jika Harum akan bertanya seperti itu. Namun Rafri hanya ingin Harum dan Dhea merasakannya. Rafri berpikir jika Harum dan Dhea belum mencoba kuenya."Coba deh kalian rasakan. Kalian belum mencobanya
"Bagaimana? Sudah siap semua?""Beres bos. Tinggal penataan saja.""Bagus. Tiara Andini sudah datang?""Sudah bos. Sudah stay di hotel yang bos booking.""Oke baiklah. Terima kasih ya Cil?""Sama-sama bos."Rafri menelpon temannya Ucil yang ikut bekerja paruh waktu di EO untuk menanyakan persiapan acaranya nanti malam.Hari ini Rafri terlihat sangat bahagia dan bersemangat karena hubungannya dengan Ayu Kusuma sudah berjalan selama 3 Tahun. Hari ini Rafri berencana untuk melamar Ayu di hari Anniversary yang ke-3.Bahkan Rafri melakukan hal gila, mengundang artis yang disukai Ayu. Tiara Andini. Di tengah kesibukan Tiara Andini, untung saja dia mau datang di acara Anniversary sekaligus lamarannya dengan Ayu.Rafri tersenyum melihat cincin berlian yang telah dibeli minggu lalu. Rafri berharap Ayu akan menyukainya. Rafri segera menelpon Ayu memastikan Ayu sudah bersiap dan Rafri akan menjemputnya ke rumah."Ya?""Nanti aku jemput ya?""Tidak usah. Aku naik taksi saja."Rafri mendengar bic
"Beritanya sudah tersebar ke mana-mana Raf? Tidak mungkin wartawan memberikan berita bohong!""Iya. Memang perusahaan papaku di ambang kebangrutan. Tapi yang harus kamu tahu. Perusahaannya belum sepenuhnya bangrut. Tolong, jangan bicarakan putus lagi."Akhirnya Rafri bicara keadaan yang sebenarnya pada Ayu dengan tenang. "Belum kata kamu? Mungkin besok, lusa atau minggu depan, bisa jadi bangrut. Aku tidak mau jika masih bersamamu Raf. Aku ingin akhiri semuanya. Maaf.""Sayang, kamu bercanda kan? kamu melakukan ini untuk menerimaku kan?"Rafri melihat sekeliling, berharap ada kejutan yang akan datang padanya. Namun semua itu hanyalah harapan Rafri semata. Tidak ada tanda-tanda waiters mendekatinya."Terima kasih untuk 3 tahunnya Raf, tapi maaf aku harus mengakhirinya.""Jangan gila kamu Yu, kita sudah 3 tahun bersama. Aku cinta sama kamu. Kenapa tepat di hari anniversary kita kamu mengatakan ingin putus? Hah?"Rafri pun tidak bisa mengontrol emosinya pada Ayu."Karena kamu sebentar la
Rafri yang penasaran dengan suara perempuan yang mirip dengan Ayu, mencoba membuka knop pintu kamar hotel. Dengan perlahan dia membukanya, ternyata pintu tidak terkunci. Betapa terkejutnya ketika dia melihat Ayu sedang dipeluk mesra dan diciumi lehernya oleh seorang laki-laki. Ayu begitu nafsu di pelukan laki-laki itu.Amarah bercampur emosi tidak terbendung lagi di dalam diri Rafri. Dia menendang pintu kamar hotel dengan keras."AYU..! APA YANG KAMU LAKUKAN?"Rafri berteriak sekuat tenaga sampai urat lehernya terlihat. Hati Rafri seperti di tusuk-tusuk belati hingga tidak mampu lagi merasakan sakit yang teramat sakit.Ayu segera merapikan bajunya yang berantakan dan laki-laki itu berlari menuju jendela hotel untuk melarikan diri. Rafri segera mengejar lelaki itu, namun tangannya dipegang erat oleh Ayu."SIAPA LAKI-LAKI ITU? SIAPA YU?"Rafri berteriak di depan wajah ayu dengan menunjuk jendela tempat kaburnya pria selingkuhan Ayu. Ayu tetap kekeh memegang lengan Rafri agar Rafri tidak
"Kenapa kamu bertanya padaku dengan pertanyaan yang mungkin kamu sudah tahu jawabannya?"Perempuan itu pun terlihat jutek dan memalingkan pandangannya pada Rafri yang sudah menyelematkan nyawanya. Tidak. Dia tidak ingin diselamatkan. Mungkin karena itu dia terlihat jutek pada Rafri."Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi padamu. Aku akan mengantarmu pulang. Di mana rumahmu?"Rafri akan bersiap menjalankan mobilnya. Namun jawaban gadis itu membuat Rafri kebingungan."Aku tidak punya rumah.""Maksud kamu?""Aku sudah tidak punya tujuan lagi. Maka dari itu buat apa aku hidup.""Astaga..! Nyebut neng, bunuh diri itu dosa. Seberapa besar masalah kamu jangan pernah mati bunuh diri."Gadis itu terdiam melihat jalanan yang mulai sepi dari kaca mobil. Rafri pun juga terdiam melihat gadis yang ada di sampingnya. Entah dia mendengarkannya atau tidak, dia sudah menyelamatkan seseorang dari siksa api neraka. Baginya, gadis itu lebih cantik dari mantan kekasihnya Ayu. Gadis itu juga tinggi. Rambu