Share

sepulangnya 4

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2024-08-27 15:08:33

"Aku nggak selingkuh, Mas! Seharusnya kamu pun juga dicek ke laboratorium! Jangan- jangan kamu yang membawa penyakit itu dari luar tapi nggak mau ngaku. Bisa juga kan?" tanya Nina sengit.

"Hah? Apa?"

"Iya! Bisa saja kan kamu sebelum berlayar tiga bulan yang lalu terkena penyakit ini lalu menulariku!?

Dan karena kamu lebih sehat dariku atau penyakit mu diketahui lebih dulu akhirnya kamu lebih cepat sembuh dariku karena bisa saja kamu minum o b at yang lebih manjur dariku, Mas!?" tanya Nina memberanikan diri.

Rizki mengerut kan dahinya.

"Jangan sembarangan kalau bicara, Nin! Jangan lempar batu sembunyi tangan!" ujar Rizki tegas.

"Aku ingin keadilan, Mas!" ujar Nina tegas.

"Hah, keadilan!? Keadilan mana yang kamu maksud kan?" tanya Rizki bingung.

"Kamu juga harus dites, Mas! Aku juga tidak mau hanya aku yang di cu ri gai berbuat cu ra ng!" tuntut Nina.

Rizki tercengang. "Hah, untuk apa aku dites? Aku kan tidak menunjukkan gejala apapun?" tanya Rizki.

"Ya, memang kamu tidak menunjukkan gejala P M S atau penyakit apalah itu. Tapi siapa tahu saja kamu sudah minum o b at atau menahan rasa sakit nya. Pokoknya aku tidak mau tahu ya, Mas, kamu harus tes juga!" ujar Nina dengan intonasi lebih tinggi.

Rizki menjawab dengan cepat.

"Oke, baiklah tunggu di sini! Kamu akan melihat hasilnya dan jika terbukti kamu yang telah berbuat cu r ang, aku akan..."

"Akan apa, Mas? Kenapa kamu tidak melanjutkan ucapan kamu?" tanya Nina. Rizki terdiam. Sebenarnya dia memiliki

hu ta ng budi pada keluarga Nina.

Keluarga Nina yang mem ba y ar ua ng muka rumah yang sekarang ditempatinya, sehingga Rizki tinggal memb a y ar setengah nya. Keluarga Nina juga membantu mem ba y ar setengah dari kekurangan ha r ga mobil bekasnya.

Karena dia baru 2 tahun bekerja sebagai staf biasa di pelayaran penangkapan ikan perairan lokal Indonesia, maka keluarga Nina berinisiatif untuk membantu perekonomian keluarga baru anaknya.

"Hhhh, aku cek lab dulu biar kamu lega," ujar Rizki. Dia lalu bergegas meninggalkan Nina pergi ke UGD, bertanya pada dokter yang berada di sana bagaimana prosedur untuk periksa ken cin g atas permintaan sendiri.

Sekitar satu jam kemudian, Rizki kembali ke kamar Nina.

"Bagaimana hasil nya cek lab kamu, Mas?" tanya Nina begitu Rizki terlihat di pintu kamarnya.

Rizki mengangsurkan amplop putih pada Nina.

"Negatif. Tidak ada kuman apapun dalam air seniku. Aku tidak mungkin meng

k hia na ti mu, Nin. Sekarang kita fokus saja pada kesembuhan kamu. Setelah itu kita bicarakan lagi tentang hubungan kita," ujar Rizki.

"Memang ada apa dengan hubungan kalian?!"

Sebuah suara terdengar dari pintu ruang rawat inap Nina. Rupanya Rizki tidak menutup pintu dengan sempurna saat masuk ke dalam kamar Nina.

Rizki menoleh, lalu melihat papanya datang.

"Wah ada Papa, masuk, Pa," ujar Rizki mempersilahkan papanya untuk masuk ke ruang rawat inap Nina.

Papa Rizki mengangguk lalu menghampiri anak dan menantunya. Lelaki yang sudah berusia lima puluh lima tahun itu tampak masih gagah dan sehat.

Papa Rizki lalu duduk di sofa yang memang disediakan untuk keluarga pasien di ruang rawat inap itu dan memandang pasangan di hadapan nya.

"Bagaimana keadaan kamu, Nin?" tanya papa.

"Membaik, Pa. Maaf tadi tidak bisa mengantarkan makanan untuk papa," ujar Nina.

Papa Rizki tersenyum. "Tidak apa-apa, papa justru merasa tidak enak jika merepotkan kamu terus. Tentang makanan, papa bisa beli," ujar papa Rizki.

"Bukannya sudah tugas Nina untuk menjaga pola makan papa saat aku tidak berada di rumah? Papa kan mempunyai sakit lam bung dan kolesterol jika makannya ngawur," ujar Rizki.

"Hm, daripada itu, tadi papa mendengar kalian membicarakan tentang hubungan kalian. Memang ada apa dengan hubungan kalian? Kalau memang ada yang bisa papa bantu, akan papa bantu," ujar papa Rizki.

Rizki dan Nina berpandangan.

"Nina sepertinya selingkuh, Pa. Aku tidak tahu lagi harus mempertahankan rumah tangga ini atau tidak. Mumpung kami juga belum mempunyai mo mo ngan," ujar Rizki.

"Selingkuh? Enak saja! Aku tidak selingkuh! Jangan fi t n ah kamu, Mas! Kamu kan tidak mempunyai bukti!" tukas Nina cepat.

"Penyakit kamu itu buktinya. Penyakit yang timbul karena sering berganti-ganti pasangan!" ujar Rizki tak mau kalah.

"Terserah kamu mau percaya apa tidak, tapi aku tidak selingkuh!" ujar Nina bersikeras.

"Nin, aku memang sangat mencintai kamu. Kita kenal juga sudah lama. Jadi kalau ada lelaki lain yang kamu cintai lebih daripada aku, aku mundur saja dari pada kamu berzi na. Aku akan menceraikan kamu baik-baik kalau memang kamu lebih memilih laki-laki lain.

Sebenarnya aku bisa saja men g h a jar lelaki itu. Tapi aku tidak mau berurusan dengan hukum. Dan tentu saja kalau kita berpisah nanti, terserah kamu mau berhubungan dengan lelaki mana pun, aku juga tidak peduli," ujar Rizki tegas.

"Sudah, sudah, jangan ber ten g kar dulu. Mendadak pe r ut papa sakit. Mungkin salah makan. Papa mau ke kamar mandi dulu," ujar papa Rizki.

"Oh ya, Pa. Di situ kamar mandinya," ujar Rizki menunjuk ke kamar mandi dalam kamar rawat inap.

Papa Rizki lalu menuju ke kamar mandi, dan selama beberapa saat berada di kamar mandi, papa Rizki mendadak berseru, "Rizki! Tolong papa!!"

"Papa!"

Rizki menghambur ke kamar mandi dan melihat papanya kesakitan berdiri dari wc duduk.

Mendadak Rizki mendelik melihat

bagian bawah papanya yang kemerahan.

"Papa? punya papa kenapa?"

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
fix ini Nina selingkuh dengan papa mertua dan sebelumnya mungkin melakukan dengan orang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 B (tamat)

    Tiga bulan berlalu sejak kematian Nina, Rizki dan Devita mulai mempersiapkan acara resepsi mereka. "Jadi tokonya akan tutup selama berapa hari, Bos?" tanya salah satu karyawan Rizki. "Tiga hari, mulai besok ya."Karyawan Rizki mengangguk. Dia tetap memandang Rizki seperti sedang memikirkan sesuatu. "Bos, hm, sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu. Tapi takut dan ragu," ujar karyawan Rizki. "Bilang saja, saya sudah jinak kok," sahut Rizki sambil tertawa. "Kemaren saya menjenguk Dedi di penjara. Dia kan dipenjara setahun. Ada bukti bahwa dia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh almarhum mas Adi. Papanya mas Adi pun juga tidak keberatan dengan hukuman itu padahal sudah membuat istrinya meninggal. Karena bapaknya mas Adi bilang ke Dedi kalau bapak nya mas Adi ngerasa bersalah sudah gagal mendidik anak sehingga mengakibatkan orang lain di penjara juga," ujar karyawan Rizki. "Lalu apa hubungannya dengan ku?" tanya Rizki bingung. Dia memandang ke arah Devita yang duduk di s

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 A

    Fuso itu juga mengerem mendadak agar tidak menabrak mobil Nina, namun terlambat, bemper sebelah kanan fuso itu menyambar mobil Nina, sehingga mobil Nina terdorong ke belakang lima puluh meter dalam keadaan ringsek. "Aaaaa! Mas!" jerit Devita kaget karena melihat tabrakan yang terjadi di hadapan nya. "Ya allah, innalillahi wa innalillahi roji'un! Kamu di sini saja, aku akan melihat siapa korban kecelakaan itu dan memanggil polisi," ucap Rizki sambil mengusap kepala Devita. Rizki bergegas menyebrang jalan. Rupanya bunyi tabrakan yang kencang tadi membuat beberapa warga yang mempunyai rumah di jalanan itu segera keluar dari rumah meskipun pada awalnya masing-masing pintu rumah mereka tertutup karena bersiap tidur. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mobil Nina dan truk fuso. Dan alangkah terkejutnya Rizki, saat melihat korban yang berada di dalam mobil nahas itu. Tampak tubuh Nina yang bersandar di balik kemudi dalam keadaan terpejam. Bemper mobil depan Nina ringsek dan menje

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 B

    Nina dengan cepat mengetik nomor yang tertera di poster itu lalu menelepon nya. "Halo, dengan toko Rizki di sini. Ada yang bisa dibantu?"Terdengar suara lelaki ramah di seberang telepon. Nina yang baru saja berganti nomor ponsel sangat yakin jika suara itu adalah suara Rizki, mantan suaminya. "Halo, Kak, saya butuh beberapa cemilan dan bahan makanan untuk ngegrill. Bisa diantar kan ke alamat saya?" tanya Nina. Jantung nya berdebar kencang. Berharap Rizki tidak mengenali suaranya lagi. Di seberang telepon, Rizki terdiam. Dia memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Nina, tapi dia yakin jika suara yang didengar nya saat ini adalah suara Nina, mantan istri nya. 'Wah, sepertinya ini suara Nina. Jangan - jangan dia merencanakan sesuatu pada ku atau Devita,' batin Rizki. 'Sebaiknya aku ikuti saja permainan Nina. Awas saja kalau dia sampai berbuat aneh- aneh pada Devita,' sambung Rizki dalam hati. "Oh, ya. Kami memang melayani pembelian secara COD. Jadi apa saja yang ingin dibeli?

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 A

    Wajah Rizki terlihat keruh saat bersiap untuk membuka toko. "Kamu kenapa, Yang? Ada masalah? Kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Devita. Dia menumpuk piring kotor setelah mereka makan dan mengumpulkannya di dalam wastafel. "Aku baru dapat pesan dari pengacara kalau kasus Nina berhasil saat naik banding di pengadilan. Dan sekarang dia bebas," ujar Rizki sambil menghela napas panjang. Gerakan Devita yang sedang membasuh piring dengan sabun menjadi terhenti. Dia menggigil sesaat. Teringat saat Nina yang menyuruh preman untuk menganggu dan menculiknya. Untung saja waktu itu Rizki berhasil menyelamatkan kehormatan nya. Kalau saja saat itu Rizki telat datang, Devita bahkan tidak berani untuk membayangkan nya. "Aku takut, Mas. Bagaimana kalau Nina mengincar kebahagiaan kita lagi?" tanya Devita terdiam di depan wastafel. Rizki yang hendak menuruni anak tangga untuk ke lantai bawah, membalikkan badan dan memeluk Devita erat. "Aku tidak akan membiarkan Nina mengambil kebahagiaan kita, Yang.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 B

    Pengacara nya menghela napas panjang, berpikir sejenak. "Bukan kapasitas saya untuk bicara. Mbak Nina lihat saja sendiri saat pulang nanti, sekarang mbak Nina pulang saja dulu," ujar pengacara Nina. Nina mengangguk, lalu tersenyum dan menoleh sejenak ke arah sel tempat dia dikurung kemarin. Telihat para perundungnya yang menatap Nina dengan rasa kesal. Nina yang tampak kurus dan terlihat dekil karena mengalami penganiayaan di dalam penjara oleh teman satu selnya, menatap ke arah teman- teman satu selnya dengan penuh dendam. Dia lalu mengacungkan jari tengah ke arah mereka, kemudian bergegas pergi. ***"Ini rumah siapa, Pak??" tanya Nina pada pengacara nya. "Ini rumah kamu, mbak Nina," ujar pengacara nya membuat Nina semakin bingung. "Bukan! Rumahku gede, Pak! Bukan kecil seperti ini!" ujar Nina seraya menggelengkan kepalanya. "Masuk saja dulu, Mbak Nina. Ada orang tua kamu di dalam," ujar pengacara nya mempersilahkan. Nina pun berjalan sampai ke arah teras rumahnya, dia lalu m

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 A

    Devita terbangun saat mencium aroma nasi goreng yang lezat. Dia lantas duduk di ranjang sejenak lalu merenggang kan kedua tangan nya ke atas dan menuju ke kamar mandi. Usai sikat gigi, cuci muka dan berganti pembalut, dia menuju ke dapur yang berseberangan dengan kamar nya dan melihat Rizki yang sedang mengaduk masakannya di wajan. Devita menatap nya dengan takjub. Tampak Rizki menuangkan minyak cabai ke dalam wajan berisi nasi goreng lalu menggoyang - goyangkan pegangan wajannya dengan ahli dan tampak api dari kompor yang menjilat sampai ke wajan. "Wihh, bisa begitu ya?" tanya Devita takjub. Rizki menoleh ke arah istrinya. "Hei, kamu sudah bangun, Yang? Duduk gih, aku sedang memasak sarapan kita. Nasi goreng hitam! Ini pakai aneka seafood dan tinta cumi-cumi lho! Rasa pedas kesukaan kamu!" ujar Rizki tersenyum. Devita terdiam dan menatap sang suami penuh cinta. Bukannya menuruti instruksi suaminya untuk duduk, Devita justru mendekat ke arah Rizki dan memeluk nya dari arah belak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status