MasukAku mendapatkan kebenaran yang menghancurkan rumah tangga ku yang baru berjalan enam bulan, sebuah kertas undangan dengan nama suami dan adikku sendiri. Aku pikir selama ini keluarga ku akan menjadi keluarga harmonis, nyatanya pernikahan keduanya malah menghancurkan angan-angan bahagia ku. Pesta meriah yang di persiapkan suami dan adikku menjadi pesta yang tidak akan pernah di lupakan banyak orang, pesta yang di buat dengan uang tabungan ku itu berakhir petaka untuk keduanya. Aku ingin sekali memberi balasan untuk mereka tapi, kenyataan pahit itu bertambah lagi. Aku mendapatkan kabar bahwa ayah berselingkuh sedang adik tiriku itu sedang hamil, apa yang harus aku lakukan dengan keadaan seperti ini? Proses hukum yang aku inginkan akhirnya di batalkan, meski suamiku meminta maaf dan meminta balikan, aku menolak semuanya. Memilih pergi jauh dari mereka dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Lihat lebih banyakAku mendapatkan kabar bahwa dari pihak mas Danu tidak bisa datang karena alasan sakit, aku tau mereka hanya menghindari sidang ini saja. Mereka pikir saat mereka tidak datang semuanya akan berlalu begitu saja, tidak akan. Aku pastikan jika sidang ke tiga mereka tidak datang, maka kepolisian yang akan datang ke tempat mereka. "Kenapa murung terus sih? Coba cerita dikit." Aku hanya tersenyum sedikit menanggapi Rara yang dari tadi berusaha untuk menghibur ku, sudah hampir sebulan setelah bercerai dengan mas Danu dan selama itu juga aku merasa hidupku tidak ada kebahagiaan lagi. "Kamu yang sudah jadi manajer di restoran ini saja masih sering galau, gimana sama anak-anak di bawah kamu, kayak aku ini. Udah lah Dina, semuanya akan berakhir baik nanti. Jangan pikirkan apa yang membuat kamu merasakan sakit hati, jalan kita masih panjang dan seharusnya kamu buktikan pada mereka kalau kamu bisa berkembang dengan baik." Penjelasan dari Rara hanya aku angguki pelan, apa yang dia kataka
"Sudah disini kamu rupanya, mana sertifikat rumah itu hah?! Enak saja kamu main ambil dan jual rumah itu. Rumah itu masih ada hak milik Sinta disitu." Suara ibunya Sinta memberhentikan pembicaraan ku dan istri barunya ayah, aku berdiri dan mendekat ke arah ibu Reni yang berdiri angkuh di depan warung. Di belakangnya terlihat mas Danu dan juga Sinta mendekat, Sinta memasang wajah angkuhnya sedang mas Danu terlihat tertekan. Tidak ada raut kebahagiaan di wajah mantan suamiku itu, mungkin dia sudah mulai mendapatkan karma nya sendiri. "Ayah saja yang sebagai istri dari ibu ku tidak memiliki hak disitu, apalagi anakmu itu. Lagian kalau mau sertifikat nya minta sama kepala desa, sertifikat nya sudah ada di tangannya," tegasku. "Kamu pikir dengan keangkuhan kamu itu aku bakalan takut?! nggak akan. Selama ini kamu juga sudah memakan uang ku, dan semua itu tidak akan pernah aku maafkan," lanjutku membuat ibunya Sinta langsung terkekeh kecil. "Jangan terlalu kejam kak, ingat, karma
"Kamu pulang dulu, ibu dan ayah akan berpisah. Ayah ketahuan selingkuh sama janda anak tiga." Pesan dari Santi aku baca dalam hati, pantas saja akhir-akhir ini ayah dan ibu sering adu mulut. Entah apa yang ada di dalam pikiran ayah sampai harus melakukan itu, padahal umurnya sudah tua dan tidak akan kuat lagi bekerja. Sinta mengirimkan lokasi mereka, tida terlalu jauh dari apartemen yang aku sewa. Setelah pulang bekerja aku langsung menuju ke lokasi yang Sinta katakan, belum sempat turun dari ojek aku melihat ayah yang sedang bermain dengan seorang anak kecil berumur sekitar delapan tahun. Aku berhenti, mendekat ke arah mereka yang sedang bermain di depan sebuah rumah makan kecil. Saat ada pelanggan yang datang, ayah langsung buru-buru menggendong anak itu lantas membuat kan pesanan pada pelanggan yang datang. "Doni duduk yang manis dulu ya, ayah siapkan makanan dulu. Jangan bandel, nanti ayah nggak akan mau main lagi kalau Doni bandel," ujar ayah dengan senyum tercetak je
"Kalau bukan karena kemanusiaan, akan aku penjarakan kamu mas! Enak saja setelah kamu tipu aku dan khianati aku kamu masih bisa hidup dengan baik," gerutuku sambil naik ke lantai dua restoran. Bruk! "Aduh! Hati-hati kalau jalan!" Seruku saat aku menabrak satu pria yang berjalan di depanku. Padahal salahku karena berjalan terlalu cepat sampai menyenggol tubuh tingginya. Pria itu hanya diam, menatap jasnya lantas beralih padaku. Mata dengan manik coklat itu menajam, aku cuek saja dan memilih langsung pergi. "Hei! Mau kemana kamu hah?!" Teriak pria itu dari belakang. Aku berhenti dan berbalik, menatapnya dengan kekesalan. Pria itu mendekat, tatapan kami beradu. "Kenapa? Aku sedang sibuk dan tidak ada waktu melayani anda." "Apa ini sikap pelayan pada pembelinya? Sepertinya kamu perlu di laporkan pada atasan kamu, melihat sikap kamu yang tidak baik dan juga tidak profesional," dia memperhatikan aku dari atas sampai bawah. Aku diam terpaku mendengar apa yang dia katakan, m


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.